Chapter 66 - The Regret

2.7K 176 17
                                    

⚠️⚠️⚠️⚠️⚠️⚠️⚠️⚠️⚠️⚠️⚠️⚠️⚠️⚠️⚠️

Masih pentung ya.

Told you ini adalah ceritaku dengan konflik yang paling berat🥲

———

Sean merasakan seluruh tubuhnya membeku saat melihat bagaimana tim medis mendorong tubuh yang tertutup kain putih itu kedalam
ambulance.

"Setelah ini, akan dilakukan autopcy terkait kematian sang artis, penyebab utama kematiannya sampai saat ini diduga ialah bunuh diri. Olivier ditemukan tak bernyawa akibat tenggelam kehabisan nafas di bathup kamar hotelnya pagi hari ini di Paris, Perancis".

Rongga dada Sean seakan tak mampu lagi menampung oksigen. Nafasnya langsung sesak bukan main, ponselnya sejak tadi tak henti berbunyi, namun gadis itu masih belum sanggup bergerak sama sekali.

Vier?

Ini mimpi kan?

Pasti Sean tengah bermimpi.

Ia harus segera bangun, ini mimpi buruk untuknya.

Gadis itu menarik nafasnya yang sudah sesak, kemudian memilih untuk mengambil ponselnya.

El dan Iren bergantian meneleponnya sejak tadi, membombardir ponselnya dengan panggilan masuk. Oleh karena itu, Sean mengangkat panggilan dari El, seketika suasana hening di sambungan telepon ketika mereka tersambung.

"Sean, are you okay?". Ucap El.

Sean masih sibuk mengatur nafasnya, gadis itu kemudian berkata dengan suara yang hampir hilang. "Bookingin tiket ke Paris sekarang, El".

"Percuma, Sean. Jenazahnya lagi di autopcy, nanti akan segera dipulangkan ke Indonesia, kemungkinan besok atau lusa udah disini". Balas El.

Sean masih belum berekspresi, gadis itu nampaknya sudah mati rasa. "Gue mau nemenin dia, El. Find me a ticket right now, gue mau ke sana".

"Sean".

"El! Please. Jangan bikin gue makin hancur". Bentak Sean, kali ini akhirnya emosinya tak terbendung.

"Fine.. Just.. Get your head clear. Do not attempt anything, okay? Lo dimana? Gue jemput". Ucap El.

Sean menarik nafasnya kembali. "Gue aja yang ke agency. Tunggu gue disana".

Sean kemudian memilih bangkit, namun tubuhnya lemas bukan main. Gadis itu berulang kali jatuh saat hendak mencapai pintu kamar Ales. Bersamaan dengan Ales yang baru saja masuk ke kamar.

Lelaki itu langsung melesat membangkitkan Sean. "Kamu kenapa? Pusing?".

Ales melihat betapa pucatnya wajah Sean sekarang, dengan airmata yang terbendung di kedua pelupuknya. Jemari gadis itu bergetar hebat, bibirnya pun ikut gemetar. "Aku harus pergi sekarang".

"Mau kemana? Kamu pucet gitu, saya minta driver saya antar ya. Sebentar". Ucap Ales sembari mencoba membopong Sean.

Namun, gadis itu melepaskan diri. "Aku sendiri aja. Aku butuh sendiri, Ales".

Kakinya masih lemas, namun ia berupaya sekuat tenaga meraih gagang pintu dan membukanya.

"Oceana, kamu sebenernya mau kemana?". Ales berupaya membuntuti.

Gadis itu berjalan susah payah menuruni anak tangga, dengan Ales di belakangnya yang setia menjaganya agar tidak terjatuh. Sean sudah tidak mampu lagi merespon, otaknya kacau balau. Kesadaran gadis itu sudah setipis benang, rasanya ia sangat dekat dengan kolaps sekarang.

ARRIVAL DATETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang