The space he created

35 2 0
                                    



Berdiam di dorm tanpa adanya jadwal yang mengganggunya sungguh membuat ia jengah, berkutat dengan beragam benda elektronik di sekitarnya saja seolah tak cukup untuk mengusir kebosanan itu. Ingin pergi tapi tak tahu kemana, ingin bermain tapi semua orang sedang sibuk dengan jadwalnya masing – masing, ia bahkan yakin kalau Arcielo juga sedang bermain bersama kedua orang tua barunya, ah... ia sungguh merindukan bayi mungil itu.

Berguling tak terarah di atas ranjang dengan beragam boneka beruang sebagai penghias, Archana terus saja memainkan ponselnya, sesekali menggantinya dengan laptop atau IPad milik Wooly yang tak terpakai karena si actor yang belum kembali dari padatnya syuting serial drama, atau computer game milik Dandy yang memang menganggur di siang hari, bahkan mengacak wilayah kekuasaan Havenly (dapur) pun sudah Archana lakukan ketika jam makan siang tadi.

Jika tahu harinya akan begitu membosankan dan setenang ini Archana lebih memilih untuk tak memburu jadwalnya kemarin, seharusnya ia membiarkan saja semua berjalan sesuai masanya, memang penyesalan selalu datang terakhir.

Sampai sebuah ketukan di pintu utama menginterupsi gaya rebahan bebas yang kali ini ia lakukan di sofa ruang tengah, berjalan gontai dengan rambut tak tertata dan wajah polosannya yang terlihat bak orang bangun tidur. Menguap sebentar sebelum membuka pintu yang ia pikir pengantar makanan yang ia pesan namun nyatanya bukan, membuka mulutnya terkejut saat tahu siapa yang datang berkunjung ke dorm nya.

"wa.... Cilo... ututu cayang......" dalam hitungan detik kini bayi yang beberapa bulan lagi genap berusia satu tahun itu sudah berpangku nyaman dalam gendongan Archana, begitu nyaman hingga tangan mungil itu memeluk leher yang lebih tua tanpa ingin dilepas.

"dia benar – benar merindukan mu ternyata," celetukan itu tak dipedulikan Archana, ia tanpa mengajak Maraville sudah masuk ke dalam dan mendudukan dirinya di sofa dengan Arcielo yang sibuk menghangatkan dekapannya.

"apa Cilo sudah makan? Sudah mandi? Sudah tidur siang?" pertanyaan lengkap itu hanya dijawab gumaman oleh si bayi, berceloteh seolah pemuda itu mengerti ucapannya.

"semuanya sudah, hanya dia tidak mau tidur kalau tidak dengan eommanya," gerutu Maraville menimpali. Jujur saja ia sedikit frustasi karena Arcielo yang tak mau tidur sejak semalam, hanya beberapa kali memejamkan matanya sebelum kembali menangis dan mencari pelukan orang terkasihnya ini.

"kalau begitu ayo tidur, eom~hyung temani..." ucapnya dengan sedikit ralat pada kalimatnya, Archana beranjak tanpa mempedulikan pemuda yang masih setia mengekorinya meski dengan kerutan di keningn karena ucapan si manis barusan.

"hyung? Apa Havenly hyung sudah kembali? Tapi buaknnya dia bilang akan dinner bersama Arachie hyung ya? Atau Wooly hyung?" monolognya, menatap punggung pemuda yang bahkan tak menoleh sedikit pun untuk melihatnya, seolah menganggapnya tak ada.

Timangan pelan nan menghanyutkan yang ia lakukan pada bayi mungil di dekapannya membawa rasa kantuk pada Arcielo, beberapa kali menguap dengan kepalanya yang diletakan nyaman di dada yang lebih tua, beberapa kali mengerjabkan kedua manik coklat gelapnya sebelum sepenuhnya terpejam, terlelap nyaman dengan tepukan pelan yang Archana berikan pada tubuh si mungil.

"apa kamu yakin kalau dia bukan anak mu? Sepertinya dia terlihat nyaman dengan mu, Chana," canda Maraville yang sedari tadi mengamati, ikut serta duduk di sisi kosong sofa dengan wajah tampannya yang tak berhenti memberikan senyuman, merasakan ratusan kupu – kupu mengelitik dirinya ketika melihat adegan manis dihadapannya.

"Chana," panggilnya, beberapa kali namun tetap tak ditanggapi.

Tak ada tengokan maupun deheman yang seperti biasanya, semua terasa dingin dan berjarak antara ia dan pemuda manis dihadapannya ini. Archana seolah tak mempedulikannya, menganggapnya hanya orang asing yang mampir dan melihat keduanya.

My Beloved Teddy BearTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang