03 - Perasaan

55.7K 5.3K 597
                                    

Pandangan Ardan terlihat mengedar, sedikit ragu ingin mengatakan sesuatu.

"Emm dek... kalo mas tawarin kamu sama Ian buat ikut ke kota dan tinggal di rumah mas, kamu mau?"

.
.
.
.

Tentu saja Yaska tak mengira kalimat itu akan terlontar dari mulut Ardan. Mengapa Ardan ingin mengajaknya tinggal di kota?!

"Hah? t-tinggal di kota? tinggal di rumah mas?!"

Ardan mengangguk mantap.

"Iya, Yaska. Mas udah liat dan denger gimana susahnya kamu sama Ian disini. Gakpapa kan kalo kamu ikut mas ke kota?"

Yaska terlihat menggeleng ragu.

"T-Tapi mas... Yaska jadi ngerepotin mas nantinya. Mas juga udah punya istri kan? Yaska nggak enak, mas."

Ardan menghela nafasnya.

"Kamu gak ngerepotin mas, Yaska. Justru mas yang berhutang budi sama keluarga kamu dulu. Disaat ibunya mas dikatain pelacur sama yang lain... cuman keluarga kamu yang nerima kehadiran ibu dan mas disini."

"Jangan bilang gitu mas..."

"Mas juga pengen Ian tumbuh sebaik mungkin. Di kota, kebutuhan untuk Ian gampang ditemuin... juga dengan di kota, kamu bisa menjamin pendidikan Ian, dek."

"Tapi mas... hidup di kota gak gampang. Yaska gak punya keahlian apa-apa. Gimana Yaska bisa cari kerja disana mas? Yaska gak mau ngerepotin mas sama istri mas terus-terusan."

Ardan kini harus memutar otaknya. Ardan harus berpikir bagaimana caranya agar Yaska menyetujui permintaannya itu. Ardan tak ingin melihat Yaska dan Ian kesusahan seperti ini. Tak peduli bagaimana tanggapan Nisa nanti, yang terpenting keamanan dan kenyamanan Yaska dan Ian kini terjamin.

"Kamu kerja di rumah mas."

"H-Hah? k-kerja?"

"Ya, kamu pinter masak... rumah kamu juga rapi, pasti kamu suka bersih-bersih. Istri mas jarang di rumah karena kerja, otomatis dia jarang masakin mas dan jarang bersih-bersih juga. Jadi, gimana kalo kamu kerja di rumah mas, sekalian tinggal disana? nanti mas kasi kamu gaji, Yaska."

Yaska yang masih berdiri dengan Ian yang sudah tertidur pulas di lengannya terlihat berpikir sejenak.

"Mas... tinggal di rumah mas aja udah cukup buat Yaska sama Ian. Mas gak perlu kasi gaji ke Yaska."

"Gak, kamu harus terima gaji. Kamu tadi yang bilang kan kalo kamu mau kerja? dimana-mana kalo kerja harus digaji kan."

Yaska hanya terdiam. Ia bingung harus menjawab apa.

"Jadi gimana? berarti kamu setuju kan, dek?"

'Apa Yaska harus terima tawaran mas Ardan?' 

Awalnya Yaska masih ragu dengan tawaran Ardan itu, namun saat Yaska mengalihkan pandangannya menghadap sang putra yang tertidur nyenyak di gendongannya itu, seketika keraguan dalam benaknya itu menghilang.

'Ya, Yaska harus terima. Ini demi masa depan Ian, bukan?'

"Ya mas. Yaska setuju... tapi gimana sama istri mas nanti?"

Mas Ardan - [ MPREG ] BxB [ BL ] [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang