Tak perlu waktu lama, di hari itu pula Ardan pun pulang membawa enam buah jenis durian berbeda yang dijual oleh pedagang, juga membeli freezer besar penuh dengan es krim!
.
.
.
.
Pukul 13.00 siang...Duduk di pinggir ranjangnya, sambil ditemani suara televisi besar disana, Ardan menatap lamat-lamat pria yang lebih kecil di depannya itu yang sedang asyik memakan durian.
Yaska yang sadar ditatap seperti itu oleh Ardan lalu menghentikan acara makan duriannya sementara.
"Kenapa, mas? mas mau duren juga? nih..." tanya Yaska sambil mengulurkan tangannya yang menggenggam sebiji besar durian.
Ardan menggeleng.
"Kamu kapan selesai makannya, dek? Jangan banyak-banyak makan durennya."
Pertanyaan Ardan barusan dibalas helaan nafas panjang dari Yaska.
"Yaska baru makan dua biji ini mas... abisin ini lagi satu boleh, ya?"
Kini giliran Ardan yang menghela nafasnya.
"Iya sih cuman dua biji, tapi dagingnya kan banyak itu, sayang... udahan ya makannya? kamu gak kasian sama dede di dalem sini, hm?" kata Ardan sambil mengusap pelan perut Yaska.
Yaska mengerucutkan bibirnya gemas sambil menatap penuh harap pada sebiji durian di genggaman tangan kanannya yang dagingnya telah habis setengah.
"Yaudah mas... Yaska udahan makannya." ucap Yaska lalu meletakkan sisa durian di tangannya ke mangkok berisi dua biji durian yang telah ia makan sebelumnya.
Ardan tersenyum, tangan kanannya lalu terulur meraih sisa durian yang barusan Yaska taruh itu.
"Biar mas yang makan..." Ardan tanpa ragu melahap sisa durian yang Yaska makan tadi.
"Ehmm~~ enwaaak!"
Yaska mendengus melihat ekspresi wajah Ardan yang terlihat sangat menikmati durian itu.
"Hahahah... maafin mas, sayang."
Ardan lalu membereskan mangkok serta durian yang masih tersisa disana. Membawanya menuju dapur lalu kembali ke kamarnya.
Ardan lantas menaiki ranjang besarnya dan duduk tepat di sebelah Yaska.
"Dek..."
Yaska menoleh dari televisi besar di depannya, kini menatap Ardan, "Iya, mas?"
"Sebenernya, kemarin mas ditelpon sama kakek."
Seperti yang Ardan duga, Yaska akan terkejut dengan kalimat yang Ardan lontarkan itu. Terlihat dari kedua mata Yaska yang sedikit membulat.
"Kata kakek, dia mau ketemu sama kita nanti sore, dek."
Ucapan Ardan membuat pandangan Yaska mengedar. Perkataan kakek dari Ardan dahulu yang secara tak langsung menghina dirinya dan putranya itu kembali terlintas di benak Yaska. Ia takut hal itu kembali terulang.
*Grep...
Genggaman hangat dari tangan besar Ardan tiba-tiba membuyarkan pikiran Yaska.
"Jangan khawatir, dek. Kali ini mas gak bakal ngebiarin kakek nyakitin perasaan kamu lagi dengan omongan dia."
Ardan lalu mencondongkan tubuhnya dan mengecup sayang kening Yaska, membuat Yaska mulai mengembangkan senyumnya.
*Tok... tok... tok...
Suara ketukan pintu kamar mereka membuat Ardan dan Yaska kompak tersentak lalu mengarahkan pandangan mereka ke arah pintu.
"Mamaa... Papaa... Ian boleh masuk nda?" suara si kecil Ian lalu terdengar membuat kedua insan di dalam kamar itu terkekeh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mas Ardan - [ MPREG ] BxB [ BL ] [SELESAI]
Teen Fiction[ CERITA BL ! ] Kehidupan sepasang suami istri, Ardan dan Nisa berjalan seperti pasangan pada umumnya. Hingga di suatu hari, Ardan dan Nisa berkunjung ke kampung halaman Ardan, sebuah desa indah di lereng gunung yang penuh dengan kenangan masa kecil...