16

3.7K 471 12
                                    

Romance In Marriage
By : Yoora Kin




Karina baru selesai bertemu editor nya alias Giselle. Dia bahkan belum seperempat mengerjakan novelnya. Terlalu banyak kejadian tidak terduga dalam kehidupannya akhir-akhir ini. Seakan tidak ada yang berjalan mulus lagi. Seperti sekarang. Acara makan siang dengan teman-temannya harus bubar karena ada yang terus menganggunya.

Karina masuk ke mobil sedan yang sudah menunggunya di depan resto. Mobil itu langsung melaju meninggalkan tempat itu begitu Karina masuk. Tenang, dia tidak sedang diculik atau apa pun.

"Silahkan nona!", si supir dengan hormat menyerahkan iPad yang tersambung dengan panggilan video. Tampak wajah seorang pria paru bayah di layar iPad itu yang langsung dikenalinya.

"Ada apa dengan ekspresi tidak senang itu, huh?"

Pria di seberang video call tampak keberatan dengan ekspresi Karina. Mana mungkin juga Karina tersenyum saat sedang sangat kesal seperti sekarang?

"Artinya aku memang tidak senang. Daddy... aku serius tidak ingin berurusan dengan kalian!", nada bicara Karina meninggi. Jelas! Dia sudah sangat kesal.

Yah, itu Ayahnya. Pria yang memang Ayah kandungnya. Sudah lama sejak mereka saling melihat wajah meski hanya lewat video call. Jika berharap interaksi menggemaskan atau haru melepas rindu. Maka salah! Karina atau pun Daddy nya bukan tipe yang seperti itu.

"Long time no hear me being called like that!", ucapnya tersenyum. "Aku hanya ingin memastikan orang seperti apa yang menikahi Putri ku. Dan lagi keluarga suami mu itu benar-benar seperti serangga yang tidak takut mati", lanjutnya membuat Karina berdecak kesal. Berani-beraninya membahas Jeno.

"Berhenti berpura-pura menjadi orangtua ku! kalian tidak pantas. Dan jangan coba-coba mengganggu Lee Jeno!", ucap Karina dingin namun penuh penekanan lalu mematikan sepihak sambungan video call itu.

"Antar aku kembali ke resto tadi!", titahnya.

"Baik nona!", tidak ada yang berani protes.

Karina diam dan tampak tenang tapi kedua tangannya saling meremas kuat hingga buku-buku jarinya memutih. Melirik bekas luka jahitan yang memanjang di bagian dalam pergelangan tangannya. Bekas luka yang tidak pernah menghilang dari tempatnya selalu membuat ingatan itu seakan masih baru. Luka yang paling susah sembuh adalah luka dari orang paling berarti dalam hidupnya.

Karina tidak mengucapkan apapun dan langsung turun dari mobil itu. Untungnya teman-temannya ternyata tidak bubar dan setia menunggunya di tempat yang sama. Setidaknya dia masih punya orang-orang yang peduli dan selalu menunggunya.

"Lo nggak apa-apa kan?", tanya Winter khawatir melihat ekspresi dingin Karina.

"Nggak apa-apa! ayo makan!", bohong Karina. Dia jelas tidak baik-baik saja. Tapi tidak ada yang berani bertanya lagi.

Tidak disadari Karina ada yang mengawasinya termasuk saat dirinya masuk ke mobil tadi dan kembali lagi. Ada orang yang mengawasi tidak jauh darisana dan terus mengikutinya bahkan ketika keempat perempuan itu keluar meninggalkan resto. Dan...

Bukh...

Satu pukulan dan orang itu kehilangan kesadarannya. Dua orang pria lain mengangkut tubuhnya ke dalam mobil. Mobil yang tadi dinaiki Karina. Tidak lupa mengambil memo card dari kamera yang menangkap gambar nona mereka.

"Kami mendapatkannya!", ucap pria berjas ke seseorang di balik sambungan telepon.

"Teruskan pekerjaan kalian! Putriku agak menyebalkan saat sedang kesal", pintah si bos.

"Baik!", jawab mereka patuh. Percayalah! ada kemungkinan pria tadi tidak akan bisa pulang dengan selamat.

.....

Brak...

"Shit!", umpat Jaehyun membanting kamera yang isinya sudah tidak ada lagi. Kamera itu hancur hingga terbagi menjadi beberapa bagian.

Hari ini dia mendapat kiriman paket tidak terduga. Bawahannya yang belum mati tapi bisa dibilang setengah mati. Hampir semua bagian tubuhnya dibuat lumpuh. Tidak bisa bergerak, bicara, melihat bahkan mendengar. Apa pun yang dilihat dan didengarnya tidak akan pernah tersampaikan pada siapa pun. Sungguh hukuman sekaligus peringatan yang sadis.

"Neraka yang lebih buruk dari kematian. Hidup tapi tidak sanggup berbuat apa-apa", ucap Doyoung menatap prihatin rekan kerjanya. Kalau saja waktu itu dia terlambat melarikan diri maka dia akan berakhir seperti rekan kerjanya itu. Musuh mereka memang mengerikan.

"Hyung, kami sudah memeriksa semua cctv di sekitar tempat itu bahkan di depan resto tapi semuanya sudah dibersihkan", lapor Eric membuat suasana semakin suram. Mereka lagi-lagi tidak mendapat apa pun. Harga diri seorang Jung Jaehyun seperti diinjak-injak sekarang.

"Hah... bahkan cara mafia nggak berhasil! mau coba cara gue?", tanya Lami menawarkan diri.

"Cara apa?"

"Lihat aja nanti!", jawab Lami tersenyum penuh arti. Kita lihat apakah kali ini akan berhasil. Atau akan berakhir seperti rencana Jaehyun. Dihancurkan begitu saja!

Yah, orang itu dikirim Jaehyun untuk memgawasi Karina. Berharap mendapat lebih banyak informasi tapi belum sehari mereka sudah ketahuan. Sesulit itu mengawasi seorang Karina. Tentu! banyak orang tidak terduga berkeliaran di sekitar istri Lee Jeno itu.

.....

Karina kembali saat hari sudah gelap. Bahkan Jeno sudah pulang. Hari ini dia habiskan menghibur diri dengan bersenang-senang bersama teman-temannya. Ingin menyegarkan pikiran saja, siapa tahu ada ide yang tiba-tiba melintas di kepalanya untuk melanjutkan novelnya.

"Gimana? seru mainnya?", tanya Jeno mengusap lembut kepala Karina begitu istrinya merebahkan diri di sampingnya dan bersandar padanya.

"Hmmm... sepupu-sepupu kamu masih nggak mau nyerah. Today, Daddy contact me again!", jawab Karina lesu.

"Maaf yah! kamu jadi dapat banyak masalah!", ucap Jeno merasa bersalah.

"Yah, nggak apa-apa. Tapi...", Karina terdiam sejenak. Mengangkat kepalanya dan menatap Jeno langsung ke matanya. "Kamu nggak ikutan cari tahu orangtua aku kan?", tanya Karina memastikan dan dijawab gelengan Jeno.

"Persyaratan no. 7. Jangan saling ganggu privasi!", jawab Jeno membuat Karina bernafas lega. Setidaknya Jeno harus dihindarkan dari orangtua nya.

"Kamu nggak boleh berurusan dengan mereka. Bahkan kalo mereka yang datangi kamu duluan kamu harus menghindar", ucap Karina penuh penekanan membuat Jeno jadi mengurungkan niatnya untuk mencari tahu.

"They're dangerous!", lanjut Karina dalam hati.

"You make a strong wall with me!", batin Jeno agak kecewa.

"Hmmm... nggak akan! sana mandi terus istirahat. Malam ini kamu nggak usah lanjutin novel. Malam ini aja kamu tidur lebih awal", pintah Jeno dan diangguki patuh Karina. Tidak ada salahnya sekali-kali menjadi istri yang patuh pada suami kan?

Karina melaksanakan perintah suaminya. Bersih-bersih dan berbaring dalam pelukan Jeno. Salah satu alasan Jeno jadi tertular kebiasaan Karina bangun siang karena terbiasa memeluk Karina dalam tidurnya. Jika Karina belum bangun dia pun enggan bangun dan melepas pelukannya. Dan pelukan itu kini menjadi salah satu hal favorite keduanya.

"Aku penasaran ending yang menunggu kita nanti! apa kita benar akan berpisah? can I let you go? I'm starting to get scared imagining it", batin Karina.

"Can i be selfish? wish a happy ending for us?", batin Jeno.

.
.
.
.
.
.
.
.tbc

Romance In Marriage | JenoxKarinaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang