My Beloved Teddy Bear

Our different lives

Kehidupan seorang artis? Dulu ia bertanya tanya bagaimana rasanya menjadi artis terkenal, memiliki banyak pengemar yang mendukung dan menyayanginya, berteman dengan orang orang sukses, memiliki banyak prestasi yang bisa di raih, dan... apa lagi?

"LEE HARPA! BANGUNG!" suara tinggi dengan entah berapa octave itu memanggil namanya bagitu lantang, memekikan telingga beberapa penghuni yang juga tengah tinggal seatap dengan keduanya.

"astaga Hyong.... hoam..." wajah bantal dengan rambut berantakan menjadi pemandangan yang ia tampilkan ketika dengan terpaksanya menapakkan kedua kaki nya ke lantai, membuka pintu dengan mulutnya yang menguap besar dan matanya yang belum sepenuhnya terbuka, seakan ia tengah menghiraukan pria yang nyaris sama tinggi dengannya. Berdiri menatapnya dengan pandangan malas.

"sudah jam berapa ini?! mau sampai kapan kamu tidur?!" ucapnya, yang pada akhirnya buka suara. Pria itu menunjuk jam dinding yang tepat berada di belakang si pemuda, dan sayangnya pemuda yang dipanggil Harpa itu malah memberikan rekasi mengerutu tak ingin diganggu namun dengan manik yang masih belum sepenuhnya ingin terbuka, meski sesekali tangan tan-nya mengusap sedikit kasar wajahnya.

"hoam...." Dan begitulah reaksi seorang Archana Charmpabell atau pemuda yang lebih dikenal dengan nama panggung Lee Harpa. Ia tak sedikit pun bergeming dengan ocehan pria yang berdiri tepat di hadapannya, masih dengan dirinya yang menguap lebar dan mengucek kedua matanya sesekali.

Keributan kecil yang kedua orang beda usia itu lakukan membuat seorang lainnya menghela nafas kesal, pasalnya ini bukan yang pertama ketukan dan pekikan dilayangkan guna membangunkan pemuda bersurai caramel itu. Seolah sudah jengah dan habis kesabaran, pemuda yang kini baru mewarnai rambutnya dengan warna pirang itu segera berjalan mendekat. "jangan pakai urat hyung, tapi pakai ini," ucapnya setelah menepuk Pundak yang lebih tua.

Mata bulat menggemaskan itu kini memicing, seolah mencari celah dan.... PLAK! Kini pekikan terdengar dari bibir mungil Archana, memicing tajam ke arah pemuda yang tersenyum miring ke arahnya. "auw!... Yak Candie!!!" rengek Archana mengelus keningnya, tempat centong sayur kesayangan pemuda yang dipanggil Candie itu mendarat.

Ya, sebuah centong sayur berwarna hijau neon yang tadi mendarat di kening seorang Archana. Candie, atau pemuda dengan nama asli Nathaan Abigail itu merupakan pelaku yang kini tengah berbangga akan ulahnya. Bukan marah, ia hanya jengah jika suasana pagi yang damai harus terusik dengan celoteh protes yang sebentar lagi akan Archana layangkan kepada Hervey Donegal, atau pria dengan nama panggung Havenly yang kini hanya menggeleng menatap kedua pemuda sebaya itu.

"tuh kan, hyung, anaknya langsung bagun," ucapnya yang dengan senyum santai dan tanpa dosa langsung berlari kembali ke dapur, melanjutkan acara memasak sarapannya yang belum sepenuhnya selesai ia lakukan sejak satu jam yang lalu.

Melihat kepergian Nathaan, pria dengan pandangan teduh itu kembali menatap Archana yang masih merengut sembari mengusap kening menoleh tepat ke arah Nathaan. "cepat mandi, bukannya hari ini kamu masih ada jadwal," ucap Havenly menepuk Pundak yang lebih muda, mengusak surai caramel yang sudah berantakan hingga lebih seperti sarang burung sebelum meninggalkan remaja 22 tahun itu di ambang pintu.

Artis? Terkenal? Memiliki banyak penggemar? Berteman dengan orang sukses? Ya, Archana memang mendapatkan itu semua, ia memang telah meraih cita cita yang ia inginkan sejak kecil, menjadi penyanyi yang namanya sukses di sorot panggung. Bahkan ia bisa mengatakan jika ia tak hanya terkenal di negaranya saja, tapi juga di beberapa negara lain namanya sudah tak asing lagi di perdengarkan. Seorang solois muda berbakat asal negeri gingseng, itu salah satu julukannya.

Tapi tak pernah ada yang mengatakan kepadanya jika menjadi artis memiliki sisi yang lain, sangat jauh dari kata terang dan glamor yang selama ini tergambar oleh banyak orang.