3 Tahap Awal

10.9K 645 34
                                    

3 Tahap Awal

"Kakek! Aku punya mainan baru!"

Oliver berlari ke arah Abraham, dan langsung melompat ke gendongan pria paruh baya itu begitu sampai dihadapannya.

Ketika Paula ingin mengomel, Abraham lebih dulu mengangkat jari telunjuknya. Ia seolah memberi peringatan, agar istrinya diam dan tak mengusik cucunya yang baru saja pulang. Abraham tidak mau wajah malaikat kecil itu berubah menjadi sedih, dan merusak suasana hatinya yang sedang bahagia.

"Dari mana sayang? Kok bahagia banget!" Abraham mencium pipi mungilnya.

"Kakek aku habis menginap ditempat mama! Aku diberikan mainan, dibuatian tiramisu yang enak sekali! Ayo kakek kita makan tiramisunya!"

"Mama? Mama siapa maksud kamu?" Gracia menyerobot ucapan anak tersebut. Tatapannya semakin menajam ketika melihat suaminya datang dengan rambut yang basah, serta penampilan yang sangat berantakan.

Namun yang lebih menarik perhatiannya adalah jambang pria tersebut yang terpotong rapi. Gracia sangat paham jika Lukas tidak akan memotong jambangnya tanpa bantuan orang lain.

"Apa maksud Oliver, Lukas?!" Gracia membentaknya.

"Jangan salah paham, kami menginap di rumah Alice karena Oliver rewel. Kami hanya menumpang makan dan tidur. Oliver betah karena sosok ibu yang ia inginkan ada disana." Sindirnya ketus.

"Alice?" Abraham dan Paula melongo tak percaya dengan ucapan putranya.

"Kamu pasti selingkuh sama dia kan? Siapa yang cukur ini?" Gracia mengusap kasar wajah Lukas yang terlihat malas untuk menanggapi.

"Jangan nuduh aku, jangan sampai aku selingkuh sungguhan!" Bentak Lukas seraya meletakkan tiramisu buatan Alice di meja, lalu menaiki tangga serta mengabaikan semua orang.

"Lukas jangan mengelak!" Gracia ikut berlari menyusul suaminya.

Paula seketika mendekati cucunya, dan merebut anak itu dari gendongan Abraham. Ia ingin bertanya banyak hal kepada anak tersebut. Apa yang terjadi antara Alice dan Lukas sebenarnya?

"Jadi kamu dan papa ketempat tante Alice?" Tanya Paula antusias.

"Iya nenek." Jawab Oliver dengan nada yang sedikit takut karena tak biasa. Sebelumnya Paula tidak pernah bersikap lembut dan baik seperti itu.

"Disana ngapain aja?" Tanya Paula lagi. Kali ini Oliver menjawab dengan semangat karena ia sangat bahagia berada di rumah Alice.

"Makan bersama, main bersama, membaca buku cerita, dan kata tante Alice aku sudah dianggap menjadi anaknya." Sahutnya bersemangat. "Aku senang sekali mempunyai mama seperti tante Alice!"

"Kalau papa dan tante Alice ngapain?" Paula bertanya dengan semakin penasaran. Meski Abraham sudah melotot tajam, wanita itu tetap tidak peduli.

"Mengobrol saja. Oh iya, papa dan tante Alice juga berpelukan sambil menangis."

"Berpelukan sambil menangis?" Mata Paula melotot.

"Iya!"

"Terus siapa yang potong jambang papa?"

"Saat aku bangun, pipi papa sudah seperti itu."

"Papa sama tante Alice berarti sangat akrab?"

"Sudahlah Paula!" Abraham merebut kembali cucunya. Ia kesal sekali dengan sang istri yang terus bertanya ini dan itu. Apalagi pertanyaannya sangat tidak penting.

"Jadi makan tiramisunya?" Abraham mencium pipi cucunya dengan lembut.

"Jadi kakek! Ayo kita makan!" Oliver menunjuk kue yang ayahnya taruh diatas meja dengan bersemangat.

Bukan PenggodaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang