#15 Apa Alasannya?

73 17 12
                                    

Everything happen for a reason

Dari kejadian ini, kira-kira apa alasan Tuhan membiarkan hal semacam ini menimpa Minjeong. Seorang perempuan yang manis dan kepribadian yang baik, harus mengalami hal yang sakitnya luar biasa.

Sepulang dari rumah sakit, Jeno hanya terdiam dan terduduk diujung tempat tidurnya bagian kiri, menatap tembok kamarnya yang dipenuhi figura yang menempel di dinding. Tentu yang ia tatap sekarang adalag potretnya bersama sang kekasih tercinta, dimana gambar itu diambil ketika Minjeong dan dengannya pergi ke taman hiburan. Jeno sangat ingin mewujudkan keinginan Minjeong untuk menaiki bianglala yang besar.

Hari itu bahkan mereka belum resmi menjadi pasangan. Kedekatan mereka hanya bagian dari modus Jeno, karena memang mereka berada dalam sebuah organisasi yang sama. Dimana mereka melakukan beberapa aktivitas kemanusiaan, organisasi dikampus mereka bahkan bekerja sama dengan unicef, membuat Minjeong merasa bermanfaat bagi orang yang tepat, yang juga merupakan bagian terbaik dalam dirinya.

Jeno masih ingat betul apa yang terjadi pada hari itu, ia sengaja berbohong kepada Minjeong dimana dirinya mengatakan bahwa mereka akan ke panti asuhan namun berujung ke taman hiburan. Dimana disana Minjeong melihat bianglala yang besar dan sekitarnya begitu ramai oleh pengunjung.

"Loh kok kesini kak?" Kata Minjeong yang tampak kebingungan.

"Hiburan. Kan capek habis acara di kampus, nggak ada salahnya kan kita main kesini" Jeno menjawab sambil menebarkan senyumnya yang terkenal indah.

"Tapi..." terlihat ada keraguan dalam air muka Minjeong, entah sungkan atau justru takut. Karena memang bianglala di tempat ini cukup besar, belum lagi bianglalanya berhenti jika ada yang hendak naik. Kalau berada di paling atas tentu sedikit menyeramkan, semakin bergerak semaki goyang.

"Ayo! Katanya kamu pengen naik bianglala" ajak Jeno yang terdengar sangat yakin.

"Eh tapi kok aku takut. Tinggi banget ternyata" kata Minjeong, sembari melihat ke atas, memperhatikan bianglala yang tengah bergerak pelan dan kadang berhenti pula.

Namun tak hanya itu, perempuan itu juga membuat pergerakan selangkah lebih dekat ke arah Jeno yang berada disamping kirinya. Minjeong yang tengah dilanda rasa takut pun reflek memegang lengan Jeno, cukup erat dan membuat mereka sangat dekat. Tampak juga wajah Minjeong yang takut dan tangan yang sedikit gemetar.

Tetapi tak hanya tangan Minjeong yang bergetar karena bianglala, sedangkan Jeno tengah merasakan getaran dari dalam tubuhnya. Ketika tangan hangat Minjeong menyetuh lengannya yang penuh otot itu, seperti minyak yang tersulut api hati Jeno pun sedang pesta kembang api sekarang. Ada rasa sakit di dada yang meledak-ledak, ingin rasanya teriak tapi tidak mungkin. Ini merupakan momen terindahnya dalam hidup, ia merasa hubungannya dengan Minjeong ke depannya akan berjalan lancar.

Ketika Minjeong memegang tangannya Jeno sudah merasa menjadi bagian penting dari hidup perempuan itu, menjadi pelindung yang bersedia kapanpun juga. Tubuhnya tegak berdiri sama seperti perasaannya yang kokoh terhadap Minjeong.

Jeno kemudian melebarkan senyumnya lalu berkata, "Hm ada aku, tenang aja"

Minjeong kemudian melihat ke arah Jeno, melihat lelaki itu dengan penuh pengamatan. "Hm iya deh. Maaf ya kak megang-megang" ujarnya dengan lembut.

"Gapapa dek, dengan senang hati oppa kamu sentuh hihi" hanya dalam hati Jeno mampu mengatakan hal semacam ini, karena tidak mungkin ia menyeletuk seperti itu. Proses pendekatan baru saja dimulai, Jeno tentu tak ingin merusak momen berduaan mereka.

"Iya gapapa, santai aja" hanya ini yang akhirnya keluar dari mulut Jeno. Berlagak menjadi lelaki pemberani dan kuat yang siap melindungi perempuannya, menjaganya sepenuh hati tanpa pamrih.

Kopi Tanpa Latte [JENO × WINTER] End💨Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang