Buruan dari dering ponsel miliknya benar – benar mengganggu tidurnya, sangat, hingga ia yang berniat untuk tak menghiraukannya dibuat tak bisa dan terpaksa menerima panggilan tersebut. Dengan maniknya yang belum sepenuhnya terbuka dan kepalanya yang masih pening karena hidungnya yang tersumbat, Maraville memaksakan diri menjawabnya.
"hey, can you cal~"
"what did you tell him? What happens to both of you? Why he asked me to take good care of you?" kalimat tanya yang Alexa lakukan secara beruntun membuat Maraville terdiam, mencerna setiap pertanyaan dengan kepalanya yang masih berputar akibat sakitnya.
"Apa maksud mu?" Tidak menggunakan bahasa yang biasa mereka terapkan, Alexa tetap memborbardir dirinya dengan pertanyaan yang terdengar jauh lebih jelas untuknya.
"Kenapa Archana menangis dan mengatakan aku harus menjadi ibu yang baik untuk Cilo dan istri yang baik untuk mu?! Apa yang kamu katakan sampai dia berpikir begitu? YAK!! Maraville Juevenual!!" Alexa benar benar dibuat kesal dengan sahabatnya itu, merasa dipermainkan dengan rencana yang Maraville utarakan beberapa minggu lalu kepadanya.
"Huh? I didn't say anything to him? What do you mean he told you to take care of me and Cilo?" perlahan memposisikan tubuhnya bersandar pada kepala ranjang, Maraville beberapa kali menutup kelopaknya guna meredakan sakit kepala dan kantuk yang masih menderanya.
"don't ask me, ask yourself! why does he think like that, why does he think I will be your wife?! tell me, what did you do 'till make Archana think we're getting married! For God shake, what the hell you talking to him, Maraville?!" Alexa sudah tak tahan lagi, ucapannya yang kian jelas dan lantang membuat pemuda itu mengerutkan kening hingga kedua manik hitamnya membola tak percaya.
"wait? What did you said? You? me? Married?... wait, what's going on? Did Chana told you that? Did he ask you or just guessing?" kepalanya yang sudah berputar pusing kini bertambah berat, terlalu bingung dengan semua ucapan Alexa kepadanya terutama tentang Archana-nya yang terlalu mengira – ngira hubungan keduanya.
"he didn't told you anything?" Alexa memelankan suaranya, ia dibuat bingung dengan jawaban yang Maravilleberikan. Kenapa semuanya kian rumit sekarang? Bukannya rencana yang sahabatnya itu buat hanya sebuah kejutan, bukan kehancuran kan?
"he didn't. aku bahkan tidak berbicara banyak dengannya belakangan ini," jawab Maraville seadanya, tentu semua itu tak lepas dari bagaimana Archana terus menghindari dirinya.
"then... did he find out the ring or figure it out something and didn't told you? or any possibility he think that way?" Alexa mereda, gadis dengan darah campuran Canada – Korea itu perlahan ikut mencoba mencari tahu kenapa Archana bisa mengira keduanya akan menikah, bersama membantu Maraville mengingat kemungkinan yang ada.
"I..." ia menjeda ketika mengingat keberadaan Archana disana, berusaha bangkit meski tubuhnya terlihat tidak stabil dan kepalanya yang masih terasa berat, sengaja ia paksakan.
Berjalan dengan sesekali bertumpu pada tembok atau meja di dekatnya ketika kepalanya berputar, mencari tumpuan agar tubuhnya tak terjatuh. Beberapa kali memperdengarkan nama Chana atau Archana disana namun hanya keheningan yang ia dapat. Berjalan dengan dapur sebagai tujuan, ia ingat jika terakhir Archana pamit merapikan hidangan bubur yang ia buat dan benar, memang dapat ia temuakan sebuah panci dengan bubur yang masih hangat ada di dalamnya tapi tanpa si juru masak.
Kembali ia mengendarkan pandangannya perlahan berharap menemukan kesayangannya disana, namun hanya kertas berukuran sedang berwarna kuning yang tertempel di kulkas miliknya yang bisa ia dapatkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Beloved Teddy Bear
Fanfictionwarning⚠⚠ Cerita Boys Love!!! homophobic please stay away🙏🙏 BAYI!?!?!?!? kedua pemuda itu saling bertatapan, dibuat tak percaya dengan pemandangan yang nampak di hadapan mereka. Sengaja diletakan di depan pintu apartement yang lebih tua, membuat y...