Seorang peria tampan tengah berada di sebuah balkon apartemen mewah itu dengan ditemani segelas susu cokelat hangat. Sambil memandang ke luar jendela dengan pemandangan Kota Seoul yang damai, hari itu salju masih turun dan itu makin membuat kedamaian sang namja tampan itu."Aku harus memulai dari mana, hemm," monolog sang
namja sendiri.Sampai akhirnya lamunannya buyar oleh suara bising di luar kamarnya, iya tepatnya suara itu datang dari dapur apartemen itu.
"Apa yang coba kau lakukan, Noona?" tanya Arkanza yang bingung melihat wanita di depannya tengah terduduk di lantai dapurnya.
"Ah, hanya sedang bermain-main," ucapnya sambil berdiri.
"Ah, mari kubantu," tawar Arkan, tetapi ditepis uluran tangannya oleh sang yeoja cantik itu.
***
"Aku bisa berdiri sendiri," ucapnya balik cuek.
"Baiklah, aku hanya coba membantu, apa kau ingin masak, Mom? Biar aku bantu," tanya Arkanza.
"Apa kau bisa?" tanya balik sang yeoja cantik itu.
"Tentu saja tidak, umurku bahkan masih 16 tahun, aku hanya ingin membantu apa yang bisa kubantu," ucapnya tanpa merasa bersalah, tetapi tanpa sadar yeoja di depannya kini sudah memerah siap untuk meledak memaki, bahkan mencakar muka tampannya itu.
"Hahahaha, kau lucu sekali, Nak, kalau begitu menepilah, sebelum dapurku ini hancur olehmu anak muda," tawa sinis seorang Kim Sooya.
"Baiklah. Tolong buatkan aku sarapan pagi ini, Noona, karena perutku baru berisi susu cokelat saja," pinta Arkanza tanpa merasa bersalah.
"Duduklah dan jangan menggangguku," sahut sinis Sooya, dan dituruti Arkanza yang duduk di meja makan, yang jaraknya tidak cukup jauh dari Sooya berada sekarang, bahkan Arkan masih bisa melihat dengan jelas apa saja yang dilakukan Sooya di depannya.
Seorang Kim Sooya sangat pandai memasak tentu saja, itu sebagian kecil dari bakat yang dia miliki, dan soal tadi dia yang terduduk di lantai dapurnya, dia hanya merasa terkejut dan tersentak sehingga tubuhnya terjatuh, tetapi saat Arkan datang, rasa gengsinya lebih mendominasi gadis itu sehingga dengan sikap sok cool-nya dia berusaha bersikap baik-baik saja. Padahal pinggulnya jelas terasa sakit, ah dia sangat pandai, bukan, dalam berpura pura.
***
Sedangkan di sisi lain, Arkanza terus memikirkan harus memulai dari mana, apakah pagi ini dia harus mengikuti ke mana ibu angkatnya itu pergi, tetapi tampaknya itu ide yang buruk karena tujuannya datang bukan ingin melibatkan ibu angkatnya lebih jauh. Namun tetap saja dia harus terus memantau ibu angkatnya itu.
"Ah, selesai, makanlah," ucap Sooya sembari menata semua makanan yang telah siap dia buat, tentunya di meja makan.
"Hai, kau bilang lapar, makanlah kenapa melamun?" tanya Sooya yang berhasil membuat lamunan Arkan buyar.
"Ah, sudah siap? Baiklah akan aku makan," jawab Arkan penuh semangat mengambil semua makanan di depannya.
Sooya terus memperhatikan Arkan, manik cokelatnya terus menatap manik mata biru elang milik Arkanza, dan seperti terhipnosis, Sooya bahkan tidak berkedip memandang wajah Arkanza."Aku tahu aku tampan, tapi haruskah Noona menatapku seperti itu," ucap Arkan membuyarkan lamunan Sooya.
"Hah apa, aish selain pandai memaksa, kau juga terlalu percaya diri sekali Arkanza-shii," sahut Sooya sedikit gugup karena jujur saja dia memang tengah memperhatikan pemuda itu.
"Itu fakta, Noona," jawab Arkan tersenyum tipis ke arah ibu angkatnya itu.
Mereka melanjutkan makan paginya dengan hening setelah terjadi sedikit kegaduhan di antara dua manusia beda usia itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Driyas of the time traveler
FantasiBagaimana jika kehidupan kalian yang awalnya normal dan menakjubkan karena tinggal di masa dan zaman ya g serba teknologi, harus di usik dengan kisah masa lampau yang pelik. Dua pemuda tampan dari masa depan yang memiliki kepintaran di atas anak-ana...