Chapter 36 - Mine & Mine Only

5.5K 227 17
                                    

ANEH BGT AKU...
udah nulis hampir 700 kata semalem tbtb ketiduran KWWKKWKWKW
Trs idenya sempet ilang gara-gara ketiduran🤣🤣🤣🤣🤣

———

Sean tiba di Milan sesuai dengan perkiraan waktu yang diestimasikan. Beruntung gadis itu bahkan tidak perlu terburu-buru mengejar waktu ke penginapan untuk melakukan fitting baju dan make up. Gadis itu sibuk bermain dengan ponselnya selagi wajahnya dirias.

"Kelar dari situ, lo ada visit store ya. Cuma sekitar 30 menit, gak boleh lebih karena takut attract banyak orang kesitu terus jadi kejebak gak bisa keluar". Info El pada Sean.

Sean mengerutkan keningnya. "Emang gak di clear dulu areanya?".

"Enggak bisa. Konsepnya soalnya surprise-visit, tapi mereka siapin guards buat lo just in case ada chaos". Jelas El lagi.

Sean hanya mengangguk pelan.

"Satu lagi, lo harus surprise ke beberapa orang random yang lagi ada di store itu, inget. Harus ramah, Sean. Apalagi kalo mereka fans lo. Sapa". Pesan El.

Sean memutar bola matanya. "Of course, masa yang kayak gitu masih lo ajarin sih? Gue gak se-rude itu kali, Adriel Hamish".

"You don't know how rude you are, Oceana Natalia". Balas El lagi sembari beranjak dari tempatnya berdiri sebelumnya, meninggalkan Sean dan tim Make-Up Artist yang tengah sibuk meriasnya.

Sean melongo tak percaya, menatap kepergian El dari pantulan cermin luas di hadapannya. "Did you guys hear that? Untung dia udah jadi manager gue bertahun-tahun. Kalo nggak udah gue suruh resign sekarang juga".

Para Make-Up Artist hanya bisa saling pandang tanpa sedikitpun berucap.

Milan Fashion Show merupakan pagelaran fashion show dunia yang menghadirkan perancang dari berbagai belahan dunia. Acara itu turut dihadiri pula oleh bintang dunia lainnya. Namun, semua mata dan bidikan kamera yang hadir langsung teralih dan memandang kagum pada Sean saat gadis itu berjalan masuk kedalam gedung.

Dengan balutan dress panjang dengan belahan di area paha membuat penampilannya terlihat hampir tidak nyata untuk mata manusia. Gadis itu menahan ekspresinya, tidak sekalipun tersenyum. Blitz kamera tak henti berkedip kepadanya, dengan suara teriakan dari berbagai sisi memanggilnya agar dapat berpose.

Sean pada akhirnya diarahkan menuju ke seat VVIP miliknya tanpa melakukan interaksi terlalu banyak dengan artis dunia lainnya, guna menghindari timbulnya gosip dan kabar miring tentangnya. Ia tidak sedikitpun berbicara, hanya sibuk memandangi tiap model yang berjalan melintas dihadapannya. Sebagai salah seorang brand ambassador yang diundang langsung hanya untuk menghadiri, kehadiran Sean rasanya justru mencuri perhatian dari seluruh isi acara.

Mata sekitarannya tak henti memandangi betapa cantiknya ia, tidak lagi bisa berfokus pada acara inti dihadapan mereka. Sean begitu berkilau dibawah cahaya lampu yang berpendar hilir mudik, dan yang semakin membuatnya terlihat memukau ialah; ia seakan tidak menyadari betapa cantiknya ia.

———

"Kakiku sakit banget, tadi banyak berdiri disana". Ucap Sean pada Vier di telepon.

Kekehan Vier terdengar begitu menggemaskan. "Did you bring any ointment? Kalo iya, pake sekarang, sayang. Kalo aku disana aku pijitin sampe kamu tidur".

Sean memijat pergelangan kakinya yang pegal sembari menyisir rambutnya dengan jari. "Sadly, gak ada. Nanti aku minta El deh".

"Jangan lupa, loh. Nanti aku ingetin El juga". Ucap Vier lagi.

"Iya ganteng".

Ada jeda sejenak sebelum Vier kembali berbicara. "Kamu udah liat berita apapun belom hari ini?".

"Belom, kenapa?". Jawab Sean.

"Ada berita naik soal Russel Brian, tau gak? Aktor". Balas Vier lagi.

Sean berpikir sejenak sebelum menjawab. "Oh, tadi ada tuh di acara. Kenapa?".

"That's exactly the point. He got caught staring at you all the time". Jelas Vier.

Sean mengerutkan keningnya. "Hah? Jadi rumor?".

"Enggak sih, untungnya karena kalian gak ada interaksi, jadi cuma dianggep one-sided aja". Jawab Vier.

Sean bernafas lega. "Untung deh kalo gitu".

Vier kali ini terdiam cukup lama, sebelum pada akhirnya menghembuskan nafas panjang. "Kamu tau gak sih, sayang? Terkadang aku cemburu denger hal kayak gini, cemburu banget malah".

Sean seakan baru menyadari. "Tapi kan aku gak ngapa-ngapain?".

"Iya, kamunya emang gak ngapa-ngapain. Tapi sekitarmu itu. Rasanya pengen ku nikahin aja kamu biar gak ada yang suka lagi. Susah punya pacar sempurna". Puji Vier.

"Apa sih kamu? Kok ngomel sendiri". Kekeh Sean gemas.

Suara ketukan terdengar dari pintu utama kamar Sean, membuat gadis itu pada akhirnya harus menyudahi panggilan Vier. Mungkin itu El yang mengingatkannya untuk makan.

Namun, betapa terkejutnya Sean ketika membuka pintu dan menemukan Ales disana dengan koper miliknya. Senyumnya langsung mengembang saat menemukan gadis itu disana.

Dengan santai, Ales mengecup bibir Sean dan memeluknya erat. "Finally".

Bukankah mereka terasa sangat natural sekarang?

"Kok udah sampe aja? Gak bilang-bilang". Tanya Sean.

Ales menakup wajah itu. "Biar kamu kaget".

Aneh. Sejak kapan Sean jadi berdebar begini saat bertatapan dengan Ales?

Ales maju selangkah untuk mendekat dan menutup pintu kamar Sean dibelakang mereka. "Saya baca sesuatu di internet tadi, dan saya gak suka. Kamu tau apa yang saya baca?".

Langkah Ales kian mendekat, membuat Sean harus mundur guna menghindari. Semakin dekat Ales padanya, debaran di jantungnya makin nyaring terdengar. "Saya baca berita soal kamu. Seemed like someone put an eye on you too much, huh?".

Sean mengerti kemana maksud omongan Ales. "You don't like it?".

Kali ini, Ales mengambil pinggang Sean dan memeluknya positif. "No".

Lelaki itu menempelkan hidungnya di sekitaran leher jenjang Sean, menghirup aroma manis miliknya. Sean memang memabukkan, sebut jenis alkohol apapun, pasti akan kalah efek dengannya.

"Posesif". Ucap Sean dengan nafas tercekat, pasalnya Ales mulai menyusurkan kecupannya di sekitar leher dan pundaknya tanpa henti.

"I don't care. You're mine and mine only, and I don't like anyone staring at you like you're their world". Bisik Ales, mengklaim Sean selembut mungkin dengan bibirnya, menyapa kulit cantik Sean dengan afeksi.

Perasaan cemburu itu entah mengapa sampai dengan baik. Ia seakan benar dimiliki. Jika Ales memperlakukannya seperti ini setiap kali lelaki itu merasa cemburu, rasanya Sean akan sering-sering membuatnya cemburu.

"Kamu punya saya, Oceana. Cuma punya saya". Ulang Ales, kali ini mengakhiri omongannya dengan memagut bibir Sean penuh perasaan.

Sean rasanya begitu sesak, jantungnya seakan terkena efek magis yang begitu kuat, berdegup tak karuan tiap kali Ales berada di dekatnya.

"Iya, aku punya kamu". Jawab Sean saat ciuman mereka berakhir.

Ales menatap bagaimana mata cantik milik Sean bergerak dari bibirnya hingga ke manik matanya, menatapnya seakan meyakinkan. Sial, tatapan itu serasa mencekiknya, membuat Ales pada akhirnya menjatuhkan kepalanya di ceruk leher Sean.

"God, saya bener-bener kayak orang mesum. I can't stop thinking of doing things to you when we're together. What have you done to me?". Ucap Ales.

Sean tersenyum mendengarnya, gadis itu turut memeluk figur yang tengah bergelung manja padanya. "Probably cast-spelling you to fall in love with me?".

———

ARRIVAL DATETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang