Gadis Kecil Bahagia

170 19 3
                                    

Gadis kecil bahagia.

Seharusnya Nira mendapat sebutan itu dari orang-orang yang melihatnya. Saat ia lahir, Mama dan Papanya adalah manusia yang mensyukuri kenikmatan luar biasa yang diberikan pada mereka setelah bertahun-tahun menanti kedatangannya.

Saat ia mulai berjalan, Mamanya seakan melihat keajaiban dunia dan Papanya merasakan hal yang sama.

Saat usianya dua tahun, Mamanya mulai gemar membuatkan gaun untuknya.

Saat ia tiga tahun, Mamanya divonis mengidap kanker payudara.

Saat ia berusia empat tahun, Mamanya terluka oleh permintaan Papanya untuk menikah lagi.

Saat berusia lima tahun, Mamanya tak bisa bangun dari ranjang rumah sakit dan Papanya menambah daftar keluarganya.

Saat ia berusia enam tahun, Mamanya adalah manusia terkuat yang berpulang kepada Sang Pencipta.

Dan sekarang, saat usianya tujuh tahun ia melihat tangan besar Papanya menggendong seorang Gadis kecil bahagia yang baru terlahir dari rahim istri keduanya.

Sanak saudara, tetangga, kolega, dan banyak orang yang tak ia kenal bersimpati padanya. Bukan dengan kata membangun dan penuh kasih, namun kata tak manusiawi yang menunjukkan betapa tak beruntung nasibnya.

"Kasian ya, belum satu tahun Mamanya meninggal sekarang udah punya adek baru."

"He, katanya udah nikah siri sejak istrinya masih sakit loh."

"Ihhh, emang istrinya tahu?"

"Tahu, malah nge drop gara-gara itu katanya."

"Terus anaknya gimana? Kasian banget."

"Tau tuh, duduk sendirian kayak nggak ada yang ngurus. Kasian banget."

Masih banyak bisikan-bisikan yang mengganggu, tapi Nira belum paham itu semua. Nira kecil ikut bahagia dengan kehadiran saudara barunya, ia duduk sendiri sambil menyantap berbagai hidangan yang ada di meja.

Sebenarnya tadi seorang pengasuh ada bersamanya dan menemaninya duduk di sana. Namun sekarang Bibi itu sedang sibuk membantu sang majikan, Mama tiri Nira. Sejak beberapa hari lalu Bibi mulai sibuk mengurusi putri kecil majikannya, hingga meninggalkan Nira sendirian seperti saat ini.

Nira masih asyik menikmati makanan di hadapannya sampai seorang wanita datang menghampirinya dan mengajaknya berbicara. "Kamu benar-benar mirip dengan Farah."

Ucapan wanita cantik berhijab maroon itu membingungkan Nira. Ia menelengkan kepala tanda tak mengerti mengapa nama Mamanya disebut. Gadis itu memang cantik, wajahnya lonjong, kulitnya putih bersih, dan rambutnya yang hitam legam terihat lucu ketika dikuncir dua seperti saat ini.

"Cantik, kamu ingat tante tidak?" tanya wanita itu dengan lembut.

"Enggak! Memangnya Tante Cantik siapa?" jawab Nira polos.

"Tante teman Mama kamu sayang, Tante Titi." Titi mengusap lembut rambut hitam gadis itu.

"Ohhh teman Mama yang baik itu ya! Tapi Mamanya nggak ada Tante, Mama pergi ke tempat jauh," seru gadis itu teringat keabsenan Mamanya.

"Allah ambil Mama soalnya Allah sayang sama Mama. Allah kasian Mama sakit terus, Nira juga kasian liat Mama terus-terus Allah ambil Mama deh.... Tapi Nira punya Mama baru yang cantik Tante! Adek juga!" lanjut gadis itu.

Air mata Titi menggenang mendengar penuturan gadis di hadapannya, darimana bocah kecil ini belajar semua itu? Ia mengusap setetes air mata yang dengan lancang keluar akibat mengingat sahabat yang ia cintai. Lihat Far, anakmu pintar dan cantik, juga kuat sepertimu! katanya dalam hati.

"Nira suka punya adek?" tanya Titi.

"Suka banget! Nanti aku ajak buat main boneka terus jalan-jalan juga." Gadis itu menjawab dengan semangat belum tahu bahwa nanti ia tak diberi kesempatan untuk melakukan itu.

"Siapa nama adeknya Nira?"

"Namanya Abigail!" seru gadis itu.

Dan percakapan itu terus berlanjut, sesekali Nira tertawa geli mendengar lelucon dari Titi. Setelah beberapa saat bocah lelaki muncul sambil membawa segenggam lolipop di tangannya. Bocah itu punya perawakan tinggi untuk anak seusianya, kulitnya sawo matang dan iris matanya abu-abu. Sangat tampan, bahkan bagi Nira yang masih kecil.

"Mama! Aku cari-cari dari tadi ternyata disini. Itu ya adek yang mau dikasih permen?" ucap bocah itu kepada Titi sambil menyodorkan segenggam lolipop yang tadi dibawanya.

"Aduh... maaf ya sayang. Sini duduk dulu, kasih permennya ke Nira. Kenalan dulu Nira, ini kak Ethan." Bocah lelaki itu lekas duduk di samping Nira dan memberikan segenggam lolipop di tangannya. "Ini buat kamu," ucapnya.

"Makasih kak Ethan! Nira suka permen!" Cup! Gadis itu mencium pipi bocah lelaki di sampingnya. Bocah disampingnya hanya melongo, di usianya yang ke sepuluh tahun Selatan menganggap ciuman untuknya sebagai sesuatu yang tabu. Hal itu demi menegaskan bahwa dirinya bukan anak kecil lagi.

"Ihh! Kok dicium sih!" wajah bocah itu memerah dan berusaha menghilangkan bekas bibir di pipinya.

"Nggak apa-apa Ethan, masak sama adek aja malu."

"Tapi Ethan kan udah gede masak dicium sama bocah sih!"

"Hihihi... habis kakak ganteng sih. Nira suka!" seruan Nira mengundang gelak tawa Titi dan wajah cemberut dari Ethan.

"Nira sekarang kamu adek kakak ya, jadi nggak boleh suka kakak!" titah Ethan.

"Nira punya adek, tapi Nira suka adek. Jadi nggak apa-apa Nira suka kakak kan tante?"

"Iya nggak apa-apa kok sayang." Jawaban Titi membuat Ethan semakin cemberut. "Mama nanti dia cium-cium aku lagi!"

"Ya nggak apa-apa Ethan, kamu kan juga sering dicium Mama."

"Mama kan Mama, bukan adek! Tara juga nggak pernah cium aku." Utara, adek lelaki Ethan yang berusia delapan tahun. "Iya-iya terserah kamu deh..." jawab Mamanya.

Seorang bocah lelaki lainnya datang, dan langsung duduk di samping Titi. "Nggak asik sama Papa, Tara sama Mama aja. Siapa itu kok lucu banget?"

"Tara ini Nira, Nira ini kak Tara adeknya kak Ethan," tutur Titi. Nira menatap Tara dengan mata bulatnya. "Halo kak Tara," sapanya pada bocah lelaki yang memiliki perawakan persis Ethan namun dengan versi lebih kecil dan mata yang lebih gelap.

Hari itu, di tengah keramaian tamu yang datang ke rumah besar keluarganya Nira menemukan kehangatan sebuah keluarga. Keluarga baru yang berjanji akan selalu menyambutnya, dua orang kakak yang akan melindunginya. Nira merasa beruntung hari itu ada.

----

Assalamualaikum....
Uppppppppp!!!!!! Teruntuk yang sayang sama bang Ethan kuyyyyy vote☆☆☆☆☆☆!!!!!!

Untuk SelatanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang