Balaskan Dendammu!

12.7K 895 20
                                    

Part 1 Balaskan Dendammu!

Lukas menatap ruangan apartemen Alice yang begitu rapi yang terdapat pajangan-pajangan unik, juga rangkaian cantik bunga lily dan mawar merah disetiap sudutnya.

Foto-foto Alice bersama ayah dan ibunya juga berjejer di dinding berwarna coklat pastel tersebut. Lukas tebak, orangtua Alice orang-orang yang sangat baik. Senyuman mereka di foto itu terlihat begitu tulus.

"Papa, tante Alice memasak spaghetti dan tiramisu! Rasanya sangat enak!" Ocehnya sambil membawa sepiring tiramisu bagiannya dengan mulut belepotan.

Sebelum memberitahu ayahnya, rupanya dia sudah memakan beberapa potong tiramisu yang seharusnya menjadi makanan penutup.

"Astaga sayang, sampai belepotan! Jangan merepotkan tante Alice..." Lukas mengusap bibir putranya dengan gemas. Jarang-jarang anaknya bisa tertawa sebebas ini.

Karena dirumah Oliver selalu menjadi bahan cibiran ibunya dan Gracia, mentang-mentang dia anak dari Olivia. Wanita yang dianggap tidak pantas untuk melahirkan keturunan Abraham.

Jika bukan karena ancaman mati dan lain-lain dari Paula, mungkin Lukas sudah pergi bersama putranya dari dulu. Ia juga tidak akan menikah dengan Gracia.

Apalagi papanya memiliki penyakit jantung. Berbeda dengan ibunya, Abraham sangat sayang dengan Oliver dan tak mau pisah. Papanya adalah petimbangan terbesar dirinya untuk tetap tinggal serta menuruti perkataan ibunya. Lukas takut jika melawan dan membuat keributan, penyakit papanya akan kambuh.

"Tidak merepotkan, justru aku senang dia disini." Alice membawa nampan berisi tiga piring spaghetti untuk makan malam mereka.

"Ayo makan, maaf kalau kurang pedas. Aku takut Oliver tidak suka."

"Tidak apa, makasih udah perhatian sama Oliver."

Lukas tersenyum canggung sambil menatap tatanan spaghetti di piring tersebut yang terasa tak asing. Cara platingnya mengingatkan Lukas dengan Olivia. Apalagi ketika ia mencobanya sesuap. Rasanya benar-benar mirip dengan buatan mantan kekasihnya itu.

"Enak kan Pa?" Ujar Oliver antusias sambil memakan spaghetti yang Alice suapkan.

"Enak banget."

Alice tersenyum saja. Jika bukan karena menutupi identitasnya untuk sementara, ia sudah menangis sekarang. Ia akan menahan mereka disisinya, termasuk putranya itu.

"Maaf jika kami merepotkan. Terimakasih untuk makan malamnya."

"Tidak apa."

"Oliver, habis makan langsung pulang ya?" Tegur ayahnya.

Anak itu tiba-tiba diam sambil menggeleng. Wajahnya berubah begitu kusut dan tak bersemangat. Sepertinya Oliver ingin disana sebentar lagi. Atau bahkan ia ingin menginap.

Sangat jarang Oliver bisa bebas bermain seperti sekarang ini. Bisa tertawa dan teriak sesukanya tanpa ada yaang membatasi. Karena nenek dan ibunya selalu saja marah jika ia berisik sedikit saja.

"Mama sudah menghubungi papa terus dari tadi. Kita pulang ya?"

"Pasti aku dimarahi lagi." Ujarnya, lalu berlari menuju kamar tamu milik Alice yang kebetulan terbuka. Anak itu masuk dengan cepat dan mengunci pintunya dari dalam.

"Astaga anak itu! Maaf jika putraku lancang... " Lukas berjalan menuju kamar tersebut dan segera mengetuknya.

Alice langsung bercucuran airmata. Jadi putranya juga diperlakukan dengan buruk? Tunggu saja pembalasannya! Mereka tidak akan pernah hidup tenang!

Bukan PenggodaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang