Chapter 13 - Claimed

7.6K 267 19
                                    

Chapter ini masih 🔞🔞🔞
Be wise yaa!

———

Sean merapikan letak dressnya dalam waktu singkat, sebelum akhirnya membuka pintu dan mendapatkan El yang sudah menunggu dengan wajah menelisik. Belum sempat menebak, El sudah disuguhi penampilan Sean yang berantakan, ia langsung memejamkan matanya frustasi.

"Please bilang sama gue kalian berdua gak ngelakuin apa yang gue pikirin?". Ucap El tak percaya.

Sean meninggikan nadanya. "Lakuin apa? Jangan mikir macem-macem deh lo. Udah beres belom?".

El menghembuskan nafas panjang sebelum menggeleng. "Cctv baru bisa gue dapetin besok. Area juga belom clear, ternyata semua kamar full booked 2 lantai kebawah. Paling cepet besok baru bisa clearin".

"So, the solution is?". Tanya Sean tak sabaran.

El menatap lesu. "Gak ada. Ya, lo berdua disini aja dulu. Bisa lewat tangga darurat tapi terlalu resiko karena suka ada aja yang lewat situ".

Sean memutar bola matanya. "Maksudnya gue harus berdua dia dulu sampe besok?".

"Ya kalo mau bertiga sama gue juga boleh, tapi gue mending tidur dikamar sendiri daripada ditengah-tengah kalian". Balas El.

Sean menoleh kearah Ales yang sejak tadi duduk tenang di sofa mendengarkan pembicaraan keduanya, entah hanya perasaannya atau tidak, tapi Sean seperti melihat sudut bibir Ales tertarik keatas.

Sial. Berduaan saja dengan orang yang gairahnya sedang tinggi karena belum terlampiaskan, bisa-bisa gila Sean.

"Gue pindah kamar lo aja deh, El. Lo tidur sini, gimana?". Pinta Sean tiba-tiba.

Belum sempat El menjawab, Ales yang sejak tadi memilih diam akhirnya berbicara. "Kalo Oceana keluar dari ruangan ini, saya juga keluar".

El kembali menarik nafas dan memberikan tatapan terakhir pada Sean. "So, I have no choice. Goodluck, Sean. Walau gue jadi kayak ngejual lo, sorry. Just stay protected".

Sial, sial, sial. Sean lagi-lagi merutukki nasibnya, Sean menyadari dirinya bukan seseorang yang bebas dan single, ia memiliki seorang kekasih yang bahkan mendekati kriteria lelaki sempurna. Berdosa sekali rasanya bermalam dengan lelaki lain berulang kali disaat sang kekasih menunggu di Jakarta.

Tapi saat pintu kamar itu tertutup, semua pemikiran akan dosa itu sirna. Godaan seorang Ales nampaknya begitu sulit untuk ditahan. Terlebih ketika tatapan lelaki itu seakan membakar seluruh tubuhnya, meniti tiap jengkal dari ujung kaki ke kepala.

"Another night with me, huh?". Sapa Ales dari sofa, membuat bulu kuduk Sean berdiri karena suara rendahnya.

Sean berdeham sebelum memilih untuk melangkah santai kearah walking closet  kamar hotelnya. "I think we have to set boundaries".

Ales terkekeh, sebelum akhirnya memilih berdiri dan berjalan sampai ke belakang tubuh Sean yang masih sibuk memilih pakaian ganti yang rencananya akan ia pakai setelah mandi.

"You're talking about boundaries when I just got down on you, licking you and tasting you until you came a while ago?". Suara dan nafas itu kian mendekat, bahkan menyapa bagian tengkuk Sean yang sensitif.

Sean memilih berbalik dan menantang tatapan lapar dari Ales. "Gue punya pacar. So, do not cross the line".

Lelaki itu bahkan tertawa. "Funny, padahal tadi kamu yang cium saya duluan".

Sean lagi-lagi kehilangan kata-kata, gadis itu lebih memilih pergi dari hadapan Ales dan bergerak menuju kearah kamar mandi. Namun langkahnya terhenti saat ponselnya tiba-tiba saja berbunyi. Olivier meneleponnya.

ARRIVAL DATETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang