Di tengah gemerlap nada-nada jazz yang mengalun lembut dari gramofon, dunia mereka berputar dalam ritme merdu. Gadis itu, Elijah namanya, meneguk anggur merah dengan lembut sambil bersandar manis di bahu pacarnya yang baru saja tiba di rumah, Jaehyun namanya. Mata mereka terpaku pada jendela kaca yang memperlihatkan pemandangan megah gedung-gedung berkilauan dan lalu lintas malam yang memikat. Gelapnya malam telah mengubah jalanan menjadi lautan cahaya yang mempesona.
Setelah sejenak bercengkrama, Elijah menghela napas dalam-dalam sambil menatap dirinya dalam cermin gantung yang berjejer di sisi pintu kamarnya. Rambut hitamnya yang panjang, seakan tertiup oleh angin jazz, sedikit berdesakan, dan jaket besar yang dipinjaminya dari Jaehyun tergantung dengan santai di pundaknya, menciptakan tampilan yang tak terlupakan. Riasan wajahnya mulai memudar, dan dengan setiap goresan waktu, ia semakin terlihat seperti seorang pemabuk.
Namun, di tengah lamunannya tentang penampilannya, tak terduga, dua tangan kuat merangkul pinggangnya dari belakang, mengirimkan sensasi yang membuatnya tersentak sebentar, hanya untuk segera tersenyum saat menyadari bahwa tangan-tangan itu adalah milik kekasihnya.
"Kenapa kau melamun sedari tadi?" tanya Jaehyun sambil menatapnya melalui pantulan mereka berdua.
"Bukan apa-apa. Kita harus bersiap-siap untuk makan malam, ayahku sudah pulang."
"Sekarang? Oh, ya, ngomong-ngomong.." Jaehyun sengaja menggantung kalimatnya. "Jajangmyeon keju yang kau buat sore ini enak."
"Benarkah?"
Elijah membelalakkan matanya saat dia berbalik dengan senyum lebar. Sementara Jaehyun mengangguk dengan mata menyipit sehingga rambutnya bergoyang-goyang, menunjukkan sisi imutnya. Tidak tahan melihat tingkah lakunya, gadisnya mencium kedua pipinya berulang kali.
"Terima kasih, kadetku~" ucap Elijah.
Waktu terus berlalu hingga mencapai acara yang ditunggu-tunggu, ketika pasangan muda ini memutuskan untuk mengunjungi sebuah kediaman megah di lereng puncak gunung. Rumah tersebut memancarkan kemewahan yang sungguh tak biasa, berbeda dari rumah-rumah lain di sekitarnya. Keanggunannya mungkin masih terpatri sejak zaman penjajahan Jepang, tetapi tetap kokoh dan terawat hingga hari ini. Begitu mereka melangkah masuk, mata mereka langsung tertuju pada tembok biru laut yang memberikan kesan misterius dan memikat.
Di ambang pintu, seorang pria dengan senyuman lembut di wajahnya menyambut mereka. Ia adalah Tuan Shin, ayah dari Elijah, yang meski telah menginjak usia 52 tahun, masih memancarkan aura kekuatan dan kegagahan. Tingginya hampir menyamai pintu, matanya tajam seperti mata elang, dan keriput halus melengkapi karakter wajahnya. Rambut hitamnya dibiarkan mengilap, memberikan kesan penuh martabat dan abadi.
Sementara itu, Jaehyun yang tampil begitu berkelas dengan jas rapi yang dikenakannya menyambut calon mertuanya itu dengan senyuman lebar, sehingga bahkan lesung pipinya pun terlihat terukir begitu jelas.
KAMU SEDANG MEMBACA
BELDAM
FanficJaehyun terseret ke tahun 1976. Yang mengejutkan, ternyata wajahnya mirip seperti sosok muda ayah pacarnya ⎯Tuan Shin. Demi bertahan, ia menyamar sebagai Tuan Shin. Namun, rencananya kacau sejak gadis bernama Roseanne muncul. Apakah Jaehyun berhasil...