Suara riuh hujan menggema di telinga Lian lantaran isi kepala hampa dan kosong. Suasana menyeramkan mengepungnya, mata pun kontan berlinang air mata.
Pakaian sudah lengkap sedari Gara menyodorkan padanya. Kini ia duduk di sisi ranjang setelah melakukan perbuatan terlarang bersama Sagara lelaki yang memiliki ikatan pernikahan. Tubuhnya bergetar, lemas, dan tak berdaya. Ini adalah kesalahan besar.
Sedangkan Gara masih bertelanjang dada berdiri di depan meja tepat di tengah ruangan. Menyesap minuman vodka seraya mengamati punggung Lian yang tak bergerak. Entah apa yang baru saja terjadi, Gara hanya ingin wanita itu mengeluarkan suara atau setidaknya meminum air yang telah ia letakkan di atas meja sejak sepuluh menit yang lalu.
Lian menggigit bibir, netranya memandang foto pernikahan Gara, hatinya terasa begitu sakit.
"Apa yang kamu inginkan dari aku, Sagara?" cicit Lian dengan pandangan mengabur, tertibun banyak air mata. Bibir membengkak, ia usahakan terbuka meski lemas. "Kamu melewati batas."
Sagara Naresh tersinggung akan itu, pupilnya menggelap hanya karena tak terima atas pernyataan Lian. Ia menampik sengit, "Ubah kata itu menjadi kita. Jangan selalu menempatkan diri sebagai korban."
Terlepas dari seksualitas yang terjadi, akal Lian terlambat berpikir objektif. Ia memikirkan apa tujuan perbuatan Gara padanya, mengingat perkataan lelaki itu yang pernah menyatakan ia adalah kesenangannya untuk dipermainkan. Sekadar itu. 'Nothing more nothing less. She is nothing.'
Kalimat itu mengendap sampai membakar seluruh jiwanya. Lian akhirnya kembali menangis untuk mengutarakan lebih banyak kata.
"Kamu tahu kelemahanku dan kamu selalu gencar menyentuh titik di mana aku tak berdaya." Lian berhenti untuk memacu napas agar tetap stabil. "Kamu mengenalku dengan baik. Itu artinya kamu tahu apa langkah yang akan aku buat, tapi kamu terus menekanku hingga aku kembali pada lubang yang sama, lubang rasa bersalah."
Hening. Senyap langsung menghadang penjuru ruangan. Gara mendengar isak tangis Lian setiap kali wanita itu menarik napas, rasanya ia marah akan pengungkapan itu, tetapi sekaligus tak berdaya.
"Kamu yang melewati batas sebab kamu terus menerus mengukungku dalam segala hal yang kamu kuasai. Seolah semua kelemahanku tergantung pada kamu."
Gara mematung, memainkan lidah di tepi bibir, seperti sejuta tali sedang mengikat lehernya hingga ia tak bernapas, memandangi tubuh Lian yang samar-samar berguncang.
Lian mengejam perih, badannya terobrak-abrik setakat ia tak lagi bertenaga. "Aku lelah, Gara. Sikap kamu yang berubah-ubah membuat aku hilang keyakinan. Aku tahu masa lalu tidak pernah kamu maafkan, tapi bukan seperti ini caranya..."
Jantung Lian berdenyut, entah alasan apa yang paling utama. Tahu Sagara mempermainkannya atau dia yang mudah terlena. Di tempatnya Sagara mengepalkan tangan hingga buku-buku kuku memutih.
Lian menggeleng kecil, tampak bodoh. "Hal ini salah. Aku hanya berusaha kuat, i just lied to you, i have never ever been happier ... aku rasa ini cukup untuk membuatku sadar. Dan kumohon, berhentilah," rintih Lian menyembunyikan banyak keperihan di hati, ia tak sanggup berkata demikian, tetapi ia benar-benar lelah terus dipermainkan.
Berbalik badan, Gara mengencangkan pegangan pada sisi meja. Menggertakan gigi, merasakan dirinya berapi-api. Untuk pertama kalinya, ia tidak bisa mengatasi diri.
Inilah risiko atas perkataan yang selalu keluar dari mulut Gara. Manusia dengan ego tinggi memang tidak bisa merangkai kata apalagi berucap sesuai kata hati. Gara terlalu keras kepala membangun pertahanan hati, maka inilah balasannya. Lian salah menyimpulkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
NARESH (Hidden Black Soul)
FanficLylian Mahisa memangku masa lalu kelam. Lenyapan yang terkubur kini menuju permukaan membuat ia kembali terikat dengan Sagara Naresh. Lelaki pemegang segala kuasa, menarik tumbang pada genangan dosa. Sagara tak segan menaruhnya di bawah kendali daha...