Part 19 : Desire

2.5K 336 149
                                    

Maaf kemaleman. Awas syok! Jangan lupa baca bismillah.

Lylian senantiasa mempertanyakan kapan kehidupan utuh terjalin bersama seorang lelaki. Apa alasan hidupnya berantakan dan tidak memiliki titik terang?

Pemicu perkara ini timbul ialah kembalinya Sagara Naresh. Sukar rasa itu hilang. Lian tidak berdusta, ia masih memuja perkasa Sagara. Lelaki penuh rahasia dan seribu hal nan tidak dapat diterka sembarang.

Kekalutan pun tambah parah sejak Lian berada di kamar Sagara untuk kali pertama. Ia memandangi setiap sudut ruangan, luas, warna gelap terkesan sangat berkelas. Di sisi lain terdapat dua walk in closet yang lega, pada bagian kiri dipenuhi pakaian Sagara, sedangkan di bagian kanan milik istrinya.

Terdapat sofa menghadap balkon, pemandangan dari atas sini tercantik daripada ruangan lain.

Ada sebuah lukisan monokrom di atas ranjang, dipastikan kasur itu lembut. Nyata terasa hangat jika Sagara mendekap sepanjang malam, tanpa malam gamang dan sunyi. Tak sopan, Lian membayangkan posisi Audy berbalik padanya.

Kurun remaja, Lian inginkan semata adalah sentuhan Sagara dalam bentuk jamak. Percayalah, sikap Sagara padanya setara dengan gadis lain walaupun ia kekasihnya. Sagara dingin, irit bicara, dan menakutkan, sebagai contoh gemar berkelahi. Perbedaan sebatas sikap posesif juga rasa peduli tanpa diungkapkan lewat lisan.

Mata Lian melamat sebuah bingkai foto di atas nakas. Bingkai foto pernikahan Sagara dan Audy. Lengan Lian hendak menggerapai bingkai itu, suara langkah sepatu Audy dari lemari pakaian lantas ia mengurungkan niat.

Lian melempar senyuman kala Audy mendekat dengan pakaian santai dibubuhi perhiasan. Sedangkan ia sebatas mengenakan gaun putih selutut favoritnya. Alasan Lian berada di sini sekadar membantu Audy menentukan pakaian, mereka akan pergi ke tempat pusat perbelanjaan di tengah kota.

Pesta ulang tahun Audy usai pukul 2 pagi. Lian tidak bisa membayangkan betapa lelahnya Sagara mesti kerja di pagi harinya, sedangkan Audy bermalas-malasan di rumah sampai pukul dua siang. Malam ini waktunya mengadakan makan malam di rumah, maka dari itu Audy berujud menghadiahkan para pekerja.

"Ayo, aku udah selesai." Audy menggurah tas di meja rias lalu mengajak Lian ke bawah mendatangi Aaron di halaman rumah.

Mereka hanya bertiga karena itu keinginan Audy, berbelanja dengan Isha dan Eira terlalu sering katanya. Lian dengan senang hati menurut.

.

.

.

Setiba di pusat perbelanjaan kota, Audy memilih berkunjung ke sebuah toko terkenal, yakni Dior. Sekitar dua jam lebih Audy memilah beberapa pakaian, tas, serta aksesoris dengan jumlah tak terkira oleh Lian. Di balik itu, Audy tidak memikirkan diri sendiri, semua pekerja mendapat barang yang sekiranya bisa disimpan sebagai tabungan dan kenang-kenangan. Lian dibelikan sebuah tas genggam kecil berwarna hitam seharga 460 Dollar, ia tentu menolak, Audy tidak mengindahkan dengan alasan Lian harus memiliki tas semacam itu setidaknya satu.

Tepat pukul setengah lima Aaron pulang lebih dulu, meninggalkan Audy dan Lian lantaran Sagara akan menjemput.

Dipikir teliti, sebenarnya Lian takut canggung berada di antara Sagara dan Audy. Mau bagaimana lagi? Ia sungkan pula menolak. Daripada itu, Lian terus membangun banyak asumsi tentang Sagara yang bersedia menjemput Audy. Meski dekat dari perusahaan, tetap saja secara logika Audy bisa pulang dengan Aaron dan dirinya tanpa uluran tangan Sagara. Ternyata Audy tergolong manja atau mungkin lelaki itu menawarkan diri. Entahlah, Lian tidak tahu.

Mereka menyebrang jalanan menentang Mall pusat kota, Audy bilang ingin melihat-lihat saja, sekalian menunggu kedatangan Sagara. Akhirnya beberapa toko di dalam Mall sudah mereka jelajahi. Ketika sampai lantai atas, mereka menerabas sebuah toko baju amat cantik di mata Lian.

NARESH (Hidden Black Soul)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang