Baby sugar?

6.6K 56 0
                                    

Edgar menatap Elisa yang duduk didepan nya , mereka memang dalam keadaan kacau, tapi dia bisa melihat Elsa terlihat cantik, bibir pun sexi tidak terlalu tebal namun menggoda, matanya indah dengan bulu mata panjang padahal tidak menggunakan mascara, hidung mancung dengan bentuk oval pada wajahnya, tubuhnya juga sempurna, dimata Edgar dengan pinggang kecil dan pinggul yang menggoda walaupun dia hanya terbungkus kaos dan Rok SMA.
"SMA, jangan-jangan dia masih dibawah umur," pikirnya yang membuat Edgard terdiam sejenak.
"Om kenapa kok liatin Elis kaya gitu?" Tanyanya penasaran.
"Kamu umur berapa?" Tanya Edgard penasaran.
"18 tahun lebih banyak karena 4 bulan lagi aku berumur 19 tahun," katanya sambil tersenyum.
"Serius? Punya KTP?" Yang tentu saja dianggukkan oleh Elisa.
"Mana?" Tanya Edgar ingin membuktikan. Elisa mengeluarkan dompetnya dan memberikan ktpnya.
Edgar tersenyum ternyata dia tidak berbohong.
"Kok om tanya aku punya ktp apa belum, takut aku masih dibawah umur dan dibilang penculik anak kecil ya," sifat ceplas ceplos dan berani Elsa membuat Edgar merasa terhibur padahal dia baru mengalami kejadian pahit. Edgar terkekeh hingga tanpa sadar celoteh Elisa membuat Edgar selalu tersenyum.
"Om tambah ganteng kalau senyum begitu?" Celetuk Elisa membuat Edgar malah tertawa.
"Serius, masa sih?" Katanya sambil mengusap wajahnya.
"Padahal aku belum mandi dari tadi," candanya membuat Elisa tertawa
"Ihhh pantesan bau, eh kita kan sama-sama bau," kata Elisa kembali membuat Edgar tertawa.
Tak lama makanan mereka datang.
"Selamat makan cantik," Edgar menggoda Elisa yang sedari tadi memujinya tampan.
"Selamat makan juga Om ganteng," kata Elisa malah membalas candaan edgar. Sifat ceplas ceplos dan tidak pemalu membuat Edgar merasa nyaman didekat Elisa.
Mereka memakan makanan dengan lahap, sudah lama Edgar tidak pernah makan ditempat seperti ini dan rasanya sangat nikmat dia bahkan meminta tambah nasi.
"Om doyan apa laper," tanya Elisa.
"Dua-duanya, udah lama aku gak makan ditempat seperti ini," katanya sambil kembali menyelesaikan makannya.
"Kenapa, padahal nikmat kan makan ditempat seperti ini.
"Gak sempet aja," katanya berbohong. Padahal sejak menikah dengan Bianca istrinya itu tidak pernah mau makan ditempat seperti ini, alasannya banyak, kotor lah, tidak hygienist lah, dan serentet alasan lainnya padahal sebelum menikah dengan Edgar, istrinya itu juga terlahir dari keluarga serba kekurangan.
"Om dirumah tinggal sama siapa sekarang?" Tanya Elisa sambil memandang ke arah Edgard.
"Sendiri, mantanku gak mau punya pembantu alasannya dia bisa mengerjakan sendiri, walaupun kenyataan dia mencuci menggunakan jasa laundry, masak selalu pesan dan membersihkan rumah selalu panggil clink tukang bersih-bersih yang kapan saja bisa dipanggil, kecuali cuci piring bekas kita makan," jelas Edgard bukan bermaksud menjelek-jelekkan mantannya, karena itu realitanya. Elisa mengangguk-anggukan kepalanya.
"Kamu katanya bisa masak, Serius? Tanya Edgard kali ini mereka saling menatap.
"Bisa donk, bikin rendang aja aku bisa," katanya membanggakan  diri sambil tersenyum memamerkan giginya yang rapih.
"Serius nih, bukan beli dari warung padang trus ngaku-ngaku bikinan kamu," katanya sambil tertawa.
"Ish enak aja," katanya cemberut yang membuat Edgar refleks mencolek bibir Elisa.
"Ih Om," Elisa malah mengambil jari Edgar, Edgard akhirnya malah menggenggam tangan Elis.
"Pulang yu," Edgard lalu melepaskan genggaman tangannya, walaupun Elisa tidak menolaknya.
"Om, rumah Om dimana?" Elisa bingung karena Edgard malah membawanya kearah kota besar.
"Disudirman, kita pulang keapartemen aja, aku sudah putuskan gak akan menginjak rumah yang memberikan kenangan pahit buatku," katanya tanpa mengalihkan pandangannya.
"Ohh, tapi rumah kan gak salah yang salah orang yang didalam nya," kata Elisa sambil memandang ke arah Edgard.
Lampu merah membuat Edgard menghentikan laju mobilnya.
"Kamu nanti turun dimini market sana beli keperluan kamu disana, tokonya lumaya komplit," Edgard mengeluarkan kartu ATMnya.
"Pake Nih pinnya 123123," Elisa bingung melihatnya.
"Aku punya uang Kok Om kalau buat beli untuk sendiri," kata Elisa menolak yang membuat Edgar malah tersenyum.
"Aku gak suka kalau orang menolak pemberianku," kata Edgar sambil membisikkan kata itu didepan wajah Elisa.
"Ihh Om sanaan Ah tar orang nyangkanya kita mau ciuman," kata Elisa sambil mendorong wajah Edgar dengan tangannya.
"Ya udah makanya terima kalau gak aku cium beneran nih," kata Edgar menakut-nakuti Elisa.
"Ih om Apaan sih, kalau mo nyium-nyium aja gak usah pake alesan," kata Elisa sambil bergegas turun dari mobil.
Edgar kembali tergelak.
"Shit!! Sial kenapa si ucok malah berdiri, tidur cok nanti dirumah kita selesaikan dikamar mandi," Edgar berusaha menahan hasratnya.
"Sepertinya lebih baik aku merokok saja, bisa gila aku kalau didalam membayangkan bibir anak itu," akhirnya Edgar memilih keluar dari mobil untuk merokok.
"Sudah Om," Elisa sudah berdiri didepannya sambil mengangkat kedua tangannya yang membawa tas berisi barang keperluannya.
"Yakin sudah, pakaian dalam kamu sudah dibeli juga, jangan sampai kamu gak pake celana dalam nanti digigit semut baru tau rasa," kata Edgard sambil tertawa dan mematikan rokoknya.
"Jangan sampai digigit semut, kalau digigit Om gak papa," bisiknya di telinga Edgar yang membuat Edgar memelototkan matanya.
"Berani kamu ya menggoda singa lapar, jangan sampai kamu saya terkam nanti?" Jawab Edgar sambil membuka pintu mobil.
"Iiih takut, " jawab Elisa sambil tertawa dan berlari untuk masuk kedalam mobil.
"Om mau gak," Elisa menyodorkan kripik singkong kesukaanya.
"Gak ah saya gak mau makan gituan," katanya sambil melitik kearah Elis.
"Ya udah kalau gak mau, emang om mau nyemil apaan, aku beli macam-macam kok," kata Elisa sambil hendak mengambil plastik makanan yang tadi dia beli dan ditaruh di jok belakang.
"Aku maunya nyemil ini," sambil meremas tete Elisa.
"Ihhh Om Mah," katanya berkata dengan manja sambil menutup gunungnya dengan kedua tangannya.
"Tete kamu keyel banget, siapa aja yang pernah ngerasain," katanya sambil mengelus paha Elisa.
"Pacar aku doang, tapi aku udah putusin soalnya aku ngeliat dia lagi gituan sama temenku di gedung kosong belakang sekolah," cerita Elisa dan membiarkan tangan kekar Edgar mengusap pahanya.
"Gituan gimana?" Tanyanya pura-pura bodoh.
"Ish masa gak tau sih, itu lho begini," katanya sambil merapatkan kedua tangannya seperti orang sedang melakukan hubungan badan.
"Gak ngerti ah, gak jelas ngomongnya," Edgar terus saja memancing.
"ML," jawab Elisa kesal
"Ooh ngewe, bilang dong yang jelas," kata Edgar prontal.
"Om apaan sih, ngomongnya tar aku jadi mau lagi," kata Elisa malah membuat Edgar berani memegang kepemilikan Elisa.
"Ya tinggal ngewe susah  amat, buka pahanya," Elisa hanya menurut namun mulutnya masih asyik memakan cemilan.
"M*m*k kamu tembem  banget enak nih kalau di ewe," konsentrasi Edgar agak terganggu sebenarnya sementara Elisa makin melebarkan pahanya.


Baby hotTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang