Part 37 : You

2.6K 375 514
                                    

Goals : 270 vote 500 komen

———

Ryder terus-menerus tertawa, melihat Lian menangis entah mengapa membuatnya gemas. Ia tengah bersandar pada kepala ranjang, sedangkan Lian duduk di sisinya seraya mengobati luka di lengan kanan. Di sini ia memang terluka akibat kecelakan kecil yang ia alami sore tadi, tetapi Lian tak berhenti menangis.

"Lebay, ini cuma keserempet, Lian." Ryder membiarkan wanita itu mengolesi obat merah di tepi luka.

"Ini salah aku," cicit Lian dengan bibir berguncang.

Singkat cerita, hari ini mereka mendatangi banyak tempat, pertama menuju The Metropolitan of Manhattan, dilanjut ke Smorgasburg untuk makan siang, kemudian melihat-lihat Chelsea market walau hanya membeli makanan ringan, dan yang terakhir adalah Jembatan Brooklyn.

Niat mereka melihat Sunset dari atas jembatan, setelah selesai mereka hendak mencari taksi untuk pulang ke tempat masing-masing. Tatkala berjalan di pinggir trotoar ada satu pengendara motor delivery yang melaju kencang dan saat hendak menyebrang jalan Lian hampir tertabrak jika saja Ryder tidak menyelamatkannya, alhasil lelaki itu tertabrak walau tak begitu keras.

Lian panik, sudah akan menghubungi ambulan jika saja Ryder tidak mencegahnya, di sekitarnya jadi sangat ramai, melingkari keduanya karena menonton. Pengendara itu meminta maaf dan Ryder memaafkan, lelaki itu tidak ingin memperumit masalah karena lukanya pun tak begitu parah, sekadar lecet dan tangannya terkilir. Namun, tetap saja Lian cemas dan gelisah menjadi satu, ia menghubungi Audy sambil menangis, dan akhirnya di sinilah mereka, di Villa.

Pelayanan di sana bersedia melakukan pemindahan semua barang Ryder di hotel termasuk Check Out, untungnya mereka bisa dipercaya. Audy juga meminta Ryder bermalam di tempat itu hingga pulang yakni lima hari lagi. Sayangnya Audy masih di tempat pemotretan, Lian ingin berterima kasih, dan juga pada Sagara yang merestui kedatangan Ryder.

Lian sedikit kesal lantaran Ryder tidak mau dokter datang, lelaki itu bersikeras untuk meyakinkan dirinya baik-baik saja. Sebenarnya, ya, kecelakan tadi tidak sebesar itu. Ia tidak kesakitan sama sekali, justru senang diperhatikan Lian seperti sekarang.

"Kayaknya nanti kalo aku sakit yang datang lebih dulu kamu bukan istri aku, terus nanti istri aku cemburu deh karena temannya ini kelewatan khawatir sampai nangis jelek gitu," celetuk Ryder yang berhasil menciptakan keheningan Lian.

Wanita itu berhenti terisak. "Cuma kamu yang ngatain aku jelek."

"Kalo nangis emang jelek," timpal Ryder mencondongkan tubuhnya untuk melihat wajah Lian yang tertutup surai. "Coba senyum."

Lian menggeleng, pasti Ryder tidak menyerah. Bahkan tangan itu meraih pinggangnya dan menggelitik di sana, Lian mempertahankan raut datar, tetapi usahanya sia-sia kala Ryder melabuhkan wajahnya di telinga, serta-merta menggesek hidungnya di pipi. Lian mengapit tubuh menahan tawa yang akhirnya keluar juga.

.
.

Sagara memijak kaki sangat tergesa-gesa untuk menemukan Ryder di satu bilik kamar. Mendapat pesan bahwa lelaki itu datang tidak bisa diabaikan begitu saja, terlebih ia baru tahu bahwa Lian menghabiskan waktu seharian bersama sialan itu.

Akan tetapi, tak ada yang bisa ia lakukan. Ryder kepalang datang dan ikut bergabung di liburan kali ini.

Satu langkah ia menuju kamar yang terbuka, Gara menajamkan mata ketika obsidian menyaksikan Lian tengah bersama Ryder, mungkin itu hal biasa, yang tak biasa adalah letak bibir Ryder yang bertemu dengan pipi Lian.

Wanita itu tertawa, masih tak menyadari kehadirannya. Gara bergeming, menanti sampai kapan aktivitas menjijikan itu berakhir.

Sagara menyadari satu hal, Lian tersenyum cantik di hadapan Ryder. Dia bercahaya. She is shining around him.

NARESH (Hidden Black Soul)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang