Seharian ini An benar-benar lelah, pekerjaan yang super sibuk, rasanya, An hanya ingin segera sampai rumah, mencuci muka dan tidur.
Tapi sayangnya, dia terpaksa mengambil lembur karna Kohane sedang sakit hari ini dan dia harus menggantikan shift Kohane sehari.
"Terima kasih sudah datang, silahkan datang kembali." Ucap An pada pelanggan terakhir yang datang, gadis itu menghela nafas lega lalu menyeka peluh yang menetes di sudut keningnya.
"Otsukare, An-kun."
An melemparkan senyuman, "Otsukare Rui, mau langsung pulang?"
"Kurasa iya, setelah ini aku harus ke apartemen Nene dahulu untuk membahas robot ciptaanku yang baru."
"Haha, seperti biasa kau sangat bersemangat dalam hal-hal seperti itu."
"Yah, hanya itu cara kami berkencan haha."
Setelah berbincang singkat sembari merapikan peralatan kafe, mereka pun berpisah untuk pulang ke apartemen masing-masing.
Pikirannya melambung memikirkan ucapan Rui beberapa saat lalu, "Kencan ya?"
Kapan ya, terakhir kali An merasaka euforia berkencan? Merasakan debaran setiap akhir pekan.
Atau menghabiskan malam dengan mengobrolkan apa saja melalui ponsel, rasanya sudah lama sekali.
"Dia sedang apa ya?"
An sibuk melamun hingga tak terasa sampailah dia di apartemennya, manik jingganya melirik tetangga apartemennya dengan dahi yang sedikit berkerut, lampunya menyala.
"Ada tetangga baru ya? Ah, lebih baik kusapa besok saja."
An menguap sembari menyalakan lampu apartemennya, setelah mencuci muka, An memutuskan untuk duduk di balkon apartemen sejenak sambil bersenandung.
"An?!"
Tubuhnya meremang, manik Jingganya membulat sempurna melihat siapa yang memanggilnya— orang yang dengan susah payah ingin An lenyapkan dari ingatannya selama 4 tahun belakangan ini.
"Akito ...?"
— 🏡 —
An menggerung sebal, lantaran seseorang menepuk-nepuk wajahnya, padahal dia baru saja terlelap setelah nyaris semalaman penuh tak bisa tidur karna pertemuan tak terduganya dengan Akito.
"Mama, bangun ... Rin lapar."
"5 menit lagi ...."
"Mamaa, Rin lapar!!"
An berniat mengabaikan suara itu dan kembali terlelap, sampai akhirnya dia merasa ada yang janggal dengan suara itu.
Tunggu ... Mama?!
Sontak An terduduk bangun dan terkejut mendapati sesosok gadis mungil yang terlihat berumur 7 tahun, memakai dress simpel berwarna kuning-putih dan pita besar berwarna putih tengah bertengger manis di atas kepalanya.
"Mamaa, Rin lapar!"
"RIN?!"
Gadis mungil bernama Rin itu memiringkan kepalanya, menatap An polos, seakan heran kenapa An terlihat sangat terkejut.
"Mama habis mimpi buruk?"
"Kenapa kau disini?! Dan lagi, kenapa kau jadi kecil begini?!"
Disaat An tengah panik, tiba-tiba ponselnya berkedip beberapa kali sebelum akhirnya, muncul lah sebuah hologram gadis bersurai hijau tosca— Hatsune Miku.
"M-Miku?!"
"Hai An, aku yakin kau sedang bingung sekarang 'kan? Maaf, tiba-tiba aku mengirimkan Rin padamu."
"Ada apa ini, aku tidak mengerti."
Miku terkekeh, "Waktuku tidak banyak, jadi singkatnya, aku juga tidak tahu apa yang terjadi pada Rin dan Len hingga mereka menjadi anak 7 tahun, mereka terus menangis ingin bertemu kalian, sepertinya Sekai-mu sedang bermasalah."
"Sekai? B-Bukankah harusnya aku sudah tidak bisa berhubungan dengan Sekai lagi sejak 3 tahun lalu?"
"Aku juga tidak tahu, tapi tiba-tiba Sekai-mu muncul lagi dan Rin Len mengecil, aku, Meiko, serta Kaito sedang mencari cara untuk menutup kembali Sekai-mu, jadi tolong titip Rin ya?"
"T-Tapi, sampai kapan?!"
"Aku tidak tahu pasti, tapi secepatnya aku harap bisa mengabarimu lagi, aku akan mencari cara untuk menghubungimu lagi."
"Tunggu sebentar! Kau bilang Rin dan Len mengecil, tapi disini cuma Rin?"
Miku tersenyum misterius, "Len bersama soulmate-mu! Dan kau harus menjadi orang tua yang baik untuk mereka, kurasa itu satu-satunya cara yang memungkinkan agar mereka kembali normal."
"HAH?! TUNGGU, SIAPA SOULMATE-KU?!"
"Ah soal i—astaga! Waktuku sudah habis, sampai bertemu lagi An dan semoga berha— *pip*"
Hologram Miku itu pun hilang, menyisakan An yang masih penuh dengan pertanyaan yang berkecamuk di kepalanya, ditatapnya Rin yang masih setia duduk disampingnya sambil menatapnya polos.
Menjadi orang tua yang baik? Sampai kapan dan seperti apa orang tua yang baik itu?
"Mama, Rin lapar."
An menghela nafas berat lalu menggendong Rin, "Baiklah, kau ingin sarapan apa?"
"Pisang!"
"Sayangnya, aku belum membeli buah, jadi kita makan sereal saja dulu ya?"
"Baiklah Mama!" Balas Rin antusias seraya duduk di kursi makan dengan tenang.
An tersenyum lalu berjalan menuju dapur, sejenak dia sibuk berpikir soal siapa soulmate-nya, kenapa tiba-tiba jadi begini?
Kenapa dia harus terpilih?
Bagaimana dia bisa menjadi figur Ibu yang baik?Padahal dirinya saja tidak tahu bagaimana rasanya memiliki seorang Ibu.
KAMU SEDANG MEMBACA
隣の人 || PungudProject
Fanfikce隣の人 - 𝐓𝐨𝐧𝐚𝐫𝐢 𝐧𝐨 𝐇𝐢𝐭𝐨 𝚃𝚑𝚎 𝚙𝚎𝚛𝚜𝚘𝚗 𝚗𝚎𝚡𝚝 𝚝𝚘 𝚖𝚎 Dipertemukan kembali secara tak terduga, dihadapkan 2 bocah artis virtual yang tiba-tiba mengaku menjadi anak mereka, sanggupkah mereka menjadi peran orang tua yang sempurna unt...