69. Bab 23-Bagian 1: Pendekatan Elmi

91 80 34
                                    


***

DILARANG KERAS MELAKUKAN SEGALA BENTUK TINDAKAN PLAGIARISME KARYA DARI PENULIS SEPERTI MENYALIN/MENJIPLAK, MENGUBAH, MENGEDIT, DAN LAIN-LAIN.

CERITA INI SUDAH MENDAPATKAN SERTIFIKAT HAK CIPTA DAN SUDAH DILINDUNGI SESUAI KETENTUAN PERATURAN PER-UNDANG-UNDANGAN.

***

"Mi...Lo yakin serahin Cindy ke Jo?" Tanya Beby sambil berjalan melangkah menuju kelas bersama Elmi. Sesekali ia menoleh ke arah kelas Jo dan mengatupkan bibirnya, kedua alisnya berkerut, merasa cemas.

Elmi dengan tegak berjalan menuju kelas tanpa merasa khawatir, "Yakin lah. Lagian kelas dia memang sering nggak ada guru." Jawab Elmi cuek.

"Bukan itu maksud gue Mi..." balas Beby. Saat mereka berjalan, mereka berdua melintasi kelas yang juga tidak ada gurunya. Beby melihat sekilas kelas itu sedangkan Elmi tetap memfokuskan pandangannya ke depan. "Kita bisa bikin dia masuk kelas ini kan. Bukan sama Jo." Tambah Beby seraya menunjuk kelas tersebut pada Elmi.

"Ya ampun Beby-ku sayang, udah deh nggak usah kita ngeributin itu." jawab Elmi agak malas.

"Tapi Lo tau kan Jo kayak gimana orangnya." Sahut Beby lagi. "Jo anaknya...agak mesum sama emosian." Tambah Beby takut-takut.

Elmi memutar bola matanya dan menghembuskan nafas panjang. "Nggak kenapa-kenapa kok, lagian juga cuma sebentar doang. Kasian kalo Bram malah dihukum gara-gara nolong dia?"

Beby tertegun. Ia kemudian diam dan mengangguk pelan. Akhirnya, mereka berdua masuk ke dalam kelas di saat guru sedang menerangkan materi pelajaran.

***

"Ya ampun Cindy! Untung Lo bisa masuk." Ucap Vivien memeluk Cindy di depan pintu kelas yang baru datang saat jam istirahat.

Cindy menyambut pelukan Vivien, sangat terasa sekali Vivien merasa lega karena Cindy yang membawa semua file presentasi dan laptop untuk presentasi kelompok mereka pada jam mata pelajaran terakhir. "Iya Vi. Huhuhu, maaf ya bikin Lo khawatir." Jawab Cindy hampir menitikkan air mata karena merasa terharu. Drama berpelukan mereka pun disaksikan oleh teman-teman sekelas. Namun Cindy dan Vivien tidak mempedulikan hal tersebut, seakan-akan dunia di sekitar mereka merasa milik berdua. Seperti seseorang yang lama sekali tidak mereka jumpai, namun mereka akhirnya bisa ketemu karena suatu keajaiban.

Setelah mereka berpelukan, Vivien melanjutkan pembicaraannya lagi. "Sorry gue baru bisa bales chat Lo." Kata Vivien sambil memperlihatkan Cindy room chat Line di handphone-nya. "Gue nggak pegang HP kalau pas lagi belajar di kelas. Takut ketahuan guru."

Cindy menepuk-nepuk pundak Vivien, "Nggak kenapa-kenapa kok." Balas Cindy. "Oh iya, ini ada yang masih pingin Lo tambahin? Gue keluarin laptop sekarang deh." Cindy kemudian dari depan kelas melangkah ke tempat duduknya, melepas jaketnya dan mengeluarkan laptop beserta buku pelajaran dan print out materi presentasi yang di-copy menjadi dua bagian. Vivien pun menyambut laptop Cindy dengan gesit seraya menghidupkannya.

"Gue pinjem laptop Lo dulu ya." Kata Vivien sambil melihat jam di pergelangan tangan kirinya dan melihat jam dinding di depan kelas, seperti mencocokkan waktu antara jam dirinya dengan jam kelas. Cindy pun mengklik file power point dan word materi presentasi nanti.

"Vi, Lo gak makan?" Tanya Cindy. "Gue ke kantin ya laper banget. Nggak kenapa kan?" Tanya Cindy mengambil botol minumnya dari tas dan menengguk beberapa tegukan.

"Ngga, gue tadi udah makan roti. Sekarang gue mau tambahin beberapa bagian yang kurang. Eh tapi kenapa Lo bisa masuk sih? Ngga dihukum?" Tanya Vivien sambil sibuk mengutak-atik laptop Cindy.

"Hehe. Ngga." Jawab Cindy. "Bram juga yang nolongin gue. Hehe." Jawab Cindy cengengesan dan menaruh botol minumnya di atas meja. "Gue ke kantin dulu ya. Udah ga tahan pengen makan. Gue tinggal elo dulu." Kata Cindy pada Vivien lalu beranjak ke luar kelas. Di saat ia tiba di pintu kelas, ia hampir bertabrakan dengan salah satu teman kelasnya yang akan masuk ke kelas. Teman kelasnya itu tampak terheran-heran melihat Cindy yang tiba-tiba sudah masuk sekolah saja dan begitu buru-buru pergi keluar.

Vivien hanya menggeleng-geleng melihat tingkah temannya itu. Lalu ia menyambungkan flashdiskke laptop Cindy dan mengkopi file yang ada di dalam sana ke dalam power point materi presentasi. Teman yang hampir bertabrakan dengan Cindy tadi masuk dan melihat Vivien tampak sibuk mengerjakan sesuatu di belakang bangku Cindy.

"Loh kok Cindy bisa masuk?" Tanya teman kelasnya itu dengan heran melihat tas dan jaket Cindy seraya menoleh ke Vivien meminta jawaban.

Vivien mengangkat kedua bahunya dan berkata, "Biasalah temen-temen kelompok gue, anak-anaknya nggak mempan sama aturan sekolah." Jawabnya.

***

Cindy mendongak dari balik dinding dan menyapa dengan riang. "Bram!" Serunya dan berjalan melangkah ke tempat dimana Bram duduk.

Bram yang sedang menghisap mie kuah dengan lahap, menoleh ke arah sumber suara tersebut. Didapatinya Cindy berjalan menuju ke arah dirinya dengan senyum lebar terukir di wajahnya. Sekarang ia berdiri di samping Bram.

"Geez, thankyou banget buat yang tadi." Ucap Cindy sambil menepuk punggung Bram. Bram yang masih mengunyah mie, meraih kursi plastik di dekatnya dan menaruh kursi itu di samping dirinya. "Duduk dulu duduk dulu..." Ucapnya pada Cindy. Bram dan Bagas dengan otomatis sedikit menggeser barang-barang yang ada di meja agar Cindy mendapat cukup tempat.

Suasana kantin begitu ramai di siang itu. Semua kursi kayu terpenuhi, ada banyak siswa-siswi yang berlalu lalang disana. Ibu Umi, selaku pemilik kantin disini sampai menyiapkan kursi plastik kepada siswa-siswi yang menyantap makananannya disini. Lagipula, Bram tidak sendirian, tentu saja ia bersama Bagas dan keempat cewek fashionable dari kelas Bahasa dan Seni. Adapun urutan duduk mereka adalah Bagas dan Bram berhadap-hadapan, Elmi di samping Bagas, Beby di samping Bram, Flo di samping Elmi dan Kiki di samping Beby. Jika Cindy bergabung, Cindy akan berada di antara Bagas dan Bram. Tempat yang disediakan cukup, namun agak sesak. Apalagi kondisi kantin sekarang cukup padat.

"Nggak, gue nggak makan disini." Sahut Cindy menggeleng dan meminggirkan kursi plastik dari sana. Begitu dia menggeser kursi tersebut, seseorang meminta ijin padanya agar mengambil kursi tersebut untuk ia pakai. Cindy pun mengiyakannya. "Gue kesini mau nyamperin lo." Jelas Cindy.

Bram mengayunkan tangannya sambil tersenyum, "Ah elah, gitu doang. Santaii..." Jawabnya. "Lo ga makan?" Tanya Bram.

***


To be Continued...

AKULAH DIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang