Hari pertama MOS Zea sangat tidak menarik,karna tidak mendapatkan lele,ia mendapat hukuman harus menembak Abang kelas. Hukuman macam apa itu? Zea sama sekali tak pernah berfikir untuk pacaran.
Lagipula,abangnya sama sekali tidak mengijinkan jika Zea pacaran.Gion sungguh protektif sama apa yang zea lakuin. Apa Zea bilang saja soal ini pada Abangnya?
"Mikirin apa dek?kok abangnya ngetuk pintu dari tadi ga dibukain" Gion duduk dipinggiran tempat tidur. Zea menatap Gion lalu mendengus.
"Tadi Abang beli icecream, ambil sana di kulkas" Zea berlari ke dapur setelah mendengar ucapan Gion.
Di dunia ini yang Zea suka hanya dua,hujan dan icecream. Jika Zea ngambek,obatnya cuma dua itu. Gion tak mungkin memberi hujan,jadi ia membelikan ice cream.
Ia tau Zea ngambek padanya karna soal tadi,mungkin sehabis dicuekin Gion,Zea mendapat hukuman dari teman-temannya,tak tau apa hukumannya itu.
"Pelan pelan aja,ga bakal ada yang ngambil"
Ujar Gion terkekehSetelah semua icecream habis,Zea menatap abangnya lekat. Ingin ia bilang tentang hukuman ini. Tapi rasanya Zea mau balas dendam. Lihat saja nanti!
"Tadi Anas minta nomor kamu sama abang-" Gion melihat reaksi adiknya, tetapi Zea hanya diam saja seolah tak peduli. Toh Zea juga tau pasti Abang kelas yang bernama Anas itu tak ingin ia memberitahu soal hukumannya pada Gion.
"Cuma ga Abang kasih,kamu kok bisa kenal dia?" Tanya Gion sedikit penasaran
"Kan dia panitia mos, ga mungkinlah gaada yang tau. Lagian ya dia sendiri yang ngasih tau namanya" masuk akal,pintar sekali kau Zea!
Gion mengangguk paham,tapi masalahnya kenapa sampai minta nomor zea. Gion sungguh ga sudi jika teman-temannya mengincar adiknya.
"Jangan pacaran dulu ya dek,belajar yang bener" Gion mengacak rambut adiknya, lalu diciumnya puncak rambut Zea.Wangi sekali shamponya!
Zea tak menjawab,ia malah pergi meninggalkan Gion. Ia sama sekali tak bisa berbohong. Lebih baik dia menghindar jika abangnya bertanya hal itu.
****
Rumah tempat ternyaman? Ah rasanya dia ingin tertawa. Rumah yang setiap harinya bak kapal pecah ini disebut tempat ternyaman?
Lelaki itu menatap miris keadaan rumahnya yang setiap hari banyak pecahan kaca.
Ia sebenarnya muak melihat keluarganya yang berantakan seperti ini."Den Sean" panggil seorang perempuan paruh baya, terlihat wajahnya yang nampak lelah.
Sean menatap perempuan itu sedih,ia tersenyum untuk menutupi kesedihannya.
"Sean boleh peluk bibi?" Perempuan itu mengangguk,anak tuannya sudah seperti anaknya sendiri.Ia sudah bekerja saat Sean masih dalam kandungan ibunya.
Sedari kecil, Sean sudah ditinggal kedua orangtuanya. Dan ketika bertemu, orangtuanya hanya ribut tanpa memperdulikan Sean."Den Sean mau makan? Bibi tadi masak ayam kecap kesukaan den Sean" Sean melepas pelukannya,ia mengangguk sebagai jawaban.
"Bi, Sean mau tinggal di apart,bibi mau ikut Sean?" Tanya Sean di sela sela makannya.
"Den Sean sudah bilang ke-"
"Gapenting bi,mereka juga gabakal perduli" Sean sudah muak melihat kedua orangtuanya, lebih baik dia tinggal di apartemen yang sudah dia beli dengan uangnya sendiri.
Sejak Sean masuk SMP,ia tidak pernah menyentuh uang dari orangtuanya. Ia bahkan kerja hingga memiliki cafe sendiri.
Uangnya bahkan sangat cukup untuk Sean membeli rumah sendiri."Baik den,bibi ikut den Sean" ucap bibi sedikit ragu. Ia tidak takut dipecat atau tidak digaji,bibi hanya khawatir Sean yang bakal dimarahin habis-habisan.
"Bibi ga perlu khawatir" seakan tau apa yang difikirkan bibi, Sean menenangkan bibinya.
Haiii!! Don't forget to vote and comment ya!!🤍🤍
KAMU SEDANG MEMBACA
ZEA [ON GOING]
Teen FictionZea Anindita merupakan seorang siswi baru di SH SCHOOL. Ia juga adik dari ketos yang bernama Gion Aditya. Sebenarnya hanya beberapa saja yang tau bahwa si ketos itu memiliki adik,apalagi adiknya secantik Zea. Karna suatu hal, Zea menjadi incaran kak...