7. Bule Kikir

17 13 6
                                        

Lyona sudah siap dan rapi, dia akan berangkat ke rumah Nara sebentar lagi

"Arep ming ndi nduk?" Tanya neneknya ketika melihat sang cucu sangat rapi

"Rumah Nara" jawab Lyona

"Cepet lunga, sebelum Maghrib"

"Iya, Lyona udah masak tuh didapur, ntar nenek jangan lupa makan yah"

"Iya, ati ati loh nduk"

"Nggih"

Nenek Lyona ini asli Jateng tapi hidup berpuluh puluh tahun di Jakarta, jadi bahasanya campur aduk, jawa dengan Indonesia. Tapi tenang, nenek ini paham dengan Lyona yang berbahasa Indonesia

Lyona juga paham dengan apa yang neneknya ucapkan, tapi dia terkadang membalas dengan bahasa Indonesia saja, tergantung mood lah

Lyona mengendarai motornya ke rumah Nara, walaupun mereka adalah sahabat dekat tapi rumah mereka sangat berjauhan satu sama lain

Kalo dipikir pikir lagi, keluarga si bule frozen itu kan kaya raya, pasti pengen dipandang tinggi kan(?) Makanya anak cucu keturunannya ngga boleh ansos, buat memperluas koneksi gitu ngga si? Lah mungkin itu alasannya suruh bawa temen ke rumah. Tapi emang tu kakeknya ngga curiga apa temennya ganti ganti mulu?. Itu adalah isi pikiran Lyona saat ini

Sebenarnya sangat berbahaya mengendara dengan tidak fokus seperti ini, tapi ya bagaimana lagi Lyona tak bisa mencegah pikirannya meluap

Sampai dirumah Nara Lyona bergegas mengetuk pintu, ingin cepat cepat masuk rumah, karena hawa malam ini terasa sangat dingin

"Permisi, Nara" panggil Lyona

"Hoi, masuk sini" ucap Nara dari balkon kamarnya

"Gue manjat ke situ?" Tanya Lyona

"Ngerangkak! Ya masuk lewat pintu lah bego!"

"Ya lo turun lah! Bukain pintu buat gue"

"Idih males"

Setelah mengatakan itu, Nara kembali masuk kedalam kamarnya. Lyona dengan ragu membuka pintu

"Ngga papa lah ya, udah dipersilahkan masuk kok sama Nara" ucap Lyona lirih

"Permisi. Ini Lyona" ucap Lyona, sepi tak ada yang menyahut

"Rumah gede gini makhluk hidupnya cuma Nara" lirih Lyona saat melihat sekitar

"Woi ngapain lo? Sini masuk cepetan, bantuin gue milih baju" ucap Nara dari arah tangga

Lyona dengan cepat berlari menuju kearah Nara dan masuk ke kamar

"Menurut lo gue kesana pake apa?" Tanya Nara

"Pake baju"

"Ya terus menurut lo gue mau telanjang gitu kesana? Yang bener aja lah. Ini lohh pilihin gue baju naaa"

"Eumm pake sweater aja ra, diluar dingin banget gila"

"Sweater yang mana?" Nara menunjukkan semua sweater yang dia punya, beraneka warna dan motif, seperti pedagang

"Ini malem, jangan pake warna gelap"

"Menurut lo warna apa? Yang mana? Gue punya banyak warna terang nih"

"Pake peach aja tuh, yang polosan aja biar ngga keramean"

"Bawahnya?"

"Celana"

"Ya maksudnya yang mana?"

"Terserah lo lah, nurut style lo aja gimana, gue kan tadi cuma kasih saran aja"

"Kalo gue pake celana black jeans gimana?"

"Senyaman lo aja"

"Okey gue pake itu"

Selagi Nara mengganti bajunya, Lyona yang bosan akhirnya memilih untuk melihat lihat buku yang ada di rak kamar Nara

Banyak buku buku sejarah disana, Lyona paham kalau Nara juga masih ingin menjadi seorang arkeolog, tapi sejak saat kejadian itu terjadi, Nara berpura pura berhenti mengejar cita citanya sedari kecil. Nara tak bisa membohongi Lyona.

"Gimana menurut lo?" Tanya Nara saat baru selesai mengganti bajunya

"Pas lah, cocok aja si menurut gue. Yang penting pake baju aja"

"Heh singa bantuin gue sini"

"Ngapain?"

"Tolong urus rambut gue"

"Tinggal di iket lah!"

"Rambut gue pendek, ngga bagus kalo diiket, ntar kaya sapu jatuhnya. Lo si enak rambut panjang tinggal iket"

"Mau adu nasib rambut apa gimana? Ngga usah mancing deh lo"

"Iyaa. Tapi bantuin gue sini lah!"

Lyona mendekat ke arah Nara yang telah duduk manis didepan meja riasnya

"Bantuin gue make up"

"Idih. Anjrit bet beliau. Ogah! Ntar lo marah marah lagi sama gue, dibilang style make up gue ngga natural lah ini lah itu lah, padahal lo liat sendiri gue cuma pake bedak sama lipgloss doang kalo kemana mana, gue ngga pinter make up!" Kesal Lyona

"Iya deh gue juga bakal pake bedak sama lipgloss doang"

"Pake sendiri"

"Iya iya"

Lama mereka berdua meributkan style dan yang lainnya hingga tak sadar bahwa jarum jam menunjukkan pukul 18.45, dari luar terdengar suara klakson mobil seseorang

"Pake sepatu warna peach aja ra, biar senada sama sweater lo" ucap Lyona tak memperdulikan klakson mobil diluar

"Peach yang mana? Yang polos apa yang ada motif batiknya?"

"Ck. Lama deh lo milih sepatu doang, ribet banget ternyata jadi orang kaya"

"Cepet pilihin, ntar itu bule keburu dateng"

"Kok gue? Lo yang mau pake, pilih sendiri lah kan gue udah bantu pilih warna"

"Ya udah lah gue pake yang ada motif batiknya aja"

"Lah gitu dong, pilihan lo sendiri, masa gue mulu"

Bel rumah Nara berbunyi beberapa kali

"Siapa tuh? Berisik banget" ucap Lyona

"Si bule kali tuh dateng"

Lyona membuka pintu rumah Nara dan benar saja itu adalah Elsa

"Lama banget sih! Gue udah klakson berkali kali ngga keluar lo berdua" ucap Elsa

"Yee lo mah ngga sabaran jadi orang" balas Lyona

"Gue udah selesai nih, ayo cepet pergi" ucap Nara yang baru datang dari arah belakang

"Udah ayo cepet, ntar kakek gue keburu dateng" ucap Elsa hendak pergi

"Eh tunggu, duit kita dulu dong" ucap Nara maju ke depan

"Nih" Elsa memberikan masing masing 100.000, setelah itu melanjutkan langkahnya menuju mobil

"Heh bule kikir! Masa 100.000 doang?!" Ucap Nara tak terima

"Itu DP, ntar sisanya kalo acara ini udah selesai. Nanti kalo gue kasih semua duitnya sekarang malah lo berdua kabur" ucap Elsa

"Ni bule udah kikir, suudzon sama orang lagi" ucap Lyona

"Awas lo boong, gue tandain muka lo"

--------------------💸

DandelionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang