Part 17 : Wine

2.2K 328 157
                                    

Sagara bersila tenang di kursi meja kerja, deru napasnya teratur meskipun kemelut menghadang. Netranya menggerapai pintu kala menampilkan celah, serta-merta batang hidung bermata sipit itu melengkapi indra penglihatan.

Kepalan jemari Gara tersembunyi di paha, mengapa orang yang ia benci bertubi-tubi mengusik ketenangannya?

Lelaki tinggi baru saja memasuki ruangan tanpa perkenan menduduki sofa, melipat kaki lalu menyeringai.

Gelfara Leonard ... Sagara amat ingin melenyapkannya.

"Mandora. Saya menginginkannya." Gelfara berbicara tiba-tiba. Gara cepat memprediksi tujuannya, tidak mungkin ia menyerahkan Mandora seringan kapas. Ia besar dan susah di tempat itu.

"Keluar," hardik Sagara.

"Saya akan membayarnya tiga kali lipat."

Tawaran Gelfara sesaat menciptakan keheningan. Gara lebih sulit dari khayalan, lagi pula ia tak butuh uang Gelfara sebesar apa pun itu. Membayangkannya lucu, ia tersenyum miring. "Jika anda menginginkannya hanya mengira Mandora adalah wadah bisnis saya, anda salah besar."

"Apa pun itu, saya punya rencana lebih besar untuk Mandora," ucap Gelfara bersikeras.

"Tidak peduli, sekarang keluar." Sagara menatap beraut datar, memantau Gelfara yang kini menghela napas, bangkit dari duduk.

"Ayolah, sebagai keluarga." Gelfara bercakap enteng.

"Keluarga?" Sagara berdesis remeh.

Gelfara mengusung kakinya mendekat, meraih plang terbuat dari kaca bernama Sagara Naresh di atas meja, mengusap seolah-olah berdebu.

"Sagara Naresh, ibumu pasti bangga jika tahu apa yang kamu miliki. Namun, ia pasti kecewa jika tahu putranya benar-benar menganggap keluarganya musnah." Gelfara menyerang dengan perkara omong kosong lagi.

Gara tidak mengenal Gelfara jika melalui perantara Sebastian Gray selaku bawahan sekaligus asisten pribadi sejak ia membagun awal perusahaan di luar negeri. Sebastian mengatakan Gelfara berusaha mengganti posisinya. Ia menguak latar belakang Gelfara ke akar-akar, ternyata lelaki itu tersaingi lantaran berada di keturunan sama. Gelfara Leonard adalah putra Kaarlo Leonard dan Raya Gantari.

Raya Gantari adalah putri sulung Kalingga, di mana Kalingga dikaruniai dua putri yakni; Raya dan Dayana Gantari, ibunda Sagara. Kendatipun demikian, Gara tidak punya tempat merasa mereka adalah bagian darinya.

Keluarga tidak akan menendang bagiannya sendiri. Akan tetapi, mereka lakukan itu terhadap Dayana hanya akibat menikahi Abirama.

Gara tidak akan pernah mengakui.Titik.

"Apa urusan anda? Menuntut hak keluarga tanpa memberikan hal serupa." Gara menekankan kata di setiap kalimat.

Gelfara bungkam sejenak, membalas tilikan maut itu. Bukan waktunya ia berhenti. "Pendendam, huh?"

"Secara logika," timpal Sagara menohok. "Saya bahkan tidak tahu Anda hidup jika saja saya tidak kembali."

"Setidaknya anda harus punya simpati." Gelfara menangkis.

Tawa Gara mengganjal. Simpati? Apa fungsinya? Mereka malar-malar mengiaskan Dayana bagai sampah, putri buangan. Manusia tak berotak dan tidak tahu diri menuntut simpati pada Gara pemilik hati keras. Sedetik pun ia tidak pernah melihat keluarga, terkecuali Gelfara karena lelaki itu berambisi menghancurkannya.

Suasana mencekam sudah terbiasa Sagara bawakan, ia mengintimidasi Gelfara benar-benar melawatnya enggan berganti.

"Saya tidak butuh terikat dengan keluargamu. Tanpa mereka saya jauh lebih sukses, seperti halnya Gelfara Leonard mengemis seakan-akan tak mampu mendapatkan apa yang saya dapatkan. Pencapaian ... saya tentukan, bukan seperti anda yang merengek langsung disuguhi bak bayi. Memalukan," sentak Gara kena sasaran.

NARESH (Hidden Black Soul)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang