Namun saat telpon mereka tersambung, suara sirine yang terdengar jelas dan suara bergetar dari bu Diah membuat sekujur tubuh Ardan menegang di tempatnya.
"H-Halo nak Ardan... Nak Yas-Yaska... Nak Yaska d-ditabrak mobil, nak..."
.
.
.
.Keringat yang bercampur dengan air matanya meleleh turun dari wajah tegas Ardan yang tengah berlari dari tempat ia memarkirkan mobilnya, menuju ke ruang UGD.
Ardan tak bisa berpikir jernih saat ini.
Hingga Ardan tiba di depan ruang UGD. Ardan yang kalut lalu menoleh ke segala arah.
"Dimana Yaska... dimana Yaska..." gumam Ardan dengan wajahnya yang telah memerah. Kedua tangannya meremas kuat rambutnya yang basah karena keringat.
"Nak Ardan..."
Panggilan dari bu Diah membuat Ardan seketika menoleh ke arah sampingnya, dimana bu Diah dengan pakaiannya yang terdapat bercak darah.
Pandangan Ardan semakin buram oleh air matanya yang tiba-tiba kembali turun tak terkendali.
"Bu, dimana Yaska? kenapa dia masih di dalem, bu? kenapa, bu..."
Bu Diah memegang kedua pundak Ardan.
"Nak, tenang... Yaska masih ditangani dokter. Kamu harus tenang demi nak Yaska..."
Masih berderai air mata, Ardan lalu mengangguk.
Bu Diah lantas mengajak Ardan untuk duduk di kursi panjang yang disediakan di depan ruang UGD. Bermaksud agar pria dewasa itu dapat lebih tenang.
"Makasih bu... kalo gak ada ibu di sana—"
"Jangan bilang begitu nak... kita sekarang harus berdoa biar Yaska baik-baik aja, ya."
"Pasti, bu, pasti... eeeh, apa ibu lihat siapa yang nabrak Yaska tadi?" tanya Ardan membuat bu Diah menggeleng ragu.
"Saat itu, ibu masih di dalem minimarket. Dan setelah ibu denger teriakan dari luar, ibu cepat-cepat buat keluar dan ternyata Yaska udah... udah tergeletak di bawah."
Ardan terpejam mendengar itu.
"Tapi..." bu Diah menjeda ucapannya.
Kedua mata Ardan lalu terbuka.
"... mobil yang nabrak nak Yaska tiba-tiba kabur. Ibu gak inget nomor platnya, tapi mobilnya berwarna merah dan keliatan mahal, nak."
Kedua tangan Ardan mengepal kuat.
"Nisa..."
•••
Entah berapa lama Ardan telah duduk di kursi tunggu UGD, dia tak melirik jam sekalipun.
Namun sudah sejam yang lalu bu Diah pulang ke rumahnya. Saat itu juga Ardan menelpon Hana, salah satu ART di rumah Ardan yang Ardan perintahkan untuk menjaga Ian sementara waktu.
Jam yang melingkar di tangannya terus berdetak, akan tetapi tetap saja kedua mata Ardan enggan untuk berpaling dari pintu yang tertutup rapat di depannya.
![](https://img.wattpad.com/cover/307114173-288-k579885.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Mas Ardan - [ MPREG ] BxB [ BL ] [SELESAI]
Fiksi Remaja[ CERITA BL ! ] Kehidupan sepasang suami istri, Ardan dan Nisa berjalan seperti pasangan pada umumnya. Hingga di suatu hari, Ardan dan Nisa berkunjung ke kampung halaman Ardan, sebuah desa indah di lereng gunung yang penuh dengan kenangan masa kecil...