14

3.7K 453 8
                                    

Romance In Marriage
By : Yoora Kin



Akhirnya Karina mendapat waktu sendirinya. Jeno sudah mulai bekerja karena liburnya sudah habis. Suaminya itu semakin sibuk karena juga harus mengurus pengesahan jabatannya begitu pun si Ayah mertua yang juga membantu Jeno. Iren? Ibu mertua nya itu sedang pergi arisan Ibu-Ibu elite. Karina diajak tapi dia menolak secara halus dengan alasan masih ingin istirahat padahal dia malah harus melanjutkan tulisannya. Untung Ibu mertuanya tipe yang ramah dan tidak menuntut banyak. Sungguh beruntung dirinya akrab dengan Ibu mertua yang baik. Tidak seperti di film-film yang Ibu mertuanya galak dan suka menyiksa menantu.

Handphone nya kembali berdering untuk kesekian kalinya. Mereka tidak menyerah menghubunginya. Mengganggu waktu sendirinya. Dia kesal dan akhirnya menjawab panggilan itu.

"Ada apa lagi? sudah kukatakan untuk tidak menggangguku. Ada apa dengan kalian? Selama ini kalian mengabaikan aku dan sekarang malah menggangguku seperti serangga", kesal Karina ketika menjawab panggilan itu.

"Aku hanya ingin memastikan anakku baik-baik saja"

"Huh, anak? jangan bercanda! aku yatim piatu!", bentak Karina dan memutuskan panggilan telepon mereka.

Mood nya untuk menulis langsung rusak karena pengganggu itu. Dan cobaan belum selesai. Kini orang lain yang sama dibencinya juga ikut meneleponnya.

"Oh ayolah! ada apa dengan kalian huh?", kesalnya lagi-lagi mengangkat telepon.

"Maaf jika aku mengganggu! Hati-hati dengan keluarga suamimu. Ada yang terus mengusik imformasi tentang kami. Kamu harus hati-hati! jaga dirimu!"

"Jangan meneleponku lagi!", bentaknya lagi lalu kali ini menonaktifkan handphonenya. Sepertinya dia harus mengganti nomor baru.

Dia terus menggerutu kesal. Bahkan kini ada yang mengetok pintu dan sungguh dia ingin meledak jika dia lupa dia ada di rumah mertuanya. Ada apa dengan hari ini? Kemana perginya hari-hari damai miliknya? Kenapa semua orang terus menganggunya?

Ceklek...

Seorang pelayan masuk dan membungkuk hormat padanya. Dia tidak akan memgamuk kok! Lagipula pelayan itu hanya melakukan tugasnya saja. Yang salah itu orang-orang yang terus mengganggunya.

"Permisi nyonya... makan siang sudah disiapkan", ucap si pelayan dengan sopan.

"Bisa tolong dibungkus? aku akan makan siang dengan Jeno di kantornya", pintah Karina dan dibalas anggukan si pelayan.

Tiba-tiba saja dia ingin bertemu Jeno. Mungkin dia harus membahas apa yang baru saja didengarnya tadi dari orang yang dia bentak di telepon. Atau sekedar memperbaiki mood nya dengan bertemu Jeno. Dia sedang ingin dihibur.

Karina diantar supir menuju kantor Lee Group. Yah, Jeno disana karena sedang mengurus persiapan peresmian jabatan barunya. Dia juga harus membereskan banyak masalah yang ditinggalkan Pamannya alias Ayah dari Mark yang pergi begitu saja meninggalkan perusahaan karena kecewa posisinya digeser. Padahal ada begitu banyak masalah yang belum selesai di perusahaan itu. Jadinya Jeno yang harus turun tangan. Menyebalkan memang!

Karina disambut dengan baik dan langsung diantarkan ke ruangan CEO. Pegawai yang melihatnya seperti melihat seorang selebriti saja. Tidak sia-sia dia mengerahkan semua kemampuannya untuk berdandan hari ini tapi memang pada dasarnya dia sudah cantik. Lee Jeno saja mengakui. Tentunya dia harus terlihat luar biasa untuk memberi kesan baik pada bawahan suaminya agar tidak diremehkan. Kan tidak lucu jika dia malah dikira kurir pengantar makanan jika datang dengan penampilan asal-asalan. Hei dia menantu keluarga Lee!

Karina menunggu Jeno yang katanya sedang ada meeting dan semoga memang sesuai kata sekretarisnya bahwa akan segera selesai. Perut Karina mulai protes ingin diisi. Tapi dia ingin makan dengan Jeno.

Ceklek...

Karina menoleh dan menatap penuh binar ke arah pintu karena mengira Jeno sudah kembali. Tapi ekspresinya berubah kecewa dan murung saat melihat Mark yang datang. Apa yang diinginkan sepupu suaminya itu?

"Apa yang dilakukan adik ipar di kantor?", tanya Mark sok ramah dan mengambil tempat di depan Karina. Mengganggu saja!

"Gue datang untuk makan siang dengan Jeno. Tidak salah kan? Dan memangnya semua orang bisa seenaknya masuk ke ruangan CEO? ternyata disini tidak seketat itu", jawab Karina ketus sekaligus menyindir.

"Gue masih cucuk keluarga Lee dan Jeno juga belum resmi kan?", jawab Mark percaya diri. "Oh yah... Jeno, Jeno... kok istrinya dibuat menunggu. Makan bareng gue aja gimana?"

Plak...

Karina memukul tangan Mark yang mencoba menyentuh makanan yang dibawah Karina. Enak saja! Ini kan untuk Jeno. Yah meski bukan dia yang membuatnya tapi tetap saja tidak ada yang boleh menyentuh makanan untuk Jeno.

"Hanya 2 porsi. Gue dan su-a-mi. Sebaiknya Ka-kak i-par cari makan sendiri atau minta tu-na-ngan lo yang bawa makanan", ucap Karina menekan beberapa katanya.

Meski berbicara sambil tersenyum namun kata-katanya sangat tajam. Hampir saja terbawa suasana dan emosi nya meledak.

Ceklek...

Kali ini Karina tidak salah mengira. Akhirnya penyelamatnya datang. Jeno masuk dengan ekspresi terkejut melihat Karina ada disana dan... Mark. Ekspresinya berubah dingin melihat sepupunya disana juga. Apa yang dilakukan istrinya bersama sepupunya itu? Awas saja kalau Mark mengatakan yang tidak-tidak pada Karina.

"Baiklah! Gue pergi. Lain kali kita makan bersama!", ucap Mark dan pergi bergitu saja. Jeno langsung mengunci pintunya begitu Mark pergi.

"Hahh kenapa lama sekali! si Markeu-Markeu itu sangat menyebalkan!", keluh Karina kesal.

"Kamu kemari untuk makan?", tanya Jeno antusias. Ekspresi dinginnya tadi langsung berubah ceria seperti memiliki kepribadian ganda saja.

"Hmmm... aku sudah terbiasa makan dengan Lee Jeno. Rasanya nggak nyaman makan sendirian di rumah", jawab Karina dan mulai menyiapkan makan siang mereka. Jeno menunggu dengan patuh memperhatikan Karina.

"Aku tebak kamu yang masak... eh... tapi bohong! mana bisa!", ucap Jeno jahil mengejek istrinya.

"Yah emang... mana bisa aku masak ginian? udah bisa goreng telur aja belajarnya setahun sama tante", ucap Karina malah tidak tersindir. Dia mulai terbiasa dengan joke Jeno.

"Sadar diri rupanya", balas Jeno mencubit gemas pipi Karina yang menggembung karena sedang mengunyah makanan.

Keduanya pun mulai makan. Karina sendiri sudah tidak tahan dengan protes perutnya. Sudah diduga, makan dengan Jeno lebih baik dari makan sendirian. Hei! Dia bukan jomblo menyedihkan hingga harus makan sendiri sekarang dia punya suami.

"Oh yah aku juga mau ngasi tahu kamu. Ada yang coba cari tahu latar belakang aku. Yah, termasuk orangtua aku. Emang sih sia-sia nyari informasi orangtua aku karena pasti susah. Tapi... Daddy-Mommy sampai telepon berarti mereka mulai terganggu", jelas Karina panjang lebar. Akhirnya Karina membahas orangtua nya pada Jeno.

Mendengar kata-kata Karina, Jeno jadi semakin penasaran dengan mertuanya. Tapi dia senang, perlahan Karina mulai terbuka padanya. Artinya tingkat kepercayaan istrinya sudah semakin meningkat.

"Jangan penasaran dengan mereka! aku nggak ada niat jelasin tentang mereka ke kamu atau ke siapa pun!", ucap Karina seakan bisa membaca isi pikiran suaminya.

"Aku nggak akan maksa kamu kok! Aku siap kapan aja kamu siap cerita tentang mereka", ucap Jeno santai.

"Good boy!", seru Karina mengusap kepala suaminya layaknya mengusap kepala bocah.

.
.
.
.
.
.tbc

Romance In Marriage | JenoxKarinaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang