29 - Maaf

21.7K 2.2K 64
                                    

"Tapi, Pak. Pasien bersangkutan telah meninggal dunia dua hari yang lalu, tepatnya pukul 14.58 sore, dan telah dipulangkan ke rumah duka di hari itu juga."

.
.
.
.

*Cklek...

Masih mengenakan pakaian kerjanya, Ardan baru saja memasuki kamar tidurnya. Di dalam, Yaska terlihat sudah terlelap dengan televisi yang masih menyala.

Ardan tersenyum lalu mematikan televisi di dalam kamarnya itu, "Pasti Yaska ketiduran." lalu Ardan berjalan mendekati Yaska yang terpejam.

"Mas gak tega bangunin kamu, dek." gumam Ardan yang memperhatikan Yaska tanpa menyentuhnya.

Ardan lalu menuju kamar mandinya, membersihkan seluruh tubuhnya.

Tak lama kemudian, Ardan pun keluar dari kamar mandinya dan sedikit terkejut karena mendapati Yaska yang sudah duduk manis di atas kasurnya, dengan kedua tangan yang tak hentinya mengucek kedua matanya.

"Kamu gak tidur lagi, dek?"

Yaska menggeleng. "Nanti mas. Baru aja Yaska kebangun abis denger suara mas keluar dari kamar mandi...

"...Oh iya mas! Gimana tadi? Mas dapet info tentang mbak Dewi, gak?"

Ardan mengangguk.

"Kamu gak usah khawatir, mbak Dewi katanya udah dipulangin. Tapi ke luar kota, di kampung asalnya Bu Diah, dek. Makanya mas gak bisa hubungin."

Kedua mata Yaska seketika berbinar, dan dengan segera Yaska mendekati Ardan.

"Beneran mas?!"

Ardan mengangguk.

*GREP

Yaska yang kegirangan lalu memeluk tubuh pria tinggi di depannya.

"Yeyy... makasih mas."

"Iya, dek."

Senyuman Ardan hilang di saat Yaska masih memeluk erat tubuhnya.

"Tapi mas... Yaska pengen banget ketemu keluarga Vio." rengek Yaska yang masih setia memeluk tubuh Ardan.

"Nanti abis dede bayi lahir, kita coba hubungin mereka lagi, oke?"

Yaska melepas pelukannya lalu mengerucutkan bibirnya.

"Lamaaa mas..."

Ardan yang melihat wajah gemas Yaska lalu menangkup kedua pipi Yaska dengan telapak tangannya.

"Harus sabar, dek. Tolong kita sekarang fokus sama kesehatan kamu juga dede bayi di dalem ya... Ian juga sekarang udah mulai sekolah, jadi please kita fokus sama keluarga kita dulu, sayang. Jangan yang lain, hm?"

Yaska mengembangkan senyumnya dan mengangguk.

"Bener yang mas bilang. Harusnya Yaska fokus sama keluarga kita dulu... Ayo mas, tidur. Yaska udah ngantuk lagi."

Yaska dengan cepat kembali merebahkan tubuhnya di ranjang, diikuti oleh Ardan yang mendekap tubuh Yaska.

Kini posisi mereka berhadapan. Hanya saja Yaska sudah mulai terlelap, sedangkan kedua mata Ardan masih terbuka sempurna.

Mas Ardan - [ MPREG ] BxB [ BL ] [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang