1. Mapel Keramat

24 14 5
                                    

Hari ini Rabu pagi yang cerah, secerah senyum manis salah satu guru di SMA Pasifik

Guru ini dengan gembira berjalan menuju salah satu kelas favoritnya

"Halo anak anak" sapa guru itu dengan semangat, walaupun sudah berumur tapi jangan remehkan semangat guru ini

Guru ini adalah Bu Asih, salah satu guru yang mengajar mapel keramat di sekolah. Tau mapel apa itu? Yaa MATEMATIKA tentunya...

Walaupun Bu Asih ini setiap pagi selalu semangat memulai hari tapi tidak dengan para anak muridnya, mereka semua berwajah lusuh

"Halo buu" balas siswa siswi dikelas itu dengan lemas

"Help!! Tolong kembalikan pagi indah gue ya Tuhan!" Ucap salah satu murid disana, dia adalah siswi dengan rambut hitam sepunggung, namanya Lyona Ceylisha

Lyona ini bukan orang kaya, bukan juga orang yang kurang, dia anak sederhana yang hidup dengan neneknya. Maka dari itu Lyona masuk ke SMA Pasifik dan bukan SMA Pelita

Kedua SMA ini berdekatan tapi mempunyai jarak kasta yang jauh berbeda

SMA Pelita dikenal dengan anak muridnya yang kaya raya dan sangat amat berprestasi, sedangkan SMA Pasifik yaa sama saja dengan SMA lain biasa biasa saja, biayanya pun lebih murah dari Pelita

"Kamu sudah punya pagi yang indah bersama saya Lyona.." ucap Bu Asih dengan tersenyum mematikan

Oh ya! Bu Asih ini memang ceria dan gembira setiap saat makanya beliau justru lebih ditakuti oleh siswa siswi di SMA ini, karena beliau memiliki tekanan yang lebih mematikan, sehingga apapun yang dikatakan oleh Bu Asih sulit ditolak oleh murid murid itu

"I-iya buu" jawab Lyona

"Pfft sukurin lo" ucap seorang siswi berambut sebahu di samping Lyona

Dia adalah Xenara Florentya, gadis yang berpenampilan seperti bos besar itu adalah sahabat dekat Lyona dari tk. Dia adalah seorang rentenir kelas

"Oi Nara, mana tugas perbaikan minggu kemarin?" Tanya Bu Asih dengan senyum mengembang, entah sejak kapan dia ada di sebelah meja Lyona dan Nara

Posisi meja mereka berdua adalah didekat tembok dengan Lyona yang ada dipojok sehingga Nara yang berada dipinggir bisa dengan jelas melihat raut wajah mengerikan yang terus tersenyum itu didepan mukanya langsung

"A-anu ke-ketinggalan bu ah iya.. ketinggalan" balas Nara membual

"Besok dibawa ya? Atau saya gorok kamu" ucap Bu Asih tetap dengan senyum mengembang

"Oke anak anak hari ini kalian lanjut ke halaman 48 yaa, disana ada 50 soal, coba jawab dengan teliti menggunakan rumus yang sudah saya bagikan kemarin" lanjut Bu Asih, dia kembali ke meja guru dan duduk nyaman disana, tetap dengan senyum tentunya.

"Heh Asih! Kalo lo lupa ya 'kemarin' yang lo bilang itu minggu kemarin. Gue mana inget! Pelajaran kemarin aja ilang semua apalagi minggu kemarin!" Lirih Lyona dengan kesal

"Cepet kerjain! Oh atau mau gue aja yang kerjain? 1 soa-" ucapan Nara terpotong karena dibekap oleh Lyona

"Diem! Dasar mata duit!"

"Emang lo tau gue mau ngomong apa?!"

"'1 soal 50k yahh' gue hapal"

"Iyap! Betul itu! Kalo lo mau kaya ikutin cara gue!"

"Pungli!"

"Itu yang dibelakang bisa diam tidak yah? Atau saya jahit aja mulutnya? Saya bawa alat jahit ini.. alat sulam juga ada" ucap Bu Asih, mungkin guru ini sudah amat sangat jengah mendengar suara dua orang itu

"Asal kalian tau yah anak anak, saya ini lulusan tata busana, jahit menjahit itu sudah biasa saya lakukan loh" lanjut bu Asih tetap tersenyum

"Kenapa ngga jadi penjahit aja si ni orang" ucap Nara yang sialnya terdengar oleh Bu Asih

"Mulut kamu saya jahit Naraaa" ucap Bu Asih

Nara menelan ludahnya kasar

"Ampun nyai. Jangan jahit mulut hamba yang sexy ini, nanti ketika hamba telah menikah bagaimana ciumannya" ucap Nara sembari menyatukan kedua tangannya memohon

"Top inti" ucap Lyona memberi jempolnya untuk Nara

"Makasih" balas Nara cepat

"Ahahahaha jangan harap kamu bisa ciuman Naraaa" ucap Bu Asih mengeluarkan jarum dan benang dari tasnya

"KYAAAAAA"

-------------------------💸

DandelionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang