11 - Perhatian

31.1K 3.3K 68
                                    

Air mata Yaska telah terkuras habis, hingga dirinya tak mampu mengeluarkan kembali air dari dalam matanya.

"Kenapa ini semua terjadi?... Yaska bingung, Tuhan..."

"ASTAGA?!!"

.
.
.
.

Di lorong tempat Yaska terduduk, seorang cleaning service wanita tiba-tiba berlari mendekati Yaska yang kini sedang tak baik-baik saja.

"Yaampun mas... mas kenapa?"

Wanita yang baru datang itu panik saat melihat Yaska yang tengah duduk lemas dengan wajahnya yang penuh dengan selai coklat.

Yaska meneliti sosok asing yang ada di depannya, Yaska yakin wanita ini adalah orang yang baik.

"Mbak, t-tolong anter s-saya ke kamar mandi."

Tanpa menjawab, wanita itu hanya mengangguk dan segera membopong tubuh Yaska menuju restroom yang ada di lantai 4 itu.

Dengan segera wanita itu mendekatkan tubuh Yaska ke wastafel dengan kaca besar di sana.

"Ayo saya yang bersihin mukanya, mas."

Yaska menggeleng,
"Sa-Saya bisa sendiri mbak—"

Dengan tatapan ibanya, wanita itu juga menggeleng.

"Nggak, biar saya aja."

Yaska pun menerimanya, pemandangan wanita yang tengah membasuh wajah Yaska dengan perlahan itu mengingatkan dirinya pada Yuli, kakak perempuan Yaska.

"Nah udah bersih mas."

Air mata Yaska kembali berlinang.

"Mas kenapa?! ada yang sakit kah?"

"Enggak mbak... saya cuman keinget sama kakak perempuan saya..."

Wanita itu lalu mengusap pundak Yaska penuh sayang.

"Saya juga jadi keinget sama adek saya yang ada di luar kota... eum, kalo boleh tau, tadi mas kenapa? kalo gak salah mas tadi duduk deket ruangan bu Nisa?"

Yaska hanya menggeleng, tak ingin menceritakan kekejaman Nisa di dalam ruangan yang menakutkan itu.

"Enggak ada apa-apa mbak."

Wanita itu hanya terdiam, sepertinya mengerti jika Yaska tak ingin menceritakan kejadian yang dialaminya barusan,
"Ngomong-ngomong nama saya Jeni, kalo masnya?"

"Nama saya Yaska mbak."

Jeni lalu mengangguk,
"Dahi kamu ada memar, ayo saya antar ke ruang obat yang ada di sini."

Yaska menggeleng namun tak lupa untuk memasang senyuman manisnya,
"Yaska harus pulang mbak, anak Yaska pasti lagi nunggu Yaska di rumah."

Jeni mengembangkan senyumnya,
"Ya udah, ayo saya anter ke bawah."

"Gak usah mbak, Yaska liat mbak lagi ada kerjaan tadi kan."

"Iya sih... ya udah, saya anter sampe lift aja."

Yaska lalu mengangguk dan melemparkan senyumnya.

Mereka berdua pun berjalan keluar dari restroom tersebut, menuju ke arah lift berada.

"Makasih ya mbak karena udah bantu Yaska..."

"Gak apa-apa Yaska, kamu jaga diri yaa..."

"Iya mbak, kalo gitu Yaska pergi dulu."

Jeni lalu membalas ucapan Yaska itu dengan senyuman dan lambaian tangannya sebelum akhirnya mereka terpisah oleh pintu lift yang telah tertutup rapat.

Di dalam lift, Yaska memperhatikan memar di dahinya lewat cermin yang memenuhi setiap sisi dari lift itu. Bayangan bagaimana Nisa melemparkan kotak makan itu kembali terlintas di benak Yaska. Hingga Yaska tak sadar jika pintu lift sudah terbuka.

Mas Ardan - [ MPREG ] BxB [ BL ] [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang