Tapi nampaknya kata move on itu hanya berlaku bagi Archana, hanya pemuda berkulit tan itu yang ingin mencoba melepas rasa cintanya pada sang pujaan hati. Sedangkan Maraville, hanya dengan melihatnya saja sudah bisa memberitahu sekitarnya jika dirinya kini sedang kacau, jatuh sedalam – dalamnya.
Sebulan tanpa kabar hanya membawa kehancuran bagi Maraville, dan puncaknya ketika pemuda itu sengaja sibukan dirinya tanpa pulang dan waktu tidur yang ia buat hampir tak ada. Ia bahkan bubuhkan kopi tanpa makan pada lambungnya, berikan alcohol sebagai makan malam dan campurkan dengan kepulan asap rokok ketika kepalanya yang tak bisa berpikir jernih akibat stress yang tak berkesudahan.
Ia collapse, Maraville pada akhirnya tumbang dan harus dilarikan ke rumah sakit akibat stress dan lambungnya yang bermasalah.
Sakit yang belum sembuh saat itu, ditambah kelakuannya yang kian menggila nyatanya membawa petaka bagi dirinya hingga membuat kedua orang tuanya datang dengan beribu rasa khawatir dari negeri jauh di benua lain.
Teanna yang tak sabar terus menghubungi Tamara maupun Jonnathan, ia minta hingga memohon untuk menjaga anak semata wayangnya sebelum ia bisa datang menemani. Dan tanpa perlu diminta pun sebenarnya Tamara dan Jonnathan adalah kerabat yang di hubungi oleh pihak rumah sakit saat Arachie membawa Maraville ke tempat dimana dirinya kini dirawat.
Hanya saja Tamara seorang lah yang kali ini menjaga Maraville karena Jonnathan perlu meluruskan sesuatu, ada hal yang mungkin memang perlu ia sendiri yang turun tangan.
.
Ia tetap berikan senyuman ramahnya memandang setiap orang yang ada di sana meski matanya tak bisa berbohong kala maniknya menangkap sosok yang tak ia inginkan juga turut hadir di sana.
Ia langkahkan tungkai indah berbalut skinny jeans biru yang ia kenakan, beri isyarat pada yang lebih tua untuk mengikuti kemana dirinya akan pergi dengan sedikit meliriknya. Dan tentu Jonnathan mengerti, ia patuh dan tetap mecoba menjaga jarak demi privasi karir sang putra.
"apa yang daddy inginkan?"
Ia berucap ketika hanya ada keduanya di dalam mobil pribadi sang ayah, bahkan saat ini Jonnathan sengaja mengendarai sendiri mobil miliknya agar keduanya bisa merasa lebih nyaman ketika berbincang berdua.
"dad?" Archana menoleh saat tak ada jawaban apapun dari sang ayah, ia tatap lekat penuh tanya wajah ber-rahang tegas dengan pahatan tampan sempurna itu. Namun hasilnya tetap sama, Jonnathan hanya diam dengan pandangan lurus ke jalan.
Sampai... ia merasa harus mengungkap satu fakta terlebih dahulu. "Mara masuk rumah sakit," ujar Jonnathan pelan tapi sebelum Archana ingin menyela, Jonnathan lanjutkan kalimatnya. "tapi bukan berarti kita akan kesana sekarang," Dan diam setelahnya.
Ada belasan pertanyaan yang membelenggu Archana, ia dibuat khawatir sekaligus penasaran mendengar orang yang ia cintai berakhir di rumah sakit. Karena jujur Archana masih mencintainya, ia masih peduli pada pemuda beralis camar itu meski hubungan keduanya sedang tidak baik – baik saja, atau bahkan bisa dikatkan hancur berantakan.
"kalau begitu, boleh beritahu Archy kemana kita pergi, dad?" ia ucap saat Jonnathan menatap menunggu lampu lalu lintas berubah hijau. "rumah, daddy perlu bicara dengan mu sejenak." Hanya itu yang Archana dapat sebagai jawaban, dan setelahnya hanya diam yang keduanya lakukan sepanjang perjalanan.
Ruangan bernuansa kayu dengan furniture ber-aksen classic yang biasa di tempati sebagai pengganti kantor itu menjadi tempat yang Jonnathan pilih untuk berbincang serius, duduk bersebelahan dengan sang putra yang kini tengah menatapnya penuh tanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Beloved Teddy Bear
Fanficwarning⚠⚠ Cerita Boys Love!!! homophobic please stay away🙏🙏 BAYI!?!?!?!? kedua pemuda itu saling bertatapan, dibuat tak percaya dengan pemandangan yang nampak di hadapan mereka. Sengaja diletakan di depan pintu apartement yang lebih tua, membuat y...