01 - Kampung

125K 7K 771
                                    

Di pagi hari yang cerah, terlihat sepasang suami istri sedang memasukkan tas-tas besar ke dalam bagasi mobil milik mereka.

Sang istri sedari tadi kelihatan terus menekuk wajahnya, menandakan bahwa dirinya sedang kesal saat ini.

Sang suami, lalu menoleh pada istrinya itu.

"Nisa... kenapa cemberut gitu, hm? jugaan kita tinggal seminggu aja di kampung." kata sang suami yang kini menutup bagasi mobilnya, sudah selesai memasukkan semua tas ke dalamnya.

"Huh... mas Ardan! kamu tau kan kalo aku gak bisa tinggal di pedesaan, pasti banyak serangga, kayak... nyamuk, kecoak... ewh disgusting!" kata Nisa, sang istri yang terlihat bergidik geli.

Sedangkan sang suami, yang memiliki nama lengkap Ardan Fernanda Atmaja, hanya menggelengkan kepalanya heran.

"Nanti kita bisa pake obat anti serangga. Ini permintaan mama, Nisa. Jelek juga kan kalo rumah di kampung terus dibiarin kosong." kata Ardan lembut agar sang istri mengerti.

"Okay fine! ayo kita berangkat." ketus Nisa lalu berjalan ke arah passenger seat bagian depan.

Ardan lalu menuju kemudi mobilnya.

*Brmm...

Ardan dan Nisa pun memulai perjalanan mereka menuju sebuah desa di daerah pegunungan, meninggalkan rumah mewah mereka yang berada di tengah-tengah sesaknya
keramaian perkotaan.

Tujuan mereka saat ini adalah menuju sebuah rumah sederhana yang berada di sebuah desa di daerah pegunungan. Rumah lama yang Ardan dan almarhumah ibunya tinggali sejak dirinya lahir sampai dirinya menginjak kelas 1 SMP, ketika ibunya meninggal. Setelah itu, Ardan tinggal di kota bersama sang kakek.

Ia harus meninggalkan desa saat itu karena sang ibu meninggal dunia, jadilah sang kakek dari pihak ibunya mengajak Ardan untuk tinggal di kota.

Ardan lalu berpisah tempat tinggal dengan sang kakek karena dirinya sudah mulai bekerja serabutan ketika Ardan berusia 19 tahun. Hingga kini, usia Ardan 28 tahun, ia telah menjadi pengusaha sukses dengan seorang istri yang telah menikah dengannya sejak enam bulan yang lalu.

Kembali pada Ardan dan Nisa di perjalanannya. Setelah menempuh sekitar dua jam perjalanan, kini Ardan dan Nisa sudah tiba di kawasan pegunungan yang sangat asri.

Mereka pun melewati jalanan yang cukup menguji adrenalin, terlihat di sisi kiri terdapat tebing-tebing yang tinggi, bahkan di beberapa titik terdapat rambu lalu lintas yang menandakan bahwa tebing disana rawan longsor.

Sedangkan di sisi kanan jalan, terdapat jurang yang cukup curam, beruntung ada pembatas jalan yang cukup kuat di sepanjang jalan.

"Mas... serem banget, kapan nyampenya kita? huh!!"  keluh Nisa saat dirinya melihat betapa seramnya jalan yang mereka lalui saat ini.

"Bentar lagi nyampe ini. Sabar."  ucap Ardan singkat. Nisa hanya mendengus, menanggapi ucapan suaminya.

Sekitar sepuluh menit berlalu, akhirnya mobil mereka memasuki sebuah pemukiman terpencil dengan jalan yang sudah tak beraspal, hanya tanah yang sering dilalui hingga memebentuk sebuah jalan. Disekelilingnya terdapat rumah-rumah sederhana berbahan kayu.

Terlihat orang-orang di desa itu menatap kagum pada mobil yang melewati rumah mereka.

Kini Ardan melebarkan senyumnya. Ia berpikir desa inilah yang ia sebut rumah sesungguhnya. Banyak kenangan yang tercipta disini. Bahkan jika saja bisa, Ardan tak pernah ingin meninggalkan desa ini dari dulu.

Mas Ardan - [ MPREG ] BxB [ BL ] [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang