Hari masih menunjukkan cahayanya, karena matahari masih tersenyum dan memberikan cahaya secara suka rela untuk bumi tercinta. Dimana disana juga sepasang kekasih sedang berjalan di jalan setapak untuk membeli makan siang, dengan jari jemari yang bertaut.
"Yah tutup sayang" ujar Jeno mengeluh dengan raut sedihnya, setelah melihat rumah makan yang hendak mereka kunjungi ternyata tutup.
"Yaudah makan yang lain aja. Makan donkatsu kayaknya enak, atau kimchi jigae aja" sahut Minjeong yang memilih tak mempermasalahkannya, karena memang yang ingin pergi ke tempat makan tersebut adalah Jeno.
Sambil termanyun, Jeno pun kembali berjalan bersama kekasihnya dan mempererat genggaman tangannya.
"Kamu mau yang mana sayang? Aku nurut sama kemauan kamu aja deh" kata Jeno dengan malas, bahkan air mukanya tidak berubah sama sekali semenjak melihat tempat makan yang menjual bimbimbap tutup.
Minjeong kemudian tersenyum tipis, gadis itu merasa lucu melihat Jeno yang terlihat pasrah tak bertenaga akibat kecewa. Ternyata selain dirinya, penjual bimbimbap juga ikut mengecewakannya juga. Sungguh laki-laki yang malang.
"Kita ke rumah ku aja" kata Minjeong kemudian.
Gadis itu lalu menghentikan langkahnya yang otomatis membuat langkah pria disampingnya ikut berhenti juga. Minjeong kemudian menarik tubuh kekasihnya sampai menghadap ke dirinya, sampai pada akhirnya ia menampilkan senyum terbaiknya. Sedangkan Jeno masih dengan wajah cemberutnya, yang terlihat seperti anak umur lima tahun tidak dibelikan permen.
"Aku masakin" kata Minjeong yang terdengar manis, bahkan permen kapas yang sekarang tinggal tongkatnya saja pun kalah manis ditambah senyum yang merekah.
Jeno yang tadinya berwajah musam pun tiba-tiba dibuat sumringah oleh kalimat kekasihnya, yang membuat lambungnya ikut tersenyum hanya dengan membayangkan masakan Minjeong tersaji untuk ia nikmati.
"Aaa makasih sayang. Ayo kita pergi ke supermarket!" Seru Jeno bersemangat.
Singkat cerita kedua mahasiswa ini pun tiba dirumah Minjeong, dan Jeno secara sigap langsung mengangkat semua bahan belanjaan yang tidak begitu banyak pula dengan lengannya yang berotot.
"Aku terus ngapain sayang?" Tanya Jeno yang masih antusias.
Sambil tersenyum Minjeong meraih tangan Jeno agar terdiam dari kegiatan mondar mandirnya, "kamu cium aku aja. Biar aku semangat masaknya" ucap gadis itu lagi-lagi terdengar sangat manis, dengan bibir ombre dari warna peach dan merah gelap.
Tanpa basa basi lelaki yang berdiri di depan Minjeong itupun mendaratkan bibir lembutnya tepat di atas bibir Minjeong. Satu kecupan. Dua kecupan. Hingga kemudian berlanjut pada tiga kecupan namun kedua tangan Jeno melepas genggaman tangan kekasihnya, karena beralih memeluk tubuh mungil Minjeong untuk memperdalam ciumannya. Melumat lembut bibir merah gadis itu dan membasahinya dengan gerakan konstan, iramanya pelan dan sejauh ini keduanya belum sampai terengah.
Kegiatan romantis itu berangsung cukup lama, karen rupanya keduanya terbawa suasana hening di rumah Minjeong yang memang hanya ada mereka berdua. Sampai pada akhirnya semua itu berhenti ketika Minjeong mendengar sesuatu yang cukup menggelitik perutnya, membuatnya pergi dari perasaan hangat romansa menjadi lawak.
"Perut kamu bunyi ya?" Tanya Minjeong sambil terkekeh. Kedua matanya juga tengah memperhatikan wajah Jeno yang tengah kemerahan, seperti kepiting rebus. Sampai akhirnya lelaki itu mengangguk dengan perasaan malu-malu, hingga kemudian menyembunyikan mukanya dari hadapan Minjeong dengan menempelkan kepalanya di pundak kiri kekasihnya, dimana disana ia juga dapat mencium bau bunga yang lembut.
"Yaudah kamu duduk, aku masak dulu"
"Aku pengen bantuin"
"Nggak perlu, kalau dibantuin aku malah lama masaknya"
KAMU SEDANG MEMBACA
Kopi Tanpa Latte [JENO × WINTER] End💨
FanfictionTANPAMU AKU SEPERTI KOPI TANPA LATTE... TETAP BAIK-BAIK SAJA TAPI PENUH RASA PAHIT YANG MENCEKIK Start:11 Juni 2022