🏡 ; 𝔾𝕝𝕚𝕞𝕡𝕤𝕖 𝕠𝕗 𝕦𝕤

120 23 4
                                    

Hal pertama yang tertangkap gendang telinga Akito yang terbangun karna tangannya yang pegal adalah suara detik jarum jam, dengkuran 2 bocah mungil yang berada dalam pelukannya, dan dengkuran lembut seorang gadis

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hal pertama yang tertangkap gendang telinga Akito yang terbangun karna tangannya yang pegal adalah suara detik jarum jam, dengkuran 2 bocah mungil yang berada dalam pelukannya, dan dengkuran lembut seorang gadis.

Tunggu, gadis?

Akito membelalakkan matanya tatkala mendapati An yang tengah terlelap di samping Rin, namun sesaat kemudian senyuman tercetak di bibirnya. Tangannya bergerak mengelus surai gelap gadis itu.

Kapan terakhir kali dia melihatnya terlelap pulas sedekat ini? Apa kehadirannya masih sanggup membuatnya nyaman hingga terlelap?

Akito menarik selimutnya, merapikannya agar An ikut terbalut selimut dan menatap gadis itu lekat-lekat.

"Oyasumi, An."

— 🏡 —

"Hey Akito, apa jepit ini terlihat cocok denganku?"

Akito terlihat enggan menyahut namun tetap memandang kearah gadis dihadapannya, manik jingganya membelalak, sebuah jepit bintang tersemat di surai pink gadis itu.

"Akito?"

"Ah, maaf, ya, itu terlihat cantik padamu."

Gadis itu mengerutkan alisnya heran, sejak tadi pandangan Akito tak lepas padanya— atau lebih tepatnya jepit yang tersemat di surai merah mudanya, apakah memang secantik itu dirinya mengenakan jepit ini?

"Kalau memang sebagus itu, aku akan lebih sering membeli jepit bintang sekarang hehe~"

Akito hanya tersenyum, sejenak senyumnya memudar, kenapa manik yang tengah berbinar dihadapannya sekarang adalah manik merah muda, bukan sang jingga lagi?

Kenapa jepit bintang itu tersemat pada surai musim semi, bukan sang langit malam?

"Airi, kurasa tidak perlu sampai sebegitunya, aku juga suka kau memakai pita seperti biasanya." Ucap Akito akhirnya, Airi mengerutkan alisnya sekali lagi.

"Dasar, kau ini benar-benar plin-plan seperti Kakakmu Ena."

Akito mencebik sebal, "Jangan samakan aku dengan Ena! Aku sudah mulai lapar, jadi cepatlah."

"Ya ya ya, biarkan aku mengambil pita yang tadi lagi."

Airi mempercepat langkahnya untuk mengambil kembali pita yang sempat dia tinggalkan, Akito menghela nafas memandangi punggung Airi.

"Kenapa aku masih tidak bisa melupakannya?" Gumamnya, selalu ada gejolak tersendiri setiap kali dia teringat gadis itu— An, selalu ada perasaan muak karna dia tak kunjung menemukan sosok yang sama untuk menggantikannya.

Memikirkan bahwa An mungkin sudah bahagia dengan lelaki lain membuat hatinya nyeri.

Jika memang ini yang terbaik, kenapa rasanya sesakit ini?

— 🏡 —

"Akito selamat pagi, hoamm! Maaf aku agak kesiangan."

Suara An membuatnya tersadar dari lamunnya, Akito tersenyum kearah An dan meletakkan semangkuk sarapan untuk An.

"Aku hanya membuat salad sayur, aku lupa belanja kemarin."

"Tidak masalah, kau—"

"Ya ya ya, aku tidak memasukkan tomat di dalamnya."

An menunjukkan cengiran khasnya lalu duduk untuk menikmati sarapannya, "Terima kasih Akito, tak kusangka kau masih ingat."

Akito terkekeh sambil mengaduk telur goreng pada teflon, "Bodoh, aku ini tidak pelupa sepertimu."

"Hey! Aku tidak pelupa!" Dengus An, Akito hanya terkekeh sambil menyajikan 2 piring telur goreng untuk Len dan Rin di meja.

"Ya ya terserah kau saja, ngomong-ngomong hari ini cafe Ken-san libur?"

"Ya begitulah, ara! Kau masih ingat tanggal liburnya?"

"Tentu saja, sudah kubilang aku tidak pelupa sepertimu."

"SUDAH KUBILANG AKU TIDAK PELUPA!"

Akito tertawa sembari duduk di kursi makannya, sesaat kemudian 2 bocah berambut kuning keluar dari kamar Akito sambil menguap dan menyapa An serta Akito.

"Cuci muka kalian, aku tidak mau melihat wajah orang bangun tidur saat sarapan." Tegur Akito membuat Rin dan Len urung naik ke kursinya.

"Baik Papa." Sahut mereka kompak seraya menuju kamar mandi, An terkikik melihat Akito seperti sangat mendalami perannya.

"Kurasa aku dapat perlakuan khusus ya~?"

"Huh? Y-Ya itu karna wajahmu sudah seperti orang kelaparan."

"Haha, bukan karna aku Mama?"

"Dasar, memangnya kau tidak malu menyebutnya?"

"Hihi tidak juga, aku suka mendengarnya."

Akito terdiam beberapa saat lalu terkekeh kembali menikmati saladnya, "Mungkin suatu saat itu akan benar-benar terjadi." Ucap Akito lirih.

"Huh? Kau mengatakan sesuatu?"

"Tidak, aku hanya bilang kau bau, jadi kusarankan kau mandi sehabis sarapan nanti."

"Huh! Kau ini masih saja menyebalkan!"

Tak berapa lama, Len dan Rin ikut bergabung di meja makan. Mereka menikmati sarapan sembari bercerita satu sama lain. Dalam sejenak, baik An maupun Akito merasa jarak yang selama ini menghalangi mereka runtuh begitu saja karna kehadiran Rin dan Len.

 Dalam sejenak, baik An maupun Akito merasa jarak yang selama ini menghalangi mereka runtuh begitu saja karna kehadiran Rin dan Len

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
隣の人 || PungudProjectTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang