Pertemu tak disangka.

5K 42 0
                                    

Elisa berusaha lari dari kejaran ayahnya, entah siapa yang ditelepon oleh Burhan.
"Aku tidak mau tau kalian harus dapat anak itu setelah aku garap kalian boleh memakainya gratis," kata Burhan sambil memegang burung kesayangan karena masih terasa ngilu.
"Kau mau kemana?" Tiba -tiba seorang Priq menghadangnya.
"Sial,"reflek Elisa menghajar pria itu dengan lampu bekajar yang masih ia bawa, mengaduh kesakitan Elisa tidak sungkan menendang kemaluan pria tersebut jatuh pingsan.
Elisa kembali berlari keluar dari lingkungan tersebut, dia melihat di ujung gang teman ayah seperti sedang mencari seseorang.
"Bagaimana aku melewati mereka," Elisa berusaha memutar otaknya harus tetap saja waras agar dia bisa selamat sementara jika dia balik arah dia khawatir ayahnya tirinya masih mengejarnya.
"Apa sebaiknya aku mengitari pinggiran kali itu lalu menyebrangi jembatan lalu lari ke jalan raya, semoga saja tidak ada yang memperhatikan," katanya bergegas berlari menuju pinggiran kali dan dia meloncati got lumayan lebar sehingga dia bisa sampai di jembatan.
"Berhasil pekiknya ketika dia berhasil melewati selokan hitam dan berbau.
"Itu dia teriak seorang pria, Elisa yang baru bernafas lega harus kembali berlari, untungnya dia atlet marathon sehingga berlari tidak masalah buatnya.
Tiga orang mengejarnya membuat Elisa berlari kencang kejalan raya namun percuma saja kalau dia naik angkot karena mereka rata-rata teman ayahnya belum lagi begitu dia naik belum tentu angkotnya langsung jalan.
Bus dis bisa saja naik bus, tapi harus ke halte dan belum tentu ada Busnya.
Yang pasti Elisa berlari sekuat tenaga dan tiga pria itu masih mengejarnya seperti mengejar buruan.
Elisa sudah benar-benar kehilangan tenaga dan nyaris menyerah ketika sebuah mobil jeep memperlambat lajunya sambil membuka Pintu.
"Masuklah," teriak pria tersebut. Awalnya dia ragu namun Elisa melihat 3 pria itu semakin mendekat membuatnya berpikir untuk nsik kemobil itu lalu menutup pintu dan mobil yang membawanya tersebut melaju dengan kencang.
"Terima kasih Tuan," nafas Elisa tersengal-sengal.
"Sama-sama," katanya Elisa melirik pria tersebut, dia terlihat agak kacau.
"Semoga saja dia orang baik-baik." Katanya dalam hati.
"Mengapa kau dikejar mereka?" Tanya Pria yang menolongnya tadi.
"Mereka temen ayah tiriku, dan mereka akan menjualku kerumah bordir maka dari itu aku lari dari mereka,"kata Elisa masih dengan wajah lelah dan tampak pucat, pria tersebut memarkirkan mobilnya didepan minimarket setelah lumayan jauh dari tempat dimana Elisa dikejar oleh 3 pria tadi.
"Tunggu sebentar, aku beli air minum dulu," katanya sambil turun dari mobil tersebut.
"Pria itu tampan sekali walaupun sudah berumur, tapi mengapa doa acak-acakan seperti habis orang berkelahi," dugaan Elisa Benar, pria itu Edgar dia habis memukul Andi hingga babak belur, walaupun Andi melawan tetap saja Edgar yang menang karena Edgar mantan atlet Karate.
"Minumlah," Elisa menerima air mineral dalam botol yang masih tersegel
Air mineral dalam botol itu habis standas sekali teguk oleh Elisa, tentu saja air itu akan habis karena Elisa seperti habis dikejar setan.
"Lalu rencanamu setelah ini mau ke mana?" tanya Edgar sambil menatap ke arah Elisa yang masih yang tertunduk.
"Entahlah aku belum tahu mau ke mana, karena tadi ketika aku kabur pun aku hanya berpikir aku harus selamat dan pergi jauh dari dari ayah tiriku." Edgar hanya mengangguk-anggukan kepalanya.
"Ibumu masih ada?" tanya Edgar lagi Elisa menjawab hanya dengan angkutan kepala.
"Lalu kenapa kau tidak minta bantuan ibumu untuk mencegah hal itu terjadi?" tanya Edgar penasaran.
"Ibuku tidak akan pernah percaya padaku karena ibuku berpikir aku memang ingin bekerja di tempat itu, dia pernah memergoki aku nyaris bercinta dengan mantan pacarku. Oleh karena itu percuma saja jika aku minta bantuan ibuku, pasti dia juga tidak akan percaya," katanya sambil menundukkan kepalanya.
"Kita belum berkenalan, Namaku Edgard kalau kau lihat aku seperti orang yang tidak jelas dengan pakaian acak-acakan seperti orang habis berkelahi, kamu benar aku habis berkelahi dengan pria yang berselingkuh dengan istriku kata Edger Entah mengapa dia tiba-tiba ingin sekali bercerita kepada gadis yang baru saja dia jumpai itu.
"Aku Elisa tuan, sebenarnya Ayahku tidak hanya ingin menjual aku, tadi aku nyaris di perkosanya. Untung saja aku pernah membaca artikel kalau kelemahan pria ada di barang miliknya makanya aku tendang saja hingga dia tak berdaya tapi sialnya teman-temannya malah bantu mengejarku," kata Elisa, dia tidak ingin menyembunyikan apapun dari orang yang telah menolongnya.
Seperti mendapatkan hiburan Edgar malah tersenyum.
"Aku tidak membayangkan. Bagaimana nasib ayah tirimu itu, karena jangankan ditendang dengan sengaja dan keras, tidak sengaja pun rasanya seperti akan mati," kata Edgar sambil terkekeh
"Baiklah kalau begitu bagaimana untuk sementara kau tinggal di apartemenku saja," Edgar kemudian menyalakan kembali mobilnya dan melaju menuju apartemennya, namun tiba-tiba saja suara perut Elisa terdengar berbunyi dengan lumayan keras.
"Kau lapar rupanya," katanya sambil tertawa.
"Aku pasti lapar. Bagaimana tidak lapar, pulang sekolah berharap ada makanan ternyata yang ada malah pria Brengsek itu, belum lagi Aku dikejar 3 anjing gila tadi. Bagaimana aku tidak akan kelaparan tenagaku terkuras habis karena melarikan diri," kata Elisa sambil mengerucutkan bibirnya. Edgar kembali tertawa.
"Kau bawa baju?" tanya Edgar
"Tidak, aku kan Langsung kabur, mana sempat aku masuk-masukkan pakaianku kedalam tas, keburu ketangkap. Aku hanya membawa tas yang berisi buku, tempat pensil, handphone dan dompet," kata Elisa sambil menunjukkan isi tasnya.
"Oh ya ya, Maaf aku tidak tahu. Handphone kamu berbunyi tuh, kata Edgar," namun Elisa langsung mematikan dan mengeluarkan nomornya kemudian dia membuangnya.
"Kenapa kau buang?" Tanya Edgar
"Agar mereka tidak bisa menghubungiku lagi. tidak apa-apa kan Om, aku tinggal Denganmu? Aku bisa kok bersih-bersih dan jadi pembantumu di apartemen mu, juga bisa mencuci, aku juga bisa memasak ya walaupun masakanku tidak seenak masakan Ibuku," kata Elisa sambil melihat ke arah Edgar.
"Sepertinya menarik. Anak ini walaupun dari keluarga tidak mampu tapi tampak terlihat sangat cantik tubuhnya Sintal, dadanya pun besar sepertinya jika aku dandani sedikit dia akan jauh lebih cantik dari Bianca dan aku akan mempertontonkan pada Bianca kalau dia bukan apa-apa buatku," kata Edgar dalam hati sambil tersenyum seperti menemukan ide baru untuknya.
"Ayo turun kita makan dulu, tidak masalahkan kalau makan di tempat seperti ini," tunjukkan pada sebuah warung tenda penjual pecel lele.
"Tentu saja tidak, aku amat menyukai pecel ayam. Wah cacing di perutku sepertinya sudah semakin kelaparan," kata Elia sambil memperlihatkan senyumnya yang manis.

Baby hotTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang