112. Bab 37-Bagian 3: Kenangan Masa Lalu

39 37 31
                                    

***

DILARANG KERAS MELAKUKAN SEGALA BENTUK TINDAKAN PLAGIARISME KARYA DARI PENULIS SEPERTI MENYALIN/MENJIPLAK, MENGUBAH, MENGEDIT, DAN LAIN-LAIN.

CERITA INI SUDAH MENDAPATKAN SERTIFIKAT HAK CIPTA DAN SUDAH DILINDUNGI SESUAI KETENTUAN PERATURAN PER-UNDANG-UNDANGAN.

***

Nadia kini di dalam kelas dan ia memasukkan perlengkapannya ke dalam tas, bersiap untuk pulang. Tipuan yang dibuat oleh Bagas tadi sukses membuat dirinya panik, tapi Nadia sama sekali tidak marah. Mengingat momen Bagas mengerjainya seperti itu, secara tidak sadar membuat pipinya mengeluarkan semburat merah karena malu-malu senang.

Di saat dia akan beranjak pulang, ada lima orang cewek yang mendekatinya secara ragu-ragu. Nadia tidak mengenali mereka siapa. Nadia ingin beranjak keluar, namun kelima cewek itu menghalangi jalan keluar. Nadia menunggu mereka di tempat, sampai akhirnya salah satu orang menyenggol tangan salah satu cewek dalam kelompok itu untuk angkat bicara, "Ka-kamu itu pacarnya Bagas?"

Nadia kaget mendengar pertanyaan itu. Anak-anak kelas memang biasa menggosipkan mereka berdua bahkan dulu sampai mengadu kepada guru-guru kalau mereka pacaran. Tak disangka-sangka anak dari kelas lain sampai ada yang menghampirinya seperti ini.

"Nggak tuh." Kata Nadia merasa tidak nyaman. "Kalian siapa?"

Kelima cewek itu saling berpandangan satu sama lain. "Tapi tadi kami lihat kamu kasih dia kue." Ucap cewek yang lain sambil menunjuk jari ke arahnya.

"Terus kenapa? Dia baik udah banyak bantuin aku." Kata Nadia.

"Kamu suka sama dia nggak?" Tanya cewek yang lain lagi kepadanya.

Nadia tertegun. Sebenarnya dia ingin berkata, "Nggak tuh." Tapi kenapa kalau dia menjawab seperti itu, malah rasanya sedih dan sakit?

Suasana hening terjadi diantara mereka. Beberapa menit kemudian, Nadia menjawab kepada mereka dengan suara yang agak lemah, "Nggak ada kok. Aku sama dia kan cuma temen."

Kelima cewek itu pun saling berpandangan satu sama lain. Senyum menghiasi wajah mereka. Tidak lama kemudian, salah satu dari mereka bicara lagi. "Kalau kamu nggak ada rasa sama Bagas, kamu bisa janji sama kita kita supaya nggak deket-deket sama Bagas lagi?"

Nadia terlihat terkejut.

Yang lain menimpali dengan ragu-ragu, "Soalnya itu...aku...aku mau bilang suka sama Bagas. Tapi syukur deh kamu nggak ada rasa sama dia. Aku jadi lega."

Selama sepersekian detik, wajah Nadia tampak gelap. Namun ia cepat-cepat merubah ekspresinya seperti tidak terganggu sedikitpun. Ia akhirnya mengerti maksud kedatangan mereka semua. "Iya, aku nggak akan deket-deket dia lagi kok."

Kelima cewek itu mengangguk, dan mereka pun mengelus punggung cewek yang mengaku menyukai Bagas. Salah satunya bicara lagi. "Kalau gitu yuk kita keluar."

Mereka pun keluar, dan diantara mereka menoleh kepada Nadia. "Makasih ya."

Saat mereka berjalan di koridor, Nadia mendengar mereka bicara lagi. "Bikin deg-degan aja iya gak sih. Untung aja dia bilang nggak suka kan, padahal kayaknya suka banget gak sih. Hahahaha..."

"Ssst...awas kedengeran!" Timpal mereka yang lain.

"Habisnya nempel banget, kemana-mana pasti ada Bagas. Bagas baik sih sama dia."

AKULAH DIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang