"Dimana ayahnya, dek?"
Pandangan Yaska tiba-tiba menjadi kosong setelah Ardan melontarkan pertanyaan itu.
.
.
.
.Yaska menggeleng kuat, "Yaska gak sudi manggil dia dengan sebutan ayah buat Ian, mas."
Lantas hening memenuhi ruang tengah dengan dinding berbahan kayu disana. Ardan sendiri bingung bagaimana harus merespon perkataan Yaska itu.
"Oh, ya... mas masih tinggal sama kakeknya mas sekarang?" ucap Yaska yang sepertinya tak ingin membahas tentang ayah dari putranya itu.
"Mas udah pisah tinggal sama kakek dek, soalnya mas udah kerja. Mas juga udah nikah. Jadi, "
Entah mengapa, perasaan sesak tiba-tiba muncul di dada Yaska kala mendengar kalimat terakhir yang Ardan lontarkan. Sesaat Yaska mengingat percakapan dirinya dan Ardan saat mereka kecil dulu.
- - -
"Mas... nanti kalo kita udah besar, Yaska nikah sama mas aja yahh-!!"
"Eh, kenapa gitu dek?"
"Kan biar Yaska bisa terus-terusan main sama mas! kayak ibu sama bapak yang menikah terus mereka tinggal berdua kan-!!"
Ardan kecil pun mengangguk, "Iya deh, mas nikah sama kamu aja nanti pas gede, biar kita bisa main berdua terus!"
"Yee.. yee, Yaska mau nikah sama mas Ardan!! yee.. yee... yuhuuu-!!'
- - -
Mengingat masa-masa itu membuat Yaska tersenyum miris.
"Selamat ya mas... bahkan mas nikah aja Yaska sampe nggak tau."
"Maafin mas dek, karena gak ngabarin kamu keluarga kamu pas mas nikah... maafin mas juga yang baru bisa mampir kesini sekarang—"
*BRAKK... BRAKK...
Di tengah perbincangan mereka, tiba-tiba pintu rumah Yaska diketuk dengan kasar.
"WOY YASKA KELUAR LUU!! BAYAR HUTANG LU SEKARANG, ANJING!!"
Bibir si kecil di pangkuan Yaska mulai bergetar, ketakutan mendengar teriakan keras seorang pria di luar rumahnya.
Ardan mengernyitkan dahinya,
"Siapa itu dek?"Dengan wajah paniknya, Yaska menyerahkan Ian yang terlihat ketakutan.
"Mas... tolong pegang Ian dulu. Yaska mau keluar sebentar."
Yaska lalu mengusap surai hitam putranya itu dengan penuh sayang.
"Sayang sama om Ardan dulu ya... mama mau keluar."
"Hungg..." Ian hanya mengangguk menuruti perkataan Yaska.
Dengan sedikit ketakutan, Yaska pun membuka pintu rumahnya perlahan.
Di depannya, seorang yang sedikit lebih tinggi darinya terlihat kesal dan mengulurkan tangannya.
"Mana duitnya?"
"Ma-Maaf bang... saya b-belum punya ua—"
*SRETT
Pria di depan Yaska tiba-tiba menarik leher baju Yaska dengan kencang membuat Yaska terdorong ke depan.
"APALAGI ALASAN LU KALI INI HAH?! BAYAR CEPETAN!!"
Yaska dengan sekuat tenaga menahan tangisnya, tak ingin terlihat lemah di depan putranya nanti.
"Uang saya cuman cu-cukup buat beli susu anak saya b-besok bang... t-tolong jangan sekara—"
KAMU SEDANG MEMBACA
Mas Ardan - [ MPREG ] BxB [ BL ] [SELESAI]
Genç Kurgu[ CERITA BL ! ] Kehidupan sepasang suami istri, Ardan dan Nisa berjalan seperti pasangan pada umumnya. Hingga di suatu hari, Ardan dan Nisa berkunjung ke kampung halaman Ardan, sebuah desa indah di lereng gunung yang penuh dengan kenangan masa kecil...