Chapter 5 - Went Viral

5.3K 286 8
                                    

Sean terbangun secara tiba-tiba saat El menepuk-nepuk pundaknya. Padahal gadis itu baru dapat tidur setelah berjam-jam gelisah di seatnya.

"Sean, bangun. Urgent". Panggil El berkali-kali.

Sean berdecak sebelum membuka penutup matanya. "Apaan sih?".

"Please, don't freak out. Look at this". Pinta El, menunjukkan Ipad miliknya pada Sean yang masih setengah sadar.

Sean memicingkan matanya sebelum terlonjak dari tidurnya. "What the fuck?! Apa-apaan ini?".

Potret Sean tengah memeluk pilot beredar memenuhi di seluruh portal berita dan sosial media, mata gadis itu melotot memperhatikan masing-masing judul yang tertera disana.

"Bintang papan atas, Oceana Natalia memeluk seorang pilot, ada hubungan? What? Udah gila ya? Dapet ide dari mana ngarang judul beginian, sih?". Pekik Sean, masih terus menscroll layar Ipad ditangannya.

El mengacak rambutnya frustasi. "Dari tadi media nelfonin gue. Gue belom angkat".

"Ya, keluarin statement lah! Apa-apaan sih? Jelas-jelas gue cuma kegencet dan gak sengaja meluk dia. Cih, yakali gue main ama pilot". Kecam Sean.

"Gak bisa sekarang, Sean. Lo lagi ada jadwal besar. Gue gak mau orang fokusnya jadi keganggu, lagian ini berita sebenernya receh. Cuma yang bikin gede tuh karena yang lo peluk orang penting". Jelas El.

Kening Sean berkerut. "Maksudnya? Dia kan cuma pilot".

"Dia anak orang penting El, bokapnya dubes sekaligus owner Pradikta Group. Lo tau kan tuh? Keluarga mereka terpandang dan sering wara-wiri di media. Itu makanya orang jadi spekulasi kalian kenal dan ada hubungan". Tambah El.

Sean menjambak rambutnya. "Fuck. Gue mana tau, gue kan asal peluk aja. Namanya juga kedesek".

"Sementara lo bungkam dulu ya. Bentar lagi Galessano juga bakal dikejar media, gue harus cepet hubungin dia". Ucap El.

Sean menepuk kepalanya yang tiba-tiba pening. "Bentar deh, El. Kok ini kayak gue abis bikin skandal sih? Gue kan gak ada apa-apa. Ngapain pake bungkam segala?".

"Lo tuh budeg apa gimana sih? Gue bilang, tunggu jadwal besar lo kelar. Cuma beberapa hari kok. Gue juga harus beresin si Galessano ini, biar gak ngomong aneh-aneh, tar dia bilang lo sengaja meluk dia, kacau dunia". Jelas El.

"Galessano tuh si pilot sialan itu?". Tanya Sean.

"Iya, pilot yang lo templokin sampe jadi heboh".

———

Ales meregangkan tubuhnya setelah perjalanan panjang itu selesai, tak lupa memberi high-five pada Juan yang telah berhasil meng-assist nya selama perjalanan. Kini mereka tiba di Washington DC, dimana Ales mendapat jatah istirahat selama 3 hari sebelum kembali ke Jakarta. Lelaki itu memutuskan untuk menunggu seluruh penumpang turun sebelum ia turun. Saat suasana pesawat sudah kosong, lelaki itu mulai menenteng kopernya untuk turun.

Ponselnya sejak tadi sudah bergetar, namun baru sempat ia cek. Sembari menggeret koper menuju keluar dari airport, Ales pada akhirnya mengangkat panggilan dengan nomor tidak dikenali itu.

"Halo?". Sapanya.

"Benar dengan Galessano Pradikta?". Tanya Satu suara diujung sana.

"Iya. Dengan siapa saya bicara?". Tanya Ales balik.

"Saya Adriel, managernya Oceana Natalia. Mungkin bisa bicara sebentar? Saya dapat info kalo anda yang handle penerbangan ke Washington DC dimana Oceana juga ikut". El berujar.

"Urusan apa ya?". Tanya Ales lagi.

"Nanti kita bicarain langsung, saya bisa ketemu dimana?".

Ales dirundung rasa bingung. Ada urusan apa manger artis menghubunginya? Apa ada kaitannya dengan insiden di airport kala itu?

"Di starbucks aja. Saya lagi jalan kesana". Ujar Ales.

"Noted. Saya kesana sekarang".

Ales melirik ke sekitar saat tiba di kedai kopi tersebut, mencari tanda-tanda kehadiran Adriel yang kabarnya sudah menunggunya. Seseorang diujung melambaikan tangannya dan mengisyaratkan Ales untuk mendekat Seseorang itu Ales yakini sebagai Adriel, sang manager artis.

"Nice to see you, Galessano. Mau pesan apa?". Sapa El sembari menjabat tangan Ales. Keduanya memutuskan untuk duduk.

Ales menolak dengan sopan. "Gak usah, saya tadi udah minum kopi. Langsung aja ke intinya, ini ada apa?".

"Okay kalo gitu. Jadi gini situasinya, anda sudah tau berita yang beredar soal anda dan Oceana?". Ujar El sembari menunjukkan artikel-artikel keduanya di dunia maya.

Mata Ales seakan mau copot saat menatap layar Ipad di tangan El. "Apa-apaan itu?".

"Yup, I know. We're sorry that you're in this now. Tapi saya butuh bantuan anda, di situasi seperti ini kita butuh kerjasama. Sebentar lagi media pasti bakal nyari anda dan berusaha buat ngorek info. Anda gak boleh salah jawab. Saya tahu siapa anda dan keluarga anda, It will give impact to your family kalo sampe anda salah jawab". Jelas El panjang lebar.

Kening Ales makin berkerut. "Sorry, sorry. Bentar. Ini saya apa sangkut pautnya ya sama dia? We're simply stuck in the crowd, dan dia gak sengaja meluk saya. Kenapa jadi panjang?".

"It's media that we're talking, man. Terutama saat anda memang punya background yang cukup penting. I mean, they like making things up, berita soal Oceana itu sekarang paling dicari. Dan tiba-tiba anda muncul bawa angin segar". Jelas El lagi.

"Kenapa kalian gak keluarin statement?". Tuntut Ales.

"Of course, kita bakal keluarin statement. Tapi gak sekarang. Oceana punya jadwal penting, dan kita gak mau naro statement ditengah-tengah itu. So, kita butuh saling bantu. Just in case ada media yang reach out dalam waktu dekat, tolong jangan ditanggepin. Pokoknya sampai jadwal terpenting Oceana clear". Pinta El.

"Untungnya apa buat saya?". Tanya Ales lagi.

Ales kembali menunjukkan Ipadnya. "We'll compesate you. Dan kita juga akan bersihin nama anda pelan-pelan. We're trying to deal with all the media one by one to take down the articles".

"Saya gak butuh uang. Saya cuma mau nama saya bersih". Bantah Ales.

El mengangguk."Yes, we can guarantee you that. Tapi butuh proses, dan selama proses itu kita butuh bantuan anda untuk gak mengeluarkan statement apapun ke siapapun. Biar kita yang kerja".

Ales menimang sebentar sebelum akhirnya menyetujui. "Deal".

"Deal".

———

ARRIVAL DATETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang