chp 13

10 10 12
                                    

Langit mulai menggelap menandakan malam akan datang. Cuacanya juga sangat tidak mendukung untuk keluar rumah dikarenakan rintik rintik hujan mulai turun.

Disebuah gedung bercat putih itu terdapat banyak sekali motor. Gedung itu sudah hampir tidak terpakai selama 2 bulan dikarenakan kejadian lalu.

Didalam gedung itu terdapat banyak sekali lelaki yang sedang duduk sambil bercanda tawa. Berbeda dengan suatu ruangan yang terdapat 4 orang lelaki dan satu perempuan.

Ruangan itu bercat hitam,banyak sekali foto foto bahkan alat musik serta meja biliard tempat mereka bermain.

Perempuan yang bersama keempat laki laki itu terus saja menangis,entah apa yang ada dipikirannya.

"Raf,aku mohon bilang ke orang itu untuk ga bawa bang Melvin pergi lagi!" Rafael mengerutkan keningnya. Pergi lagi?

"Bukannya Melvin memang diluar?" Tanya Adrian

"Bang Melvin semalam datang ke SMA Garuda buat ketemu Gevan. Orang itu juga ada disana. Aku udah nyuruh bang Melvin untuk tetep disini tapi bang Melvin tetap mau pergi sama orang itu" jelas Karen sambil menangis

Ia tau ini sudah jadi konsekuensinya jika masuk ke geng Rascal. Tapi Karen tidak mau kalau Melvin ikut lelaki berbahaya yang bahkan dijadikan musuh semua orang.

Karen takut karna Melvin dikasih misi khusus untuk menjaga orangitu. Bisa saja, Melvin terbunuh karna menjaga orang yang musuhnya banyak sekali.

"Gue gaada hak buat bawa Melvin balik,dia udah ngasih kepercayaan buat Melvin. Dan abanglo itu dengan senang hati nerimanya" jelas Rafael. Sebenarnya bisa saja ia bilang ke orang itu,tetapi dirinya malas berdebat dengan orang yang memiliki tempramen.

"Kenapa bukan kalian yang gantiin posisi bang Melvin? Aku gamau bang Melvin kenapa kenapa" Danu sebenarnya sedikit kasian,tapi mau gimana lagi. Melvin adalah sahabat orangitu dan hanya Melvin yang bisa membantunya.

"Gini ya Ren, Melvin itu punya tugas berat dan cuma dia yang bisa ngatasinnya. Jadi,kita sebagai temen baik Melvin juga dikasih tugas buat ngejaga lo" Adrian berhenti sejenak lalu menatap ketiga temannya

"Lo bisa ngandelin ketiga orang ini ataupun gue,jadi lo ga perlu khawatir. Dan untuk di sekolah,lo bisa ngandelin Gevan" ucap Adrian yang diangguki Danu.

"Melvin ga selemah itu" ucap Sean lalu pergi meninggalkan mereka. Karen menatap kepergian Sean dengan sedih.

Sebenarnya ia ingin sekali dekat dengan Sean. Tetapi lelaki itu seolah membuat benteng yang tinggi supaya tidak ada yang bisa mendekatinya.

"Nah bener tuh kata Sean,jadi lo gaperlu takut deh" Danu menyetujui ucapan Sean. Melvin itu sosok paling kuat dan dihormati.

✨✨✨

Hari ini hari terakhir Zea melaksanakan MOS. Sekarang ia sudah berpakaian seperti yang disuruh panitia osis kemarin

Flashback

"Gue mau kalian bawa topi kerucut,name tag,baju olahraga,pulpen,buku" ucap Nathan pada murid baru.

"KALIAN DENGERIN GUE GAK?" Teriak Naufal membuat semua murid terkejut. Pasalnya mereka hanya menunduk karna sinar matahari. Ketua panitia mos ini senang sekali sepertinya menjemur mereka.

"Denger kak!"sahut semuanya tanpa menatap Naufal yang sangat kesal.

Zea mengintip kakak kelasnya itu,sedikit terlihat ekspresi kesal Naufal. Emang kakak kelasnya yang satu ini tidak melihat apa adik adiknya kepanasan.

"KALO ADA YANG NGOMONG TUH DILIHAT MUKANYA!" Bentak Naufal lagi. Terpaksa sebagian dari mereka menatap Nathan sambil menyipitkan matanya.

Zea melihat sekelilingnya,terlihat seorang lelaki menutup hidungnya yang berdarah. Laki laki itu,mimisan! Jiwa dokternya keluar,segera ia menghampiri lelaki tersebut.

"Lo! Jangan ditutup hidungnya! Biarin aja darahnya keluar" ucapan Zea tentu saja menjadi perhatian.

Lelaki itu mengikuti instruksi Zea,ia melepaskan tangannya dan membiarkan darah keluar dari hidungnya.

Zea pun membantu lelaki tersebut untuk pergi ke UKS
"Siapa yang nyuruh lo pergi?" Tanya Naufal menghampiri keduanya. Tentu saja sedari tadi dia melihat kejadian itu.

"Mau jadi pahlawan kesiangan lo?" Zea memutar kepalanya menghadap belakang,ia kesal setengah mati.

"Gue mau jadi dokter,bukan pahlawan!" Tandasnya dan meninggalkan Naufal yang terdiam.

Gion tertawa kecil melihat tingkah adiknya,baguslah adiknya sangat tanggap melihat sekitar yang membutuhkannya.

Gion menetralkan ekspresinya
"Lanjut Fal!" Ucap Gion

Zea Anindita. Perempuan yang sukses membuat seorang Naufal Azhar kicep.
Mau tak mau, Naufal memberi wejangan lagi kepada adik kelasnya untuk selalu bersikap sopan santun,dll. Intinya menyindir Zea. Padahal percuma saja, Zea tidak mendengarnya.

Flashback off

"Semua udah selesai,hmm apalagi ya" Zea mengingat ingat apa yang harus dibawanya lagi. Sepertinya tidak ada.

"Ngapain kamu?" Tanya Gion tiba tiba sudah disamping Zea.

"Lagi nginget barang apa yang harus dibawa lagi" jawabnya tanpa melihat Gion.

Ingatkan Zea untuk memarahi Abangnya ini nanti,soal dirinya yang tidak pernah menceritakan mengapa bisa menjadi ketos.

Zea melihat dirinya di kaca
"Baju olahraga langsung pake,udah. Topi kerucut,udah. Nametag juga, udah. Pulpen dan buku,udah. Sip tinggal berangkat ini mah!" Ucapnya pada diri sendiri

"Kamu marah sama Abang?" Zea mengambil tangan abangnya,lalu disalaminya. Ia tidak akan berangkat dengan abangnya hari ini.

"Zea pergi, assalamualaikum!" Gion terkekeh melihat tingkah adiknya yang lucu. Masih marah saja ia tetap menyalaminya.
Baiklah,akan ia sogok nanti dengan eskrim sebanyak mungkin.

Thankyou for reading don't forget to vote and comment 🤍🤍

ZEA [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang