Ada banyak pohon harapan di hutan ini, terlihat kokoh dan sangat menyejukkan. Aku berkeliaran pada hutan ini, mencari sebanyak mungkin harapan. Lantas menjualnya di pusat kota, mereka membayarnya dengan harga yang melambung.
Aku ikut melambung bersama kertas bermata uang, tidur di sofa tuhan setelah aku sogok dengan harga harapannya. Hutan harapan menjadikanku tuhan untuk mereka yang kehilangan, untuk krisis kepercayaan dari tuhan.
Malang, 06 Desember 2010
KAMU SEDANG MEMBACA
Ve di Lorong Temaram (Antologi Puisi)
PuisiPuisi-puisi dalam buku ini terkesan naratif-realis. Namun, ada beberapa puisi yang jika kita lihat dari strukturnya akan tampak bahwa puisi itu adalah puisi surealis. Rangkaian antarkalimat dalam puisi yang tidak kohesif dan koherensif akan membuyar...