2| SHE IS LYRA

3.4K 130 10
                                    

ONESHOOT 2

[DRAMIONE ONESHOOT]

▪︎▪︎▪︎

CHAPTER 2 ( SHE IS LYRA )

“Kau yakin Draco bahwa Narcissa akan baik-baik saja bila kita tidak menerima perjodohan ini?”

Draco menghela napas, dia mengalihkan pandangannya dari arah pemandangan di luar jembatan menjadi menatap sosok perempuan berseragam Slytherin dengan rambut coklat di depannya. Astoria Grenggrass

“Tidak apa, Tori. Mother akan menerimanya, dan aku yakin dia tidak akan keberatan.”

Astoria mengangguk lega seraya tersenyum. “Baiklah, dengan ini aku bisa meyakinkan Adrian bahwa semua akan baik-baik saja dan kita bisa bersama.”

Draco tersenyum simpul. “Aku yakin kalian akan bersama,” katanya, Astoria terkikik senang.

“Terima kasih Draco,” ucap Astoria kemudian dia melangkah pergi meninggalkan jembatan yang menuju ke hutan terlarang itu dan pergi masuk ke dalam kastil lagi.

Kesunyian kembali datang, bunyi sepatu Astoria sudah tidak terdengar, Draco kini mendesah, memikirkan bagaimana nanti dia harus meyakinkan Ibunya—Narcissa bahwa dia maupun Astoria sama-sama tidak menginginkan perjodohan itu adalah bukan hal yang mudah.

Tapi mau bagaimanapun juga, Draco harus berhasil meyakinkannya, Astoria mencintai orang lain, dan begitu juga Draco. Mereka tidak bisa bersama karna hal itu, orang yang mereka cintai lebih berharga dari apa pun.

“Apa yang harus aku lakukan untuk meyakinkan Mother?” gumamnya pada diri sendiri.

Diam beberapa saat, namun tak selang setelahnya sebuah guncangan hebat terjadi, Draco merasa panik, dia tidak mengerti apa yang terjadi saat ini, apa Voldemort kembali hidup lalu dia menyerang Hogwarts lagi?

Ah membayangkannya saja Draco sudah merasa ngeri.

Pemuda itu terus berpegangan pada pembatas jembatan, walau ada guncangan hebat, tetapi jembatan ini tidak menunjukkan kerapuhan sedikit pun, raut wajah panik Draco terlihat jelas, dia merasa takut sebelum akhirnya layaknya angin yang berembus sesuatu tiba-tiba saja muncul di lantai kayu jembatan.

Sesosok tubuh mungil yang kini tengah duduk diam dengan wajahnya yang bingung. Kehadiran sosok itu menghentikan guncangan hebat tadi, Draco merasa lega sekaligus bingung. Di lepaskanlah tangannya dari pegangan terhadap pembatas jembatan, dan Draco memilih untuk berlutut untuk menatap sosok tubuh mungil di hadapannya.

Surai platina yang mirip dengannya, iris mata abu-abu jernih sama juga sepertinya, kulit pucat namun sedikit kemerahan, dan rambut keriting ikal yang seketika mengingatkan Draco pada seseorang.

“Daddy!” ucapnya di kata pertama, refleks mata Draco membelalak lalu dia bangkit berdiri.

“Daddy apanya? Aku masih lajang!” ujarnya tidak terima, bayi itu hanya tertawa.

Daddy, up, up.”

“Huh? Aku tidak mengerti maksudmu bayi kecil,” kata Draco membalas, namun bayi di bawahnya malah mengembungkan pipinya—hendak menangis.

Pwese...”

“Oh Salazar, ini terlalu lucu untuk di tinggalkan. Baiklah, karna aku tampan dan baik hati, jadi aku akan mengendongmu,” ujar Draco selembut mungkin, dia membungkuk sedikit, mengangkat bayi itu dari lantai kayu dan mengendongnya.

“Yey,” katanya riang, Draco terkekeh mendengar suaranya. Suara yang imut.

“Whey Mommy?” ( Where Mommy? )

ÂME SOEUR ( ONE SHOOT )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang