13 Olivia?

10.5K 818 78
                                        

13 Olivia

Alice duduk disamping Lukas, berhadapan dengan Abraham untuk membicarakan tentang proyek kerjasama mereka.

Disela pembicaraan yang serius itu, diam-diam Alice membelai kaki Abraham dengan kakinya. Menggodanya dengan sensual, hingga membuat celana Abraham sesak dibawah sana. Abraham gemas sekali dengan sikap agresif wanita itu yang telah mendarah daging.

"Aku setuju dengan ide kalian berdua. Aku percaya Lukas bisa menangani segalanya dengan baik." Abraham berujar dengan nada tegas dan profesional.

Sesekali ia melirik Alice yang menatapnya dengan sangat genit. Jika tidak ada Lukas, mungkin Abraham sudah menerkam kekasih gelapnya itu.

"Pasti Pa!" Sahut Lukas kepada ayahnya.

"Baik, Pak Abraham." Alice tersenyum manis dan penuh arti.

"Kalau begitu saya tinggal, silahkan lanjutkan proyek yang kalian kerjakan."

Alice tersenyum-senyum ketika Abraham menendang kecil kakinya sebelum beranjak pergi. Ternyata tidak sulit untuk mendapatkan pria yang ia mau. Hanya cukup menggodanya, dan dia akan masuk kepelukanmu.

"Kenapa kamu tidak membalas pesanku?" Lukas bertanya kepada Alice yang memasang wajah muram setelah Abraham pergi.

"Sebelum kamu bisa memilih antara aku atau istrimu, jangan harap aku akan meresponmu."

"Istriku hamil."

"Itu yang kamu katakan tidak cinta? Ucapan kamu itu hanya omong kosong!"

"Aku dijebak saat melakukannya."

"Sudahlah Lukas, aku malas sekali berdebat denganmu. Bicarakan saja masalah pekerjaan."

"Alice beri aku waktu, tolong jangan seperti ini." Lukas menarik Alice mendekat, lalu memagut bibirnya tanpa permisi. Entah kenapa Alice begitu benci dengannya sekarang. Ia melihat Lukas sebagai pria brengsek. Bukan lagi pria yang ia cintai seperti dulu.

"Lepaskan!" Alice mendorong tubuh Lukas dengan kuat.

"Alice, aku hanya butuh waktu sebentar saja." Lukas mendekap kedua wajah Alice, dan menatap mata yang sorotnya begitu dingin penuh kebencian. Lukas tau itu, karena mata Alice sama dengan Olivia. Ia merasa Alice sedang kecewa padanya.

"Sampai istri kamu melahirkan? Atau nunggu kamu siap yang entah kapan waktunya? Sudahlah Lukas, cukup sampai disini. Aku tidak tertarik lagi padamu." Alice melepas paksa jemari Lukas dari wajahnya. Alice juga mengalihkan pandangannya kepada laptop. Alice hanya bicara jika itu menyangkut pekerjaan.

Hingga secara tiba-tiba, seorang anak kecil keluar dari kamar yang ada di ujung ruangan, dengan raut khas bangun tidurnya. Melihat Alice ternyata ada disana, Oliver langsung berteriak dan berlari untuk menghampirinya.

"Mama Alicee...!!!" Teriaknya dengan ceria. Alice menyambut pelukan itu dengan senang hati. Alice sangat bahagia karena pada akhirnya mereka dapat bertemu lagi. Entah kapan mereka bisa tinggal bersama, dan Oliver tau jika dia adalah ibu kandungnya.

"Sayang..." Alice menciumnya. "Kenapa matanya bengkak? Oliver sedang sedih?" Tanya Alice penuh perhatian. Ia mengusap wajah menyedihkan putranya. Betapa anak itu terlihat sangat tertekan.

"Oliver dimarahi nenek dan mama karena menumpahkan susu tadi pagi." Ucapnya sambil terisak.

Alice seketika merasakan sesak didadanya. Ia semakin benci kepada Lukas yang hanya diam dan tak memberi respon. Selemah itukah dia dihadapan ibunya dan Gracia? Sebenarnya Alice ingin marah. Tapi untuk saat ini posisinya sangat tidak memungkinkan untuk melakukan itu.

Bukan PenggodaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang