Chapter 57 - Why

2.7K 166 13
                                    

Things has been goin around these days and I'm kinda feeling unmotivated, idk why..

Sorry for the late update🥲

———

Sean panik bukan main, jemari gadis itu sampai gemetar saat mencari nama Vier di ponselnya. Gadis itu memegangi kepalanya yang terasa berdenyut, rasa takut menjalar di seluruh sisi hatinya, merayap dan seakan menggerogoti.

Vier tidak juga mengangkat ponselnya, membuat Sean terus menerus menekan layar ponsel guna mengulangi panggilan. Ales muncul dari kamar beberapa lama kemudian, menyusul Sean yang duduk gelisah di sofa ruang tamu hotel tersebut. Ia menyaksikan bagaimana sang gadis menggigit bibirnya berulang kali, pertanda sedang gelisah.

"Gak diangkat?". Tanya Ales.

Sean menggeleng lemah, kemudian berinisiatif untuk mengecek perkembangan berita mengenainya. Dimulai dari cuitan beberapa orang di twitter yang sudah mulai ramai membicarakan mengenai kemungkinan keduanya bersama, hingga ke portal berita online.

*In reference :

*In reference :

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Fuck. It's everywhere". Ucap Sean lemah, masih memegangi kepalanya yang berdenyut.

"Apa?".

"Spekulasi orang-orang, gara-gara Vier upload foto berdua aku". Jawab Sean.

Rahang Ales mengeras mendengarnya, hal itu sontak menyentil satu sudut hatinya pula. Lelaki itu memilih untuk duduk di sofa tepat disebelah Sean, mengusap punggung sang gadis dalam upaya menanangkan, padahal hatinya turut gusar, merasakan kecemburuan yang mulai bergemuruh.

Tiba-tiba saja, ponsel itu berbunyi dengan nama Vier tertera disana. Sean langsung mengangkat panggilan itu tanpa ragu.

"Vier? Oh, god. Finally you call, aku udah hampir putus asa nelfon kamu". Ucap Sean segera setelah telefon bersambung.

Vier terdiam diujung sana, hanya terdengar deru nafasnya. Sean tidak lagi menunggu respon lelaki, gadis itu langssung membicarakan maksudnya.

"Kamu kenapa posting gitu sih? It's everywhere. Kenapa gak ngomong dulu sama aku?". Cecar Sean tanpa aba-aba.

Hening. Masih tidak ada jawaban dari sisi Vier, hanya deru nafas yang setia menemani panggilan mereka.

"Vier?". Panggil Sean lagi.

"Cuma itu yang kamu pikirin?". Suara Vier terdengar begitu dingin, sama sekali tidak seperti biasanya.

Sean terkesiap, matanya mengerjap berulang kali. "Maksud kamu?".

"Kamu gak terlintas untuk nanya kabar aku, Sean?". Tanya Vier lagi.

Sean lagi-lagi terdiam, keningnya berkerut. "Emang kamu kenapa?".

Vier terkekeh pahit, suara itu lagi-lagi terdengar dingin ketika berbicara. "Nevermind, habis ini aku hapus fotonya. If that's your concern".

ARRIVAL DATETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang