81. Bab 26-Bagian 3: Jebakan

85 106 34
                                    

***

DILARANG KERAS MELAKUKAN SEGALA BENTUK TINDAKAN PLAGIARISME KARYA DARI PENULIS SEPERTI MENYALIN/MENJIPLAK, MENGUBAH, MENGEDIT, DAN LAIN-LAIN.

CERITA INI SUDAH MENDAPATKAN SERTIFIKAT HAK CIPTA DAN SUDAH DILINDUNGI SESUAI KETENTUAN PERATURAN PER-UNDANG-UNDANGAN.

***

Nikko melihat Cindy yang mengambil permen-permen tersebut. "Ambil aja gak kenapa."

"Lo mau?" Tawar Cindy memberikan lima permen kepada Nikko di tangannya. Nikko kemudian mengambil dua permen dari tangan Cindy. "Thanks." Ucapnya.

Setelah itu, Cindy mengambil beberapa permen dari toples itu dan menutupnya kembali rapat-rapat seperti sediakala. Ia pun menyimpan permen-permen itu di dalam tasnya.

"Nikko sini." Ucap pengurus tersebut di meja tempatnya bertugas. Nikko dan Cindy pun bangun dari sofa serta beranjak ke tempat OSIS yang bertugas.

"Tadi gue sama temen-temen di ruangan udah nyari-nyari formatas nama Cindy tapi memang dari kami nggak ada. Form untuk ekskul bahasa Jepang juga sudah nggak ada lagi dan kami serahin masing-masing ke ketua. Kalau memang form itu nggak ada disini atau pun di ekskul tempat dimana yang bersangkutan mendaftar", jelasnya sambil melihat Cindy, "itu artinya memang dia sudah terdaftar di tempat lain atau berkas yang kesini memang dari awalnya nggak ada."

"Eh kok kayak gitu?" Respon Cindy sambil mengernyit. "Kalau misalkan memang berkas yang ketua ekskul kirim kesini terselip terus akhirnya nggak ditemuin, apa bisa ulang lagi bikinnya?" Tanyanya.

Pengurus OSIS itu tampak berpikir sambil merapikan map dan berkas-berkas yang dibawanya itu. Raut wajahnya seperti agak bete dan tidak ramah. "Coba Lo tunggu aja dulu, kurang lebih satu dua hari, mungkin dari pihak OSIS nanti bakal ada yang hubungi Lo. Kalau memang nggak ada kejelasan, berarti Lo masuk ekskul sisa aja. Karena kuota buat masing-masing ekskul juga udah pada penuh."

Cindy mendengus dan menyilangkan kedua tangannya, tentunya masih bisa dibilang sikap yang sopan. Ia mengigit permennya dengan suara yang agak keras di mulut. Tapi ia tidak menyembunyikan rasa kekesalan dan kekecewaannya. Nikko yang berdiri di sampingnya merasa tidak enakan. Ia berulang kali menoleh ke arah Cindy dan juga pengurus OSIS yang ada di depannya yang kini sudah duduk dengan santai dan tampak sibuk menulis sesuatu di atas kertas.

"Nikk, ini daftar anak-anak yang sudah fix ikut ekskul bahasa Jepang." Kata pengurus OSIS itu sambil menyerahkan berkas itu kepada Nikko.

"Mmmm...." Nikko mengambil berkas itu ragu-ragu dan mencoba untuk menegosiasi perihal peserta ekskul bahasa Jepang. "Tapi gue bisa kan nanti nambahin satu orang lagi buat masuk?" Tanyanya.

Pengurus OSIS itu memandang semu Nikko dan Cindy secara bergantian. "Ditunggu aja dulu ya dalam satu sampai dua hari. Disini OSIS sudah bekerja semaksimal mungkin. Nanti kalau belum ada kejelasan, bisa kok yang bersangkutan mendaftar di ekskul sisa." Balas pengurus tersebut dengan bosan, tapi ekspresi wajahnya berusaha untuk tersenyum. "Oh iya, silahkan dulu diisi buku tamunya sama tanda tangan disini." Lanjutnya lagi.

Nikko tidak berkata apa-apa lagi. Ia pun mengisi daftar tamu tersebut dan menandatanganinya. Dilanjutkan oleh Cindy yang dengan malas menulis buku tamu serta ia menandatangani daftar kehadiran di samping namanya. Mereka berdua pun keluar dari ruangan OSIS.

***

Cindy bersender pada dinding kelas dekat jendela, mengamati dengan kosong teman-temannya yang sedang memainkan drama. Ada adegan yang membuat seisi kelas tertawa namun dia hanya tersenyum seadanya saja. Pikirannya tidak fokus akibat pendaftaran ekskul bahasa Jepang yang sudah full kuota. Selain itu, dia juga mengacaukan perannya sebagai narator di awal bagian yang sempat salah beberapa kali sehingga bagiannya di skip oleh Vivien. Tapi pada akhirnya ia kembali menjiwai perannya pada epilog drama, tepuk riuh penonton seisi kelas mewarnai selesainya latihan drama tersebut.

"Cind, elo masih mikirin hal yang tadi ya?" Tanya Gloria yang menghampiri Cindy. Kini seisi kelas adalah acara bebas, loudspeaker music kembali dihidupkan. Jam juga sudah menunjukkan pukul 14.11.

"Iya nih." Jawab Cindy singkat. "Kok bisa ya form gue ilang gitu aja?" Oceh Cindy menghembuskan nafasnya panjang, seraya membungkuk lemah. Pengumuman untuk berkumpul di tiap-tiap ekskul juga terus berbunyi dari loudspeaker ruangan sehingga membuat Cindy merasa lebih tertinggal dari yang lain.

Gloria memandang Cindy sedih, "Udah, udah Cin. Nanti gimana-gimana gue bantu Lo ya." Ucapnya sambil mengelus-elus punggung Cindy.

"Makasih ya Glory." Balas Cindy tersenyum.

"Cind." Panggil Bagas yang tidak begitu jauh dari dirinya. Bagas kemudian datang mendekat dan berkata, "Elo dicari sama Nadia di pintu kelas tuh."

Mata Cindy melebar karena terkejut. "Oh ya?" Tanyanya balik sambil mendongakkan kepalanya ke luar.

"Iya." Jawab Bagas. "Coba samperin dulu."

Cindy kemudian pergi keluar kelas, dan benar adanya ada Nadia bersama satu orang lagi yang tidak ia kenal, yang ikut menemani Nadia. Tanpa Cindy sadari, banyak pasang mata yang menatap kehadiran Nadia disana, khususnya anak-anak laki yang memandang Nadia dari ujung rambut sampai kaki. Because she is always pretty.

Bagas mengekori Cindy dan berdiri beberapa langkah di belakangnya. Ia juga sedang dalam posisi menjaga dan mengamati situasi keadaan.

"Oh....hai...?" Ucap Cindy ramah dan tampak kebingungan juga. Ia memandang Nadia dan teman Nadia itu secara bergantian. "Ada apa nih ya?"

"Halo." Balas Nadia sambil tersenyum dan memegang tangan Cindy dengan lembut. "Makasih ya yang kemaren udah nolongin aku dari Jo." Ucapnya secara tulus.

"Oh iya...." Balas Cindy lagi-lagi tersenyum, tersenyum dari hati. Dalam hati Cindy merasa senang dan malu, diucapkan terima kasih seperti ini. Tangan Nadia benar-benar halus, dan tangan Cindy digenggam erat olehnya. 'Gak heran sih kalau Bagas suka sama Nadia...bahkan mungkin banyak cowok-cowok yang naksir berat sama anak ini.'Batin Cindy. Cindy merasa bahwa Nadia punya karisma yang membuat orang-orang jatuh hati padanya.

"Gue seneng banget dan nggak nyangka kalau Lo juga daftar ekskul cheers." Ucapnya. "Kenalin nama gue Nadia. Habis ini jangan pulang dulu ya, kita kumpul di aula." Tambahnya lagi.

"Hah, apa?" Tanya Cindy nada suaranya meninggi.

Kenapa bisa gue masuk ekskul cheerleaders?!! Teriaknya dalam hati.

***

To be Continued....

AKULAH DIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang