Suasana di ruang tamu rumah Elsa saat ini sedang sangat amat canggung karena sedari tadi kakek bule itu tak berhenti menatap tajam ke arah Nara dan Lyona
Lyona sangat jengah dengan situasi ini, yaa siapa juga yang betah di suasana canggung yang tidak jelas seperti ini?
"Sebenernya kakek bule kenapa nyuruh kita duduk? Saya sama Nara itu sudah mau pulang" ucap Lyona berusaha untuk menggunakan nada berbicara yang sangat sopan
"Kenapa terburu buru sekali? Seperti orang sibuk saja kalian berdua, bergaya sekali banyak aktifitas" ucap si kakek bule
"Kita emang sibuk kok kek, tapi bukan sibuk yang kaya kakek" uap Lyona
"Memang saya kenapa?" Tanya kakek bule
"Kalo sibuknya kita berdua itu sibuk kegiatan, kalo sibuknya kakek kan sibuk ngurusin hidup orang" jawab Lyona
Elsa menutup mukanya dengan telapak tangan kanannya, dia tak akan bisa menghadapi kakeknya lagi setelah ini
"Ahahaha kamu berani sekali ya ahahah, tak pernah saya melihat teman keturunan saya yang seberani kamu ini hahaha" entah kenapa kakek bule itu malah tertawa terbahak
Lyona dan Elsa menatap kakek bule itu bingung
Saat si kakek bule belum berhenti tertawa, datanglah seorang lansia, tapi bedanya yang ini mempunyai rambut panjang yang digerai
Raut wajah Elsa bertambah tegang saat kedatangan lansia kunti ini
"Berisik" Ucap lansia kunti itu
"Eh? honey! Kemarilah, teman teman Elsa ini sungguh menarik" ajak kakek bule
Lansia kunti itu duduk disebelah kakek bule dengan angkuh
"Honey, ini teman teman Elsa, kalian, perkenalkan ini istri saya, Amber"
"Nenek bule, kenalin nama saya Lyona Ceylisha, dan ini teman saya Xenara Florentya" ucap Lyona
"Florentya? Kamu cucu Serafin Florentya?" Tanya si lansia kunti atau nenek bule kepada Nara
Raut wajah Nara berubah masam, dia sangat tidak suka bila ada yang menyebut nama Serafin Florentya itu dihadapannya
"Memang kenapa?" Tanya Nara dengan nada datar
"Jika benar kau cucu Serafin Florentya maka kau harus pergi dari sini nak, disini bukan tempat untuk keturunan iblis" jawab si nenek bule
Elsa hanya bisa menatap bingung kejadian didepannya, kakeknya yang sebelumnya tertawa terbahak seketika menunjukkan raut wajah dinginnya kembali saat neneknya menyebut nama Serafin itu
Nara berdiri dan melangkah pergi dari sana, melihat Nara yang pergi mau tak mau Lyona ikut berdiri
"Kakek bule, nenek bule, kita berdua pamit pulang dulu, mungkin Nara cape jadi ngga bisa pamit, maaf. Permisi" ucap Lyona lalu berlari menyusul Nara yang sudah berada didepan rumah besar keluarga bule
"Jadi anak itu benar benar cucu Serafin? Haha aku tidak menyangka dia bisa menikah" ucap nenek bule dengan nada merendahkan
"Hei Elsa! Jangan berteman dengan mereka lagi" tambah nenek bule
"Tidak! Jika kau ingin berteman, bertemanlah dengan gadis Lyona itu, dia menarik dan mempunyai sikap yang sedikit lebih sopan dari cucu Serafin itu" timpal kakek bule
Elsa hanya diam dan mengangguk mengiyakan, karena pada dasarnya dia memang tidak berteman dengan mereka berdua
Dilain tempat, Nara tetap berjalan cepat mengabaikan Lyona dibelakangnya yang terus menerus memanggil
"NARA!"
"NARA! TUNGGUIN GUE NAR!"
"NARA!"
Lyona berusaha menyusul Nara didepan tapi semakin dikejar, Nara semakin menjauh
"NARA LO KENAPA???"
Nara berhenti dan berbalik kearah Lyona
"GUE YANG HARUSNYA TANYA KENAPA! KENAPA LO SEBUT NAMA FLORENTYA ITU LAGI DIBELAKANG NAMA GUE LYONA?!" Bentak Nara
"ITU NAMA LO NAR!"
"TAPI GUE NGGA PERNAH MAU NAMA ITU TERSEMAT DIBELAKANG NAMA GUE!"
Lyona mencengkram erat bahu Nara
"Dengerin gue! Nama lo itu pusaka yang udah orang tua lo kasih buat lo. Florentya, marga keluarga lo itu emang udah semestinya ada dibelakang nama lo. Seburuk apapun leluhur lo, mereka masih garis keturunan keluarga Florentya, darah mereka ngalir di tubuh lo, lo ngga bisa nganggep mereka jelek hanya karena rumor angin. Setiap orang punya sisi baik Nar! Nenek lo juga pasti punya sisi baik itu kok. Jangan cuma karena rumor angin, lo benci darah lo sendiri" ucap Lyona lalu pergi dari sana meninggalkan Nara yang mematung sendiri dipinggir jalan
------------------💸
♪
KAMU SEDANG MEMBACA
Dandelion
Teen Fiction"Hidup kaya bunga dandelion itu enak, dia tinggal ngikutin kemana angin berhembus tanpa mikirin garis finis dan alasan kenapa angin itu berhembus dan bawa dia kesana" ------------ Hidup Lyona terasa sempurna karena kehadiran teman teman yang selalu...