#17 Kurangnya Fisik

86 17 23
                                    

Tiga tahun berlalu...

Tak terasa waktu begitu cepat berlalu, untungnya Jeno selalu bersemangat dalam menemani Minjeong terapi meskipun dalam hatinya juga tersayat setiap melihat Minjeong kesakitan. Namun Jeno percaya bahwa disetiap perjuangan pasti ada hasil yang memuaskan, dan tentunya sebuah perjuangan harus bersama dengan kesabaran.

Sudah tiga tahun mereka lewati...
Tentu banyak keadaan yang berubah.

Minjeong sudah sepenuhnya sembuh, semua saraf pada tubuhnya kembali berjalan pada semestinya. Mungkin sesuatu yang masih ada adalah bekas luka bakar pada kaki kiri perempuan itu, yang harus terus menerus dioleskan semacam salep. Rambut Minjeong sudah mulai tumbuh, kali ini ia biarkan rambutnya panjang. Ia mencoba menghilangkan rasa traumanya, karena dia merasa sekarang ada yang melindunginya yakni Jeno.

Melihat sikap Jeno, bagaimana lelaki itu merawatnya membuat Minjeong semakin jatuh cinta. Padahal keadaannya sudah tidak seperti manusia, ia malah menganggap dirinya seperti alien. Karena ketika sakit ia memang merasa kalau dirinya jelek dan sejujurnya Minjeong juga tidak percaya diri tiap kali melihat paras Jeno yang rupawan, tiap kali menemuinya.

Minjeong masih menjalani kuliah bersama Jeno, iya Jeno belum juga lulus. Katanya otaknya buntu dan tidak bisa membagi fokusnya, antara kuliah dan juga Minjeong yang saat itu sakit. Sehingga lelaki itupun mengambil cuti dan masuk kembali bersama Minjeong sekarang.

Semenjak kecelakaan itu, tentu Minjeong memiliki trauma ketika menaiki bus sehingga Jeno harus standby untuk ada kapanpun disaat kekasihnya butuh.

Seperti hari ini, dimana Jeno harusnya melakukan observasi ke tempat penelitian namun ponselnya berbunyi, tertera nama kekasihnya yang minta untuk dijemput di rumahnya karena ada kuliah siang. Jeno yang berada jauh sebenarnya dari rumah maupun kampus pun tampak tergesa, ia tak ingin membuat kekasihnya menunggu begitu lama. Ia takut kekasihnya telat, takut tiba-tiba saja Sungchan muncul dan mengajak Minjeong berangkat bersama, takut apalagi ya...

Jeno mengendarai mobilnya cukup kencang agar ia bisa segera sampai di rumah Minjeong, meskipun pada normalnya jarak tempuh yang ia lewati membutuhkan waktu 25 menit, tapi karena terburu-buru Jeno ingin mempersingkat waktunya menjadi 15 menit.

Alhasil Jeno sudah menyetir seperti seorang petugas kepolisian atau detektif, yang tengah mengejar pasien. Ia terus menerus menekan klakson pada mobilnya, menyalip beberapa kendaraan, dan menginjak gas lebih kencang dan semakin kencang.

Setelah menunggu beberapa menit, Minjeong habiskan waktu tersebut sambil mengobrol dengan Karina, yang tak sengaja berpapasan dengannya ketika hendak keluar gedung. Teman seangkatan Jeno yang sudah lulus itu rupanya tengah mengurus pendidikan s2, melihat Karina sekarang semakin membuat Minjeong tak percaya diri.

Bagaimana bisa, ada seorang manusia yang super cantik, badan bagus, kepribadiannya juga bagus, pintar, wah sempurna. Anehnya dengan semua itu Jeno masih memilihnya, masih mempertahankannya, padahal jelas sekali dia tidak sebanding dengan Minjeong.

Hingga akhirnya Minjeong mendengar bunyi klakson, yang ternyata terparkir mobil kekasihnya disana. Tak lama dari itu sang pemilik mobil pun keluar, berjalan menghampiri Minjeong tentunya. Dari tempatnya berdiri Minjeong merasa Jeno terlihat semakin keren dengan kacamata hitamnya itu, kemeja putih serta celana kain hitam juga membuatnya terlihat semakin sekseh.

"Wah Karina" hal itu yang keluar dari mulut Jeno, padahal ada dua perempuan disana tapi kenapa Jeno hanya menyapa temannya.

Tentu detik itu pula Minjeong merasa cemburu, tapi yang ia bisa lakukan hanya memegangi tali dari tasnya dengan wajah datar seolah ia baik-baik saja.

Kopi Tanpa Latte [JENO × WINTER] End💨Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang