Sama atau Berbeda

39 1 2
                                    

Titi menatap Ethan dan Nira bergantian. Mereka tengah duduk di meja makan bersama suaminya dan Tara, menyantap sarapan sederhana sambil sesekali berbincang. Meski sesekali ikut dalam pembicaraan, Titi tahu baik Nira maupun Ethan sedang memiliki sesuatu yang mereka pikirkan. Keduanya sesekali saling melirik satu sama lain dan termenung menatap sarapan yang ada di piring. Titi sendiri sekarang keheranan, apa mungkin keputusannya untuk menjodohkan kedua orang itu salah? Tetapi ia yakin ia bisa melihat dengan jelas bahwa perasaan itu ada dalam diri Ethan, dan jika Nira ragu karena merasa tidak pantas, maka sekarang waktunya Ethan untuk mencoba meyakinkan gadis itu bahwa dia memang pantas. 

"Nggak nambah? Ini ada kare kesukaan kamu," ujar Tara dari tempat duduknya kepada Nira.

Gadis itu menggeleng, "Perutku udah penuh bang."

Setelah itu Tara hanya mengangguk, Ethan yang duduk di samping Nira memicingkan mata ke arah adiknya itu. Tapi Tara yang ditatap tajam membalas dengan mengedikkan bahu. Dari tempat duduknya Titi menjadi ragu, apa jangan-jangan bukan Ethan yang selama ini suka Nira, tetapi malah Tara. Jika memang begitu semuanya menjadi rumit karena Nira menyukai Ethan, dan bahkan lebih rumit lagi karena dia menjodohkan mereka berdua. Wanita paruh baya itu berpikir keras hingga tak sadar menyisakan hampir setengah porsi sarapannya di piring. Semua ingatan tentang betapa perhatiannya Tara selama ini dan perubahan sikap Ethan tiba-tiba memenuhi pikirannya. 

Dulu ia merasakannya, namun ia mengabaikan itu dan menganggap semua itu hanya proses wajar. Tetapi setelah kejadian semalam ia menjadi meragukan dirinya sendiri, jangan-jangan keputusannya untuk menjodohkan Nira dan Ethan malah menjadi bumerang yang menyakiti gadis yang ia sayangi. Titi tiba-tiba meletakkan sendoknya.

"Kenapa Ma?" tanya suaminya.

"Mama mau bicara sebentar sama Tara."

Dari tempatnya duduk Tara mengernyitkan keningnya heran, "Udah makannya?"

"Udah, Papa habisin ya," ujar Titi pada suaminya. 

Dengan masih bingung Tara mengikuti mamanya yang sudah melenggang pergi dari meja makan. Di meja makan, Ethan dan Papanya saling pandang, keheranan. Setelah Titi dan Tara pergi meja makan menjadi semakin hening dan tanpa sadar mereka sudah menyelesaikan sarapan masing-masing. Ethan yang sedari tadi mencuri-curi pandang pada Nira mendapati piring wanita itu sudah bersih. "Kalau kamu sudah selesai makan, ayo kita ke taman," ujarnya pada Nira.

Nira hanya menganggukkan kepala, setelah membereskan piring-piring kotor mereka, ia dan Ethan beranjak dari ruang makan. Abimanyu yang ditinggalkan sendirian  semakin keheranan dengan tingkah keluarganya. "Sepertinya aku harus segera pensiun biar bisa tahu gosip terbaru di rumah ini," ujarnya lirih sambil menyesap kopinya.

--@@--

Tara duduk di tepi ranjangnya menunggu apa yang akan dikatakan sang Mama. Setelah sampai di kamar Tara wanita itu hanya duduk begitu saja di tepi ranjang, dan tak kunjung memulai pembicaraan. 

"Mama minta maaf," ucap Titi memulai.

Tara menelengkan kepalanya bingung, "Tiba-tiba?"

"Kamu suka Nira kan?"

Sempat khawatir karena permintaan maaf Mamanya yang tiba-tiba, Tara akhirnya menghela nafas saat mendengarkan pertanyaan itu. "Aku kira apa, Mama ini bikin aku khawatir aja."

Titi menatap putranya itu dengan wajah sendu. Ia menyalahkan dirinya sendiri karena tak bisa memahami lebih baik putra-putranya dan perasaan mereka. Dulu dia pikir keputusannya untuk menjodohkan salah seorang putranya dengan Nira adalah hal baik. Ia ingat saat ia menyatakan keinginannya untuk menjodohkan salah seorang putranya ia tak berkata pada Tara maupun Ethan siapa yang hendak dijodohkan mereka. Ia juga ingat bahwa waktu itu Tara berkata ia sudah menyukai orang lain dan tak ingin dijodoh-jodohkan. Sayangnya ia tak pernah memikirkan kemungkinan bahwa orang yang Tara sukai adalah Nira. Ia seharusnya sadar, sikap Tara yang biasanya tak acuh, jika dihadapkan dengan Nira menjadi sangat perhatian. 

Untuk SelatanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang