7 Undangan Makan Malam

6.2K 555 12
                                    

Part 7 Undangan Makan Malam

Pyarrrr!!!!

Gracia spontan berteriak ketika sebuah batu menghantam kaca kamarnya hingga pecah berantakan. Meski ketakutan ia tetap dengan segera mengambil selembar kertas yang tertempel pada batu tersebut. Gracia takut jika didalamnya terdapat tulisan dari Olivia, yang biasanya ia dapatkan. Bisa bahaya jika Lukas atau Abraham yang menemukannya.

Bukan tulisan, kertas tersebut ternyata berisi gambar dirinya dan paula yang sedang menyekap Olivia disebuah kapal. Kertas itu bergambarkan potongan foto-foto kecil tentang penyiksaan yang ia lakukan kepada Olivia saat itu.

"Ada apa?!" Suara tegas Lukas membuat Gacia spontan meremat kertas tersebut, dan langsung memeluk Lukas untuk mengalihkan perhatian.

"Lukas aku takut!" Gracia menangis dengan tubuh gemetar. Olivia sangat gila! Jadi dia punya semua bukti-bukti itu?

"Sebenarnya kamu punya salah apa sampai diteror seperti ini?" Lukas bertanya.

"Iya, apa kamu punya musuh?" Abraham ikut bertanya dengan sangat penasaran. Karena selama ini keluarga Abraham tidak pernah mempunyai musuh di dunia bisnis. Abraham bahkan dikenal sebagai pengusaha besar yang dermawan, bijaksana, dan tak pelit ilmu. Jadi mustahil jika ada musuh yang mau meneror keluarganya, apalagi menantunya.

"Aku tidak tahu Pa." Isak Gracia dengan tubuh yang tiba-tiba lemas.

Paula sangat kesal melihat kaca yang pecah dan ancaman yang lagi-lagi Olivia kirim. Jadi Olivia menantangnya? Mengibarkan bendera perang dengannya? Setelah menemukan wanita rendah itu, Paula bersumpah tidak akan memberinya ampun.

"Kamu istirahat, jangan membuat kekacauan. Mama mengundang Alice makan malam. Tidak enak jika seperti ini didepan klien kan?" Lukas melepas pelukannya dengan desissan kesal.

"Lukas benar, kita bahas ini setelah makan malam bersama Alice. Papa sudah suruh satpam cek cctv."

"Lagian mama ngapain undang Alice makan malam? Malu-maluin aja!" Lukas meninggalkan kamar dengan langkah kesal. Sebenarnya ia senang Alice datang, tapi ia juga takut jika Gracia bersikap sok mesra padanya, lalu membuat Alice marah. Lukas lebih takut ditinggal Alice daripada pernikahannya.

Diluar sana Alice tersenyum sinis setelah anak buahnya berhasil melemparkan batu kekamar Gracia dari luar pagar. Ia yakin foto-foto yang Gracia terima akan membuatnya kebakaran jenggot. Dua wanita itu pasti dihantui oleh bukti-bukti yang ia miliki.

Alice tidak akan puas sebelum mereka merasakan apa yang ia rasakan malam itu.

"Kalian bawa aku kemana? Aku mohon jangan lakukan hal buruk! Biarkan aku bertemu anakku dulu!" Olivia menangis ketakutan ketika terbangun disebuat kapal yang sedang terombang-ambing oleh gelombang air laut.

Seingatnya ia barusaja melahirkan, mengobrol dengan Lukas tentang nama yang bagus untuk anaknya, mempersiapkan pernikahan dan tema yang cocok untuk hari bahagia mereka.

Tapi kenapa sekarang ia berada ditempat asing ini dengan tangan dan kaki yang terikat?

"Siapa suruh kamu tidak mendengar kata-kataku? Aku sudah bilang tinggalkan Lukas! Kenapa kamu malah hamil anaknya dan mempersiapkan pernikahan? Meski suamiku setuju dengan hubungan kalian, aku tidak akan pernah sudi merestui!" Paula menoyor kepala Olivia dengan kasar.

"Gracia lakukan apa yang ingin kamu lakukan!" Paula tersenyum smirk ketika melihat wanita itu mengeluarkan sebuah garpu.

"Selama ini kamu selalu merasa sok cantik dan diatas awan karena Lukas memilihmu bukan? Lihatlah apakah setelah ini Lukas masih mau melihat wajah burukmu?"

Bukan PenggodaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang