Part 19

21.3K 1.4K 195
                                    

Haechan dan Yuta berdiri cukup lama didepan pintu dorm Dream. Entah kemana para member Dream saat ini hingga tidak ada satu orang pun yang datang untuk membuka pintu.

Cklek...

Sosok Jeno lah yang ternyata membuka pintu, "dimana yang lain, aku dan Haechan sudah berdiri sampai sepuluh menit disini" omel Yuta tanpa jeda.

Jeno yang mendengar hanya dapat meringis seraya meminta maaf, "kalau begitu hyung tinggal, hubungi hyung saat kau akan pulang mengerti" ucap Yuta pada Haechan. Tadi ia sempat mendapatkan telpon dari managernya, karena itu Yuta harus meninggalkan Haechan seorang diri di dorm Dream.

"Okey hyung" jawab Haechan.

Cup

Sebelum pergi Yuta bahkan masih sempat mengecup pucuk kepala Haechan dengan sayang. Haechan melambaikan tangannya sampai sosok Yuta hilang ditikungan.

Haechan masuk lebih dulu baru Jeno, ia mengerutkan keningnya heran ketika melihat kondisi dorm yang sepi. "Kemana yang lain?" Tanya Haechan.

"Shotaro mengajak mereka berbelanja untuk menyambut kedatangan mu, kami pikir kau baru akan datang sore nanti" jawab Jeno.

Haechan terdiam sebelum akhirnya berbalik menghadap pada Jeno, "itu bagus aku butuh berbicara denganmu dan lebih bagus ketika mereka tidak ada" ucap Haechan menatap Jeno tajam.

Jeno menghela nafasnya pelan, "apa yang mau kau katakan?" Tanya Jeno lembut.

"Bukannya kau harusnya yang memberikan penjelasan padaku akan apa yang kau lakukan Lee Jeno" ucap Haechan dengan nada datar.

"Tidak ada penjelasan" ucap Jeno pendek lalu beranjak menjauh dari Haechan.

Namun Haechan lebih cepat dan langsung menggenggam pergelangan tangan Jeno, menahan pemuda tampan itu untuk pergi. "Kita belum selesai bicara" sentak Haechan emosi.

"Apa yang mau dibicarakan" sentak Jeno tajam, Haechan sempat tersentak sebentar sebelum akhirnya melawan dengan menatap Jeno.

"Kenapa kau harus memasang pelacak di ponselku, kau juga bahkan memasang penyadap Lee Jeno" ujar Haechan datar, "kau tahu kau seperti orang sakit, apa maksudmu memata-matai diriku seperti itu" tuntut Haechan.

Jeno memandang Haechan dengan tajam, "sakit kau bilang, iya aku sakit kau yang membuatku seperti ini" jawab Jeno seraya memandang Haechan tajam. Dengan perlahan ia mendekati Haechan yang beringsut menjauh dari jangkauannya.

"Kenapa kau menjauh, aku bukan monster Haechan" ucap Jeno dengan nada lirih. "Kenapa kau tidak mau memberiku kesempatan, aku mencintaimu tapi kenapa kau selalu mengabaikan perasaanku" tambahnya dengan nada Frustasi.

Haechan memandang Jeno tidak percaya, "aku tidak memberimu kesempatan kau bilang?" Tanya Haechan menuntut. "Kau pernah mendapatkan kesempatan itu Lee Jeno, kau pernah tapi apa kau lupa saat aku terjatuh padamu kau bilang perasaanmu padaku hanya sebatas teman. Kau bahkan memintaku melupakan perasaanku dan juga meminta untuk bersikap sewajarnya agar pertemanan kita dapat tetap terjalin, hiks" Haechan tidak bisa membendung tangisannya ketika ia mengingat kenangannya dulu bersama Jeno.

Jeno terdiam mendengar ucapan Haechan, benar dulu sekali ia mendapat kesempatan itu. Tapi apa itu salah Jeno, saat itu umurnya baru empat belas tahun. Usia yang sangat belia untuknya mengerti apa yang diinginkan oleh hatinya. Ia bersikap labil dengan menolak Haechan ketika saat itu sebenarnya ia sudah menyukai pemuda manis dihadapannya.

Jeno maju perlahan dihadapan Haechan yang telah menyandarkan tubuhnya di dinding. Ia usap air mata yang mengalir dari mata Haechan dengan lembut, "aku minta maaf, maafkan aku Haechan" rintih Jeno. "Saat itu aku hanya remaja labil yang belum paham dengan cinta, maafkan aku" tambah Jeno meminta.

Is About Haechan Story (AllxHaechan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang