12 - Confess?

33.3K 3.5K 242
                                    

Tak disadari di ambang pintu yang tak tertutup sempurna, terdapat sebuah senyuman yang tak kalah lebar dari Ardan, yaitu senyuman si kecil Ian yang sedari tadi sudah mengintip interaksi sang mama dan Ardan di dalam kamarnya.

.
.
.
.

Suara ketukan heels milik Nisa yang beradu dengan lantai terdengar menggema di ruang tengah rumah Ardan.

Jarum jam telah menunjukkan pukul 21.30 malam. Nisa kini melangkahkan kakinya menuju kamar tidur miliknya bersama sang suami.

Di dalam kamar, Ardan duduk bersandar di headboard ranjang king sizenya, pahanya ia gunakan untuk memangku laptopnya sedangkan jemari tangannya sibuk mengklik setiap huruf-huruf di keyboard laptopnya itu.

Kehadiran Nisa di kamarnya sama sekali tak digubris oleh Ardan. Dirinya tetap memilih fokus dengan layar persegi panjang yang ada di pangkuannya.

"Mas, tadi siang aku ke kantor mas tapi sekretaris mas bilang kalo mas ambil libur? Kenapa, mas? Bukannya dari kemarin mas bilang kalo hari ini harus pagi-pagi udah ke kantor karena banyak urusan?"

"Mas jagain Ian. Soalnya Yaska lagi sakit."  ucap Ardan tanpa mengalihkan pandangan dari layar laptopnya.

"Seriously?! cuman karena salah satu pembantu di ruma—"

"JANGAN PANGGIL YASKA PEMBANTU!!"

Seketika Nisa terlonjak dan melangkah mundur. Ardan bukanlah tipe orang yang emosinya mudah terpancing.

Walaupun perawakannya yang besar dan tinggi, ditambah suara husky nya yang berat, Ardan tak akan marah jika amarah dalam dirinya tak tersulut. Nisa seketika menyesal dengan ucapannya tadi yang dengan mudahnya memancing emosi Ardan.

Ardan mendekat ke arah Nisa lalu menunjuk wajah Nisa dengan jari telunjuknya.

"Jangan lupa. Kalau bukan karena status pernikahan kita, kamu bukan siapa-siapa di rumah ini, Nisa. Bahkan walau kamu sudah berstatus jadi istri aku, kamu bukanlah siapa-siapa bagiku."

Kedua tangan Nisa terkepal. Ia sakit hati mendengar ucapan suaminya itu.

"Terus kenapa dari awal mas setuju sama perjodohan ini?! KENAPA?!"

"KARENA AKU GAK PUNYA PILIHAN LAIN!... aku seakan-akan tersesat ke dalam hutan dan gak tau harus kemana lagi! Perjodohan ini bukannya ngasi jalan keluar buat aku, TAPI MALAH BIKIN AKU MAKIN TERSESAT KE DALAM!!" 

Emosi Ardan kini meluap, nafasnya pun terengah-engah. Sedangkan Nisa hanya bergeming, tak dapat membalas ucapan Ardan.

"Mas udah berusaha buat nerima kamu di hati mas. Tapi gak bisa Nisa. SAMA SEKALI GAK BISA!"

Ardan lalu menangkupkan kedua telapak tangannya di depan dada.

"Jadi mas mohon... mohon agar kita segera akhiri hubungan suami-istri ini."

Kedua mata Nisa seketika membulat. 'Gak... Ini gak bisa dibiarin!'  pikir Nisa dalam hatinya. Raut wajah Nisa pun dengan cepat berubah menjadi sendu.

Kedua tangan Nisa terulur menyentuh tangan Ardan yang masih ia tangkupkan.

"M-Mas ya-yakin?... apa gak ada sedikitpun kesempatan b-buat hubungan kita ini?"

Mas Ardan - [ MPREG ] BxB [ BL ] [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang