6.3 PRAJURIT KIRANA

310 57 0
                                    


"Apasih yang mau kalian capai dari turnamen ini?" Tanya Doyoung yang kasian melihat anggota timnya kelelahan. Begitu juga anak Karang Taruna. Bahkan beberapa dari mereka ada yang cidera tadi.

"Menang lah. Emang Lo gamau menang?" Tanya Ryujin. Doyoung menghela nafas.

"Kirana, kalau masalahnya hanya karena ucapan oknum anak Karang Taruna, harusnya kita rapatkan sama dua belah pihak dan ditengahi perangkat desa. Toh kata Kun ada bukti otentiknya bukan?"

"Doy, gue nggak suka siapapun melakukan bullying, bahkan ini udah masuk ke ranah pelecehan seksual secara verbal"

"Ya tapi bisa kita bicarakan bersama Kirana. Nggak dengan turnamen begini terus ngorbanin anak-anak lain. Kasian mereka juga"

"Doy, mereka join tim kita karena mendukung penegakan keadilan. Yang Lo pikir kesalahan mereka hanya karena sebuah kata, bagi gue, Somi dan Jennie... Itu lebih tajam dari belati. Lebih menyakitkan dari racun bisa ular. Lo pikirin juga mental korban pelecehan itu"

"Jennie udah nggak apa-apa. Kamu yang terlalu ambisius Kirana. Coba lihat mereka" kata Doyoung menyuruh Ryujin melihat kondisi dan ekspresi kelelahan serta kesakitan tim mereka.

"Kasian mereka Kirana. Sudahi turnamen ini. Berhenti" pinta Doyoung ke Ryujin.



Gadis yupi itu terdiam. Ia juga tidak tega melihat banyak anak timnya menderita seperti itu. Ia melangkah maju ke depan, ke arah para perangkat desa yang menonton di tribun VVIP.

Entah apa yang Ryujin bicarakan dengan Bu Kades, Doyoung hanya berharap bukan hal gila baru lagi yang Ryujin usulkan.


"Tim KKN memutuskan menyudahi turnamen kali ini" kata Bu Kades.


Senyum merekah di bibir Doyoung.


"Tinggal satu turnamen Bu. Takut kalah ya mereka?" Tanya Nancy yang memicu kekesalan banyak pihak tentunya.

"Memang tinggal satu turnamen. Tapi mereka memutuskan menyudahi kok" kata Bu Kades enteng.

"One by one. Satu orang tim kamu, lawan satu orang tim kami. Random" kata Nancy.

"Permisi Pak, silahkan pilih nomor dari 1 sampai 31" kata Nancy yang tiba-tiba meminta Minho untuk memilih nomer.

Ayah Minho tampak kebingungan, "S-saya pilih nomer 12 aja mbak"

"Bu Kades, silahkan anda pilih nomer juga" kata Nancy.

"Hmmm... Saya suka angka 4. Jadi nomer 4 yang saya pilih" kata Bu Kades yakin.

"Oke. Mas Iwung, pilih angka 4 atau 12?" Tanya Nancy. Iwung memberikan kode jari angka 1 dan 2.

"Oke. Tim kalian berarti angka 4. Panitia, tolong buka layar pemain" kata Nancy.

Layar monitor besar menampilkan nama-nama pemain kedua tim. Mata Nancy membola.

"Jadi... Gue lawan siapa itu? Kenapa namanya kosong di tim Lo?" Tanya Ryujin santai.

"Kosong soalnya Jihan sama Lami kan nggak terdaftar pertandingan. Mereka ada lomba olimpiade di sekolah" kata Lele.

"Boleh gue yang minta sendiri siapa lawan gue?" Tanya Ryujin.

"Nggak bisa! Panitia, buat rolet nama anak Karang Taruna. Biar Ryujin bilang stop, dan nanti ketahuan siapa lawannya" Nancy yang masih dengan sifat mengaturnya.

Panitia dengan sabar membuat rolet permintaan Nancy. Setelah rolet siap. Ryujin sengaja menutup matanya dengan tangan Nancy.

"Biar Lo makin puas kalo gue nggak milih-milih lawan" sarkas Ryujin.

KKN DESA PENYANYITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang